Episode 1
Ada
sebuah pesta dengan musik menghentak dan semua orang menari di
pinggiran kolam renang. Dalam pesta itu, ada sebuah mobil-mobilan kuning
yang melaju. Dan yang memainkannya adalah Kang Min Hyuk, yang
sepertinya merasa bosan dengan pesta itu.
Ada
seorang artis yang datang ke pesta itu, Ye Ji. Teman pria Min Hyuk akan
mendekatinya dan meminta Min Hyuk untuk tidak mengganggunya. Terlihat
sekali kalau Min Hyuk benar-benar merasa bosan. Teman pria Min Hyuk
mendekati Ye Ji, yang sebelumnya melirik Min Hyuk, dan mengatakan bahwa
dia adalah penggemarnya.
“Aku adalah penggemar Ye
Ji, bisakah kau memberikan tanda tangan disini?” pria itu menyodorkan
cek 50 juta won. Lalu tiba-tiba mobil-mobilan kuning melintas dimeja dan
menabrak gelas yang berada di samping cek itu dan memecahkannya.
Tentu
saja itu perbuatan Min Hyuk. Min Hyuk mengambil tissu di meja, dan
menciumnya menggoda seraya meminta maaf, “Bisakah kau menandatanginya
juga untukku?” Min Hyuk menyodorkan tissu itu.Ye Ji mengambilnya.
Teman
pria yang tadi merasa kesal dan menegur Min Hyuk. Tapi Min Hyuk
mengabaikannya dan menyenggol pelan temannya itu. Ternyata dibalik tissu
itu ada kartu kamar hotel.
(Berikutnya
adalah adegan 18+ ya :p) Min Hyuk dan Ye Ji memasuki kamar hotel sambil
berciuman. Dan Ye Ji membuka pakaiannya satu persatu dengan tatapan
menggoda, lalu masuk ke kamar mandi. Min Hyuk hanya melihatnya saja. Min
Hyuk lalu duduk di pinggiran kasur.
“Ini tidak menyenangkana sama sekali.”
Ye
Ji keluar dari kamar mandi dan mencari Min Hyuk, tapi Min Hyuk sudah
keluar kamar dan membuang pakaian Ye Ji di tempat sampah.
***
Seorang
pria mabuk mendekati seorang gadis yang duduk tak jauh dari tempatnya
minum, “Hei nona! Apa kau mau minum denganku?” Gadis itu, yang terlihat
gelisah melihat ponsel, menyuruh pria mabuk itu untuk pergi.
“Yoo
Jung!” ada seorang pria berlari memanggil gadis itu. Dia menawarkan
satu pelanggan untuknya, karena ternyata Yoo Jung belum mendapatkannya
satu pun malam itu. Yoo Jung sangat senang dan berterima kasih banyak.
Dia kemudian berlari dan berteriak pada pria tadi., “Aku akan mentraktirmu nanti, jadi jangan pulang dan tunggu.”
Yoo
Jung tiba di tempat pelanggannya menunggu. Ternyata dia menjadi supir
pengganti. Seorang petugas hotel memberikan alamat yang di tuju pada Yoo
Jung.
Yoo Jung masuk ke dalam mobil, dan
mengenakan sabuk pengaman. Tak lupa dia memberitahu pelanggannya yang
belum menggunakan sabuk pengaman. Tapi karena pelanggannya yang tertidur
tidak mendengar, Yoo Jung berinisiatif memakaikannya. Yoo Jung susah
payah menggapai sabuk pengaman, dan tanpa sengaja menekan tombol untuk
membuka atap mobil itu.
Pelanggan itu, Min Hyuk, bangun. “Kau siapa? Bagaimana dengan supir yang biasa?”
“Aku
tidak tahu.” Yoo Jung tertawa. Dia kemudian mengatakan telah menekan
tombol yang salah. Min Hyuk memintan membiarkannya saja (atapa terbuka).
Mobil
pun berjalan. Min Hyuk tidur di mobil dengan berantakan. Tangannya
keluar jendela mobil, lalu berpindah posisi, seperti terlentang, dan
tangannya mengenai Yoo Jung, yang hanya bisa tertawa melihat tingkah
aneh pelanggannya.
Mobil berhenti di lampu merah.
Saat mobil akan kembali melaju, Min Hyuk terbangun dan melihat seorang
wanita yang dikenalnya sedang menyebrang jalan. Dia meminta Yoo Jung
menghentikan mobilnya yang sekaran sudah melaju lagi. Yoo Jung tidak
mengerti.
“Aku
bilang hentikan mobilnya!” Min Hyuk berteriak tidak sabar. Kemudian
mengambil alih setir yang di pegang Yo Jung sehingga membuat mobil olen
ke kanan dan ke kiri. Yoo Jung berteriak-teriak ngeri. Mobil berhenti di
tengah jalan. Min Hyuk langsung keluar dari mobil dan berlari. Yoo Jung
yang masih terkejut, makin terkejut dengan mobil lain yang tiba-tiba
datang akan menyenggol mobil yang dikemudikannya. Yoo Jung dengan cepat
menutup pintu yang dibiarkan terbuka oleh Min Hyuk. Hampir saja.
Min
Hyuk masih berlari dan menerobos orang-orang yang di depannya. Min Hyuk
berlari ke dalam subway. Dia menuruni tangga dengan cepat dan melompati
pintu tiket subway. Min Hyuk di peron, dan tidak menemukan orang yang
dia kejar.
Min Hyuk kembali ke mobilnya. Yoo Jung masih menunggunya dengan kesal.
“Apa yang kau lakukan sekarang?” tanya Yoo Jung kesal.
Min
Hyuk yang juga kesal akan masuk ke kursi pengemudi memintanya minggir,
tapi Yoo Jung tidak mau. “Apa kau ingin membuatku mengulanginya?
Minggirlah selagi aku memintanya dengan baik.”
Yoo
Jung mengatakan Min Hyuk tidak sopan, dan mengambil kunci mobil Min
Hyuk. “Kau belum sadar dari mabuk, jadi tolong jangan mengemudi.
Orang-orang itu adalah orang yang keluar pada malam hari untuk mencoba
mencari nafkah. Jika kau menyebabkan kecelakaan, apa itu salah mereka?”
“Apa
hubungannya denganku? Berikan aku kuncinya.” Min Hyuk mencoba merebut
kunci mobinlnya dari tangan Yoo Jung. Yoo Jung berkelit dan mereka
berebut kunci. Hingga akhirnya Min Hyuk berhasil mengambil kunci itu
dari Yoo Jung yang terjatuh di aspal.
Tapi
Yoo Jung berdiri merebut kembali kunci mobil dari tangan Min Hyuk dan
melemparkannya ke pinggir jembatan. “Kau tampaknya tidak membutuhkan
supir pengganti, jadi kau harus berjalan kaki.” Yoo Jung melambaikn
tangan dan berlari menghindari Min Hyuk. Min Hyuk berusah mengejar, tapi
tidak jadi. Dia memanggil sekertarisnya, Gwang Soo, yang tentu saja
tidak ada disana. Min Hyuk kemudian mencari ponsel yang sepertinya juga
tidak ada di mobilnya.
***
“Apa
pria itu gila? Eonni, hubungi Do Hoo. Kenapa kau tidak mengambil
keuntunga darinya yang menjadi jaksa dan semuanya?” Hae Ri kesal melihat
lutut Yoo Jung yang terluka.
“Tidak boleh. Oppa tidak tahu bahwa aku adalah supir pengganti. Aku akan berada dalam masalah jika dia tahu.”
Hae
Ri membenarkan dan menyindir Yoo Jung sebagai gadis yang baik. Hae Ri
menyarankan Yoo Jung untuk menuntut Min Hyuk. Jika dia menjadi Yoo Jung,
dia tidak akan meninggalkannya. “Aku akan melakukannya, entah itu
mengambil uangnya atau pun merayunya.”
“Merayunya?! Aku dengar kau punya pacar belum lama ini.” Selidik Yoo Jung sambil masih mengibati lukanya.
“Kenapa
kau begitu kuno? Seseorang yang lebih baik datang, aku hanya
melanjutkan. Eonni, berhati-hatilah. Mendukung pacarmu untuk membuatnya
(menjadi jaksa) lalu kemudian dibuang, itu beberapa cerita lama.”
“Apakah
aku akan terus bertemu dengannya selama 7 tahun jika dia orang semacam
itu?” Yoo Jung membela pacarnya. Hae Ri sepertinya tak percaya. Yoo Jung
kemudian menanyakan kabar pacar Hae Ri, apakah hubungan mereka berjalan
lancar.
Tapi Hae Ri meminta Yoo Jung
mengkhawatirkan dirinya sendiri saja. Jika ada yang berpacaran selama 7
tahun, bahkan seorang gadis yang benar-benar cantik sepertinya bisa
merasa lelah. Sekali seseorang merasa nyaman, dia terikat untuk melihat
sekelilingnya. “Lihat dirimu sekarang. Kau bahkan tidak bisa menghubungi
dia saat kau membutuhkannya.”
“Itu bukan aku
tidak bisa menghubunginya, aku memilih untuk tidak melakukannya.” Elak
Yoo Jung. Dan Hae Ri tetap saja mencibir, apakah memang benar seperti
itu.
***
Min Hyuk berdiri di depan sebuah pintu rumah dan menggedornya. “Ji Hee? Seo Ji Hee? Seo Ji Hee?!”
Karena
tidak kunjung mendapat jawaban, Min Hyuk pun membuka pintu dengan kunci
miliknya dan masuk ke dalam. Di depan pintu, terdapat banyak surat
berserakan.
Min Hyuk memasuki rumah atap itu yang gelap dan menabrak kursi yang menghalangi jalannya. Min Hyuk berbaring di kasur.
Hari sudah siang. Ada suara yang memanggilnya. “Oppa. Oppa, bangun.”
Min
Hyuk terbangun duduk dan menarik gadis yang memanggilnya tadi duduk
dipangkuannya. Min Hyuk bilang dia masih terlalu mengantuk. Gadis itu
menepuk tangan Min Hyuk dan membangunkannya lagi. Tapi Min Hyuk malah
kembali berbaring, “Aku akan tidur sedikit lagi.”
“Cepat
bangun!” Ji Hee memukul bokong Min Hyuk. Min Hyuk yang kesakitn
mengusap bokongnya dan mengatakan dia mengantuk. Ji Hee menarik tangan
Min Hyuk mengajaknya makan, dia harus berangkat kerja. Ji Hee berhasil
membuat Min Hyuk beranjak dari tempat tidur. Min Hyuk protes dia dipukul
di belakang lagi, itu sakit.
Min
Hyuk duduk di kursi meja makan, dan menaruh keningnya di meja dan
sekali lagi mengatakan bahwa dia mengantuk. “Tidak bisakah aku tidak
pergi malam ini?!”
Ji Hee memukul meja. Membuat
Min Hyuk langsung mengangkat kepalanya dan tersenyum. Lalu mencium bau
sup yang dihidangkan dan mencicipinya. Dan rasanya tidak enak,
sepertinya pedas, membuat Min Hyuk mencari air minum yang tidak ada di
teko. Ji Hee tertawa.
Min
Hyuk berlari menuju kulkas, tapi tidak ada air minum. Dia menuju keran,
tapi tidak ada air yang mengalir. Ji Hee berdiri di belakangnya,
tersenyum.
“Berikan aku air. Berikan aku air. Apa
kau sengaja melakukannya?” Min Hyuk mencoba mengejar Ji Hee yang
berlari menghidar. Min Hyu merasa pasti Ji Hee sengaja melakukannya. Ji
Hee terus menghindar sampai terjatuh di kasur. Min Hyuk mengeluh panas.
“Sehingga
bagian dalam tubuhmu juga akan panas. Kau selalu minum dan datang
padaku saat larut malam. Aku sangat membencimu.” Ji Hee memukul pinggang
Min Hyuk yang kini ada di bawahnya.
“Ah, panas. Tolong berikan aku air.” Min Hyuk tersenyum dan merajuk pada Ji Hee.
Ji Hee tersenyum, “Aku akan berhenti membencimu dan mulai mencintaimu lagi.” Ji Hee mendekat untuk mencium Min Hyuk.
Min
Hyuk mengeluarkan air mata, dan membuka matanya. Tidak ada siapa-siapa
di sampingnya. Rupanya dia bermimpi. Min Hyuk duduk di pinggir kasur.
Lalu Gwang Soo mendekatinya.
“Direktur. Ketua sedang mencari anda. Jika anda tetap disini lagi…”
“Apa kau menemukan dia?” tanya Min Hyuk memotong. (Mungkinkah yang dicarinya adalah Ji Hee?)
Gwang
Soo menjawab sepertinya dia menghilang dari Daejon, dan sekarang menuju
suwon. Belum selesai Gwang Soo menjelaskan, Min Hyuk melemparnya dengan
bantal. Gwang Soo yang menyadari kemarahan bosnya meminta maaf.
“Jangan minta maaf dan temukan saja dia.” Min Hyuk kemudian berteriak meminta Gwang Soo untuk keluar.
***
Do
Hoon menaiki tangga menuju gedung kejaksaan. Sesaat dia berhenti dan
menatap gedung yang berada di hadapanya. Dan terdengar sumpahnya sebagai
seorang jaksa.
“Saya seorang jaksa yang
berhati hangat yang membantu orang-orang tak berdaya dan lemah. Seorang
jaksa yang adil yang hanya mengikuti kebenaran. Lebih ketat untuk diri
saya sendiri, saya bersumpah akan menjadi jaksa yang benar.”
Do Hoon kemudian berjalan memasuki gedung kejaksaan dengan langkah mantap.
***
Di
sebuah kediaman keluarga kaya, tampak beberapa pelayan sibuk dengan
pekerjaannya masing-masing. Min Hyuk mengendap-ngendap memasuki rumah
dan meminta para pelayan untuk diam tidak bersuara untuk memanggilnya.
Kemudian
dia bertemu dengan adiknya Jo Min Joo. Dia menanyakan kemana saja
oppa-nya pergi dan kenapa baru pulang. Min Hyuk menanyakan ayahnya,
apakah ayahnya keluar. Min Joo bilang dia tidak tahu.
“Kau
anak nakal. Kenapa kau tidak pergi sekolah?” Min Hyuk mencak pada
adiknya, tanpa menyadari ayahnya turun dari lift tak jauh dari tempat
mereka berdiri.
“Kau!
Apa yang sebenarnya kau lakukan?” Ketua Jo Han Il, ayah Min Hyuk
menegurnya dengan keras. Min Hyuk hanya bisa tersenyum tipis.
***
“Itu
8740 dolar. Untuk tiga mobil milik anda, itu jumlah yang dikeluarkan
bulan lalu untuk berbagai denda.” Sekertaris Ketua Jo (belum tahu
namanya) menunjukan bukti tagihan pada Min Hyuk. Selain itu, ada juga
tagihan sebesar 24500 dolar untuk kamar hotel yang dipesan Min Hyuk, dan
tanda terima pakaian yang dikembalikan oleh seorang wanita.
Min Hyuk diam saja memeluk bantal kursi, tanpa merasa bersalah dengan kehidupan borosnya itu.
“Anak
yang bahkan tidak layak untuk mengganti pakaian dalamnya sendiri, jika
aku membesarkan dia seperti ini, apalagi kau tidak dapat berkontribusi
pada perusahaan, setidaknya kau tidak perlu menambah masalah!” Ketua Jo
memarahi anaknya.
Ketua
Jo pada Hong In Joo (istri mudanya), “Kakakmu, katakan padanya untuk
datang ke kantor pusat. Dia sudah melakukan yang secukupnya untuk Resort
Cheongjoo. Katakan padanya untuk datang, dan berdiap untuk mengambil
alih kasino hotel tersebut. Kau tangani gedung teater yang masuk ke
kasino itu.”
“Ayah!”
“Ketua!”
Min
Hyuk dan In Joo memanggil Ketua Jo bersamaan, tentu dengan maksud yang
berbeda. Ketua Jo mengatakan pada In Joo untuk minta maaf pada
Perwakilan Shin, dan untuk memutuskan pernikahan. Ini kesalahannya
karena berpikir akan mendapat manfaat dari Min Hyuk.
“Keluar! Aku tidak punya apapun untuk dikatakan padamu.” Ketua Jo mengusir Min Hyuk dari ruangannya.
In
Joo tersenyum dan mengatakan pada Ketua Joo bahwa Min Hyuk sudah
membuat cincin untuk Se Yeon (putri dari Perwakilan Shin). Min Hyuk
tampak terkejut, dan In Joo memberi tanda pada Min Hyuk untuk diam, dan
ikut rencananya agar Ketua Jo tidak lagi marah.
“Itu
mungkin sedikit canggung setelah sebelumnya berteman saja. Se Yeon
datang hari ini, kan? Kamu sudah memberitahu perwakilan untuk tidak
mengirim siapapun, karena kita akan pergi menjemputnya. Kau pergi, kan?”
tanya In Joo pada Min Hyuk.
“Aku akan pergi. Aku harus menemui Se Yeon.” Jawab Min Hyuk sambil menatap ayahnya.
In
Joo mengatakan pada suaminya untuk memberikan beberapa kelonggaran pada
Min Hyuk. Orang-orang mengatakan bermain-main selagi masih muda itu
bagus untuk kehidupan pernikahan. “Tidak bisakah anda lihat dengan
melihat saya?” In Joo tertawa malu. Min Hyuk lalu keluar.
***
Min
Hyuk sudah berganti pakaian dan berjalan menuruni tangga. In Joo
memanggilnya dan memastikan Min Hyuk akan menemui Se Yeon. Min Hyuk
tidak menjawab dan kembali berjalan. Tapi In Joo mengingatkannya untuk
membawa serta cincin yang sudah disiapkannya untuk Min Hyuk.
Min
Hyuk mengambil cincin itu dan melihatnya. “Ahjumma, aku bisa membiarkan
kau bersikap manis di depan pria itu, tapi jangan tersenyum seperti itu
di depanku, dan bersikap seperti seorang ibu. Karena aku tidak tahan.”
In Joo tersenyum, “Min Hyuk, kau pasti memiliki cara yang sangat rumit untuk mengatakan terima kasih. Pergilah.”
Min
Hyuk pun berjalan pergi dengan membawa cincin itu. Sepertinya Min Hyuk
belum bisa menerima ibu tirinya itu. Tapi In Joo juga sepertinya bukan
tipe ibu tiri jahat, karena senyumnya tulus.
***
Siang
hari, ternyata Yoo Jung bekerja sebagai petugas pintu tol. Dia menyapa
pelanggan dengan sopan, dan berterima kasih saat menerima kaleng
minuman. Tapi itu ternyata sampah yang diminta pelanggan untuk
dibuangkan. Yoo Jung pun sedikit kesal. Tapu rupanya itu sudah biasa
untuknya, karena tempat sampat disampingnya pebuh dengan kaleng-kaleng
bekas yang mungkin juga diberikan pelanggan untuk dibuang.
Yoo
Jung bersama Hae Ri, yang ternyata juga bekerja disana, dan satu orang
lagi temannya yang berbadan gemuk sedang beristirahat makan siang.
Mereka berbagi bekal bersama.
“Orang-orang
telah menghabiskan banyak uang, tapi kenapa orang-orang yang bekerja
banyak tidak memiliki banyak uang.” Hae Ri mengeluh.
Teman
yang satu menanggapi, “Apa kau bekerja keras? Kecantikan untuk wajah
dan tubuhmu, kau punya banyak waktu untuk menghabiskannya. Lihat saja
Yoo Jung dia selalu bekerja….”
Hae
Ri memotongnya, merasa tahu kelanjutannya. “Ya, ya, ya bekerja siang
dan malam untuk membantu pacarnya, tidak punya tabungan sama sekali.
Bahkan kemarin, dia menjadi supir pengganti…” Yoo Jung menyumpal mulut
Hae Ri menyuruhnya diam.
Teman mereka menanyakan
kemana mereka akan pergi malam ini untuk makan malam perusahaan, apakah
sup kentang tulang babi lagi. Yoo Jung juga ingin tahu, tapi dia tidak
bisa pergi hari ini. Teman-temannya bertanya mengapa Yoo Jung tidak bis
ikut.
Yoo Jung tersenyum, “Karena hari ini benar-benar, sangat penting.”
***
Se
Yeon berjalan keluar bandara. Dia dikejutkan oleh seorang pria yang
merangkulnya. “Sudah lama sekali Shin Se Yeon.” Min Hyuk menyapa teman
lamanya itu. Se Yeon menanyakan sedang apa Min Hyuk disana. Tentu saja
untuk menemui Se Yeon.
“Dan aku disini, untuk
memberikanmu cincin.” Min Hyuk menunjukan cincinnya. “Keluargamu dan
keluaraku seperti saudara sejak dulu. Ada apa dengan pernikahan ini?”
tanya Min Hyuk. Se Yeon berjalan pergi tanpa menghiraukan Min Hyuk.
Min
Hyuk mengejarnya, dan bertanya apakah Se Yeon tidak akan menerima
cincin itu. Se Yeon mengatakan jika Min Hyuk tidak ingin menikah, maka
jangan melakukannya. Menggunakan ayahnya sebagai alasan, Se Yeon bilang
jangan memaksanya.
“Aku
tidak pernah bilang aku tidak menyukainya. Kenapa aku tidak akan
menyukainya? Dana rahasia atau komite investigasi, jaksa dan media terus
mengganggu perusahaan kami, tapi jika aku menikah denganmu, aku
membayangkan ayahmu akan melindungi sebagian dari itu. Juga untuk
keluargamu, memiliki sumber pendanaan yang solid, bukankan itu
menguntungkan bagi kita berdua? Pada akhirnya itu adalah pernikahan
transaksi, karena kita mengenal satu sama lain, bukankah itu lebih
baik?” Min Hyuk menjelaskan panjang lebar.
“Hanya
itu saja?” tanya Se Yeon dingin. Min Hyuk membenarkan dan meminta Se
Yeon menerima cincinnya. Cincin itu harganya mahal. Se Yeon bertanya apa
ada hal lain yang Min Hyuk punya selain uang. Min Hyuk bilang jika Se
Yeon tidak mau menerimanya, dia akan membuangnya.
“Apakah
semudah itu? Kalau begitu buang saja.” Ujar Se Yeon masih dengan sikap
dinginnya, dan berjalan pergi setelah menyenggil Min Hyuk dengan troli
barangnya. Min Hyuk yang kesakitan mengejarnya.
Kini
mereka dalam mobil. Min Hyuk bertanya apa yang ingin Se Yeon lakukan,
“Jika kau tidak akan mengambilnya, kau bisa mengubahnya terbali atau
semacamnya.”
“Jika aku mengubahnya terbalik…”
“Aku
akan memberikan semua yang kau mau. Tapi, aku tidak bisa membawanya
terlebih dulu. Jika ayahku mendengar ini, dia akan segera menendangku
keluar. Lagipula ayahmu tidak suka padaku.” (Jadi, Min Hyuk ini
sebenarnya tidak ingin menikah dengan Se Yeon, maka dia berusaha
membujuk Se Yeon untuk membatalkan pernikahan mereka, dengan alasan Se
Yeon juga tidak menginginkannya.)
Se
Yeon mengatakan ayahnya tidak peduli akan hal itu. “Karena tidak peduli
seberapa buruk makanan anjingmu, dia masih membutuhkan Kye Grup.”
Min
Hyuk kembali mencari alasan, Se Yeon tidak suka tinggal bersamanya.
“Bisakah kau bayangkan kita tinggal bersama?” Min Hyuk melihat
pertanyaannya dijawab dengan senyuman tipis oleh Se Yeon. Dia pun
mengatakan Se Yeon lah yang akan menjadi orang pertama yang akan
membatalkan pernikahan ini. Se Yeon tidak menjawab.
Mobil
Min Hyuk memasuki pintu tol. Dan kebetulan yang bertugas adalah Yoo
Jung. Min Hyuk mengenalinya saat akan memberikan uang. Yoo Jung juga
mengenalinya.
“Pengganti. Apakah ini tempatmu bekerja?”
“Pelanggan total tarifnya 8 dolar.” Yoo Jung tidak menghiraukan Min Hyuk yang bertanya padanya.
Min
Hyuk melihat di belakangnya banyak mobil mengantri. Min Hyuk menarik
kembali tangannya yang memegang uang, dan mengatakan bahwa dia tidak
membawa dompet. Yoo Jung menawarkan untuk mengirimkan tagihan dengan
melacak mobil Min Hyuk. Atau Min Hyuk bisa mengambil jalan ke arah sana…
Min Hyuk menyela, “Oh benar, berkat dirimu, aku
tidak mengemudi dalam keadaan mabuk semalam, aku menghargai itu.” Yoo
Jung tetap tidak menanggapinya dan mengatakan akan mengirimkan
tagihannya pada Min Hyuk, dan Min Hyuk bisa memberikan biaya supir
pengganti untuknya 15 dolar secara terpisah.
Min
Hyuk menyindirnya, “Wow, kau ingin menagih biaya supir pengganti tanpa
malu. Bekerja keras seperti itu, kau akan menjadi chaebol. Tapi aku
benar-benar tidak punya uang, apa yang harus aku lakukan? Apa kau ingin
mememinjamkannya padaku?” Se Yeon yang dari tadi diam akhirnya bertanya
berapa biayanya. Tapi Min Hyuk menolak karena dia yang berhutang.. (Min
Hyuk sengaja membuat masalah dengan Yoo Jung.)
“Oh, karena aku tidak suka punya hutang, ini. Ini adalah jaminan.” Min Hyuk memberikan cincin itu pada Yoo Jung.
“Apa yang kau lakukan?” Se Yeon terkejut. Min Hyuk mengatakan bahwa sebelumnya Se Yeon yang bilang dia tidak akan menerimanya.
Yoo
Jung mengembalikannya. Min Hyuk bilang itu jaminan, dan melemparkannya
pada Yoo Jung, lalu Min Hyuk menjalankan mobilnya. Se Yeon kesal
membentak Min Hyuk.
Yoo
Jung keluar dari pos dan menggedor mobil Min Hyk. Min Hyuk menurunkan
sedikit kaca mobilnya dan mengatakan pada Yoo Jung untuk menjaga cincin
itu dengan aman. Dia akan kembali besok untuk mengambilnya.
“Anda
tidak hanya tidak memiliki rasa hormat terhadap uang, tetapi anda juga
tidak memiliki rasa hormat terhadap orang lain, pelanggan.” Yoo Jung
sangat kesal, menggetok kaca mobil. Min Hyuk memuji Yoo Jung yang
memiliki cara bagus untuk membaca karakter orang. Tapi dia meminta Yoo
Jung untuk memukul kaca mobilnya. “Sampai ketemu lagi!” Min Hyuk
mengedipkan matanya.
Min Hyuk menjalankan lagi
mobilnya dan melihat Yoo Jung yang berteriak mobilnya dari cermin mobil.
Dia tertawa melihat Yoo Jung ditegur pelanggan lain yang sudah
mengantri. Hae Ri juga melihat kejadian itu.
“Apa yang kau lakukan?” tanya Se Yeon dingin, sepertinya kesal karena Min Hyuk memberikan cincin itu.
“Aku pikir kau tidak ingin menerimanya. Kenapa? Apakah itu tampak boros untuk memberiknnya kepada orang lain?” tanya Min Hyuk.
“Apakah
menurutmu aku merasa kehilanga cincin itu? Karena cincin bodoh itu, aku
harus mengambil simpati dari orang-orang seperti dia?” Se Yeon tampak
marah sekali. Min Hyuk mengatakan Shin Se Yeon benar-benar memiliki
tingkat kemarahan yang berbeda dengan orang lain.
***
Yoo
Jung membuka pintu lokernya dan melihat cincin yang tadi diberikan Min
Hyuk. Yoo Jung tercengang. Lalu dia dikagetkan Yi Jung yang tiba-tiba
berdiri disampingnya dan bertanya apakah cincin itu asli, dia ingin
mencobanya sekali saja. Tapi Yoo Jung menolak, cincin itu bukan milik
mereka. Hae Ri memaksa, dan akan merebutnya. Dengan cepat Yoo Jung
menyimpannya di loker.
Yoo
Jung membuka lemari es dan mengeluarkan kotak kue. Hae Ri mengatakan
Yoo Jung bahkan membuat kue karena ini adalah hari istimewa. “Kau harus
memberikan dia entah itu smartphone ataupun giftcard.” Saran Hae Ri.
“Itu sama yang dilakukan oleh orang lain. Ini jelas berbeda.” Yoo Jung tersenyum.
“Dari
cara aku melihatnya, sepertinya kau sedang berusaha terlalu keras. Kau
bahkan belum mendapat satu panggilan pun hari ini, kan?” selidik Hae Ri.
Yoo Jung pun menunjukan ekspresi seperti membenarkan. Hae Ri mengatakan
Yoo Jung hanya akan terluka dengan melakukan ini. (oow, perasaan gak
enak kalau udah kayak gini…)
Hae
Ri merebut kotak kue itu dan mengajak Yoo Jung memakannya saja. Yoo
Jung memelintir tangan Hae Ri dan memintanya menyerahkan kotak kue itu.
Hae Ri meminta maaf sambil kesakitan dan menyerakan kotak kuenya.
“Lihat saja jika ini hancur.” Yoo Jung mengeluarkan kue dari kotak untuk memeriksanya. Kuenya masih utuh, Yoo Jung tersenyum.
“Do Hoon love Yoo Jung. Hari jadi ke 7 tahun.”
***
Do Hoon berlari memasuki sebuah restoran. Dia menemui seorang wanita yang sudah menunggunya, dan bukan Yoo Jung.
“Halo. Saya Ahn Do Hoon.” Do Hoon memperkenalkan diri.
“Kau terlalu keren untuk menjadi seorang pengacara.” Wanita itu memuji Do Hoon.
Ponsel Do Hoon berbunyi, dari Yoo Jung, tapi Do Hoon menolak panggilannya.
Yoo Jung mendapatkan jawaban kotak suara, “Setelah bunyi bip, akan diteruskan ke pesan suara.”
Kadung sudah menelpon, dan di juga tidak ingin di ejek lagi oleh Hae
Ri, maka Yoo Jung berpura-pura bahwa Do Hoon yang menerima telponnya,
dan mengadakan janji bertemu. Yoo Jung memandangi fotonya bersama Do
Hoon yang ditempel di loker.
Yoo Jung membawa sayuran di dalam plastik dan juga menenteng kotak kue, menuju suatu tempat.
***
Park Kye Ok, ibunya Do Hoon terlihat gelisah memegang ponsel. “Baik itu iya atau tidak, setidaknya dia harus menelpon.”
Ibu
Park pun menelpon seseorang, “Oh Nyonya Park! Apa yang dikatakan pihak
itu? Mereka menyukai Do Hoo, kan? Apa? Ya.” Kemudian ada yang mengetuk
pintu. Ibu Park membangunkan ayah Ahn In Hwan yang sedang menonton
televisi dengan kakinya, memberi kode untuk membukakan pintu.
Ayah
Ahn berdiri untuk membuka pintu, sementara Ibu Park masih saja menelpon
dan mebangga-banggakan anaknya. Ibu ini sepertinya sedang bertelepon
dengan mak comblang. Jadi tadi itu Do Hoon bertemu dengan teman kencan
buta yang di atur ibunya.
Ayah
membuka pintu, dan masuklah Yoo Jung. Ayah tampak salah tingkah. Ibu
yang menyadari kedatangan Yoo Jung setelah ayah sedikit meninggikan
suaranya menyapa Yoo Jung yang membawa banyak bahan makanan, menutup
telponnya.
Yoo Jung menyapa ibu dan langsung
menuju dapur mengeluarkan bawaannya. Rumah keluarga Do Hoon sederhana
sekali, di sebuah gedung apatemen biasa.
“Kenapa kau datang kemari tanpa menelpin? Do Hoon akan pulang terlambat.”
“Itu
sudah lama sekali sejak saya datang menemui anda, ayah dan ibu.” Elak
Yoo Jung. Dia kemudian menunjukan labu yang dibawanya.
Ibu
sedang melihat hipotek-hipotek miliknya (surat hutang, aku belum tahu,
itu ibu yang memberikan hutang pada orang laina tau ibu yang berhutang,
tapi sepertinya ibu punya banyak hutang) di meja makan. Dia melihat Yoo
Jung yang sedang memasak labu di dapur.
“Kenapa kau melakukan begitu banyak hal? Do Hoon mungkin akan makan malam sebelum pulang ke rumah.” Tanya Ibu.
“Ayah
sering batuk-batuk belakangan ini. Ini bia digunakan, lalu ibu juga
bisa menjadikan ini sebagai camilan. Kata orang ini juga bagus untuk
sembelit. Ibu harus memakannya juga.” Ujar Yoo Jung.
Tapi
Ibu Park meminta Yoo Jung menghentikannya, tidak ada orang yang akan
memakannya. Terlihat sekali Ibu tidak begitu menyukai Yoo Jung. (Iyalah,
makanya dia jodohin anaknya sama orang lain.)
Yoo
Jung mengatakan itu hampir selesai, dan meminta ibu menunggu di ruang
tengah. Ibu malah mengatakan bagaimana bisa dia hanya melihat dan
menatap saja saat ada tamu disini. Yoo Jung bilang dia bukan tamu, ibu
pernah bilang kalau dia sudah seperti putri ibu sendiri.
“Aku
merasa jahat karena mengambil keuntungan dari putri tetangga lain, itu
saja.” Jelas Ibu. (Rumah tinggal mereka sepertinya berdekatan) Yoo Jung
mengatakan dia hampir selesai, dia akan bersih-bersih dan segera pergi.
Ibu bergumam kalau Yoo Jung pasti bisa membantah.
Tiba-tiba
terdengar suara ayah yang terjatuh. Ibu menghampiri ayah yang terjatuh
dan menumpahkan bawang putih. Ibu mengomel pada ayah. Telpon ibu
berdering, tapi ibu tidak mendengarnya. Yoo Jung berinisiatif menerima
telpon ibu.
“Hye
Ok. Sepertinya pihak gadis itu menyukai Do Hoon. (terdengar juga suara
yang menanyakan pihak Do Hoo) Pihak dia sudah mengatakan mereka akan
mengatur sebuah kantor untuknya.”
Yoo Jung
terkejut. Dia meminta orang yang menelpon untuk menunggu, dia akan
memberikan telponnya pada ibu. Yoo Jung kemudian memanggil ibu dan
memberikan ponselnya.
Ibu menerima telpon itu,
dan terhenyak kaget karena Yoo Jung tadi menjawab telpon dari mak
comblang yang sebelumnya di telpon ibu. Ibu buru-buru menutup telponnya
dan mengatakan akan menghubungi lagi nanti. Kemudian ibu menatap tidak
enak punggung Yoo Jung yang kembali melanjutkan memasak.
Yoo
Jung sedang mengupas apel. Ayah memakan apelnya sambil menonton
televisi, dan ibu menopang dagu menatap Yoo Jung kesal. Ibu lalu
pura-pura menguap, “Kenapa aku merasa mengantuk lebih awal? Berhentilah
memotong Yoo Jung. Jika dia makan yang masam-masam selarut ini, dia akan
bersendawa semalaman.” Ibu kembali meopang dagunya.
Raut
wajah ayah sepertinya tidak demikian. Yoo Jung pun berhenti memotong.
Ayah Ahn merasa tidak enak pada Yoo Jung yang sengaja datang tapi tidak
bisa bertemu Do Hoon. “Tidak, saya datang untuk bertemu kalian hari
ini.” Kata Yoo Jung dengan tersenyum.
Merasa
sudah tidak nyaman, mungkin, Yoo Jung akhirnya pamit. Ibu tersenyum
senang mendengar Yoo Jung akan pulang. Ibu segera berdiri dan mengatakan
pada Yoo Jung agar jangan membelikan apapun lagi untuk mereka. “Tidak
ada yang baik dari semua gadis dewasa datang dan pergi ke rumah orang
lain.” Ibu secara halus melarang Yoo Jung untuk datang kembali ke rumah
mereka.
Yoo Jung tidak menanggapinya, dan kembali pamit pulang sambil membawa kotak kuenya.
Setelah Yoo Jung pergi, ibu membuka tudung saji di meja makan. Ada makanan buatan Yoo Jung tersaji disana.
“Kau…tidak seharusnya membuat kesepakatan seperti itu dengan putramu.” Tegur ayah.
“Apa maksudmu aku membuat kesepakatan?” tanya ibu. (Hmm.. kesepakatan apa ya?)
Ibu
membuka labu isi yang dibuat Yoo Jung, “Aigoo, dia bisa melakukan semua
ini tanpa seorang ibu. Keahlian memasaknya begitu bagus dan terlatih.”
Ibu mencicipinya dan mengatakan bahkan rasanya enak.
Setelah
di usir secara halus oleh Ibu Park, Yoo Jung berjalan pulang dengan
perasaan sedih. Yoo Jung masuk ke toko kue milik ayahnya. Ayah baru saja
menandatangani sesuatu dengan seorang pria. Ayah bilang dia akan
merenovasi bagian belakang toko.
“Renovasi? Kau selalu bilang tidak punya uang. Dimana kau mendapatkan uang itu?” Yoo Jung cemberut.
“Aku tidak akan memintanya padamu.” Sahut ayah. “Karena kau akan menikah dengan jaksa itu, keluargamu harus kuat seperti itu.”
“Siapa
yang akan menikahi jaksa? Aku akan menikahi Do Hoon.” Yoo Jung sewot.
“Tapi…untuk menikahi seorang jaksa, mereka bilang ada tiga kunci yang
merupakan kebutuhan pokok.”
Ayah kemudian bilang
dia tidak punya uang, dan mengalihkan perhatian pada berkas yang
dipegangnya. Yoo Jung tersenyum dan memandang ayahnya, “Wajah ini satu,
tubuh luar biasa ini satu, dan hatiku. Bukankah itu memenuhi tiga kunci
persyaratan? Ayah, kau sudah menabung uangmu.” Yoo Jung berusaha
menghibur dirinya sendiri lewat ayah.
Ayah
bergumam Yoo Jung menyombongkan diri. Ayah kemudian berteriak melihat
Yoo Jung yang mengambil minuman dari display tokonya. Ayah merebutnya
melarang Yoo Jung mengambil dari sana dan meminta Yoo Jung mengambil di
belakang yang sudah dipilih yang sudah melewati tanggal distribusi.
Yoo
Jung terdiam, lalu… “Ayah! Apa kau benar-benar ingin memberiku makan
dengan hal-hal seperti itu setiap saat?” Yoo Jung marah merasa ada
alasan untuk melampiaskan emosi yang sedari tadi ditahannya.
“Apa masalahnya? Aku hanya memberitahu itu karena itu masih baik untuk dimakan.”
“Aku
tidak akan memakannya. Aku tidak akan makan! Aku tidak akan makan! Aku
tidak akan pernah makan itu lagi! Ayah makan semuanya sendiri!” Yoo Jung
yang marah bergegas pergi dari sana, meninggalkan ayah yang bingung
dengan putrinya yang tiba-tiba marah.
Yoo
Jung masuk ke dalam kamarnya dan meletakan kotak kuenya begitu saja di
atas kasur. Yoo Jung kemudian mengeluarkan kue dan memotongnya dengan
kasar. Yoo Jung memakan kue itu begitu saja, dan menangis.
Dia
kemudian melihat kotak cincin yang diberikan Min Hyu, Yoo Jung
mencobanya dan bercermin. Yoo Jung mengusap air matanya dan bercermin
kembali dan tersenyum. Andai cincin ini Do Hoo yang memberikannya,
mungkin itu yang ada di benak Yoo Jung.
“Yoo
Jung.” Ayah tiba-tiba masuk di pintu yang sebelumnya memang tidak
tertutup. Yoo Jung buru-buru menyembunyikan cincinnya. Ayah salah paham
dan menduga itu diberikan oleh Do Hoon.
“Kenapa
kau tidak mengatakan apapun? Tanggal pernikahan… kapan dia ingin
melakukannya?” ayah terlihat sangat senang. Yoo Jung hanya mengatakan
mereka belum membicarakan detailnya. Ayah kemudian memberitahu bahwa Do
Hoon datang lagi.
Do
Hoon menarik tangan Yoo Jung hendak mengajaknya pergi. Yoo Jung
bertanya kemana mereka akan pergi. Do Hoo hanya mengatakan sedikit sulit
untuk dia melakukannya disini, Do Hoon meminta Yoo Jung masuk ke dalam
mobil.
“Jika kau ingin mengatakan sesuatu,
katakan disini. Jangan menyeretku ke tempat yang aneh.” Yoo Jung marah.
Tapi dia tidak menolak saat Do Hoon memapahnya masuk ke dalam mobil. Yoo
Jung tidak mau menatap Do Hoon. Sedangkan Do Hoon tersenyum melihat Yoo
Jung yang sedang ngambek itu, dan memakaikan sabuk pengaman untuknya.
***
Keluarga
Jo, sedang menunggu seseorang untuk makan malam bersama. Min Joo sangat
kesal, berapa lama lagi mereka harus menunggu, karena dia akan ada les.
In Joo meminta Min Joo untuk diam. Dan Min Joo menunjuk Min Hyuk,
menyalahkan. Yang disalahkan hanya tertawa.
Se
Yeon masuk dan duduk, “Maafkan saya. Ayah saya mengatakan, pertemuan itu
berjalan lambat dari yang diharapkan.” Ternyata yang ditunggu adalah
ayah Se Yeon.
“Tidak ada yang perlu dimaafkan.” Ketua Jo bersikap bijaksana.
Kemudian
guru Min Joo sudah datang. Min Joo semakin kesal karena dia melewatkan
makan gara-gara Se Yeon. In Joo meminta pelayan Hong untuk mengantar
beberapa camilan untuk Min Joo.
Se
Yeon kemudian mengatakan dia akan mengatur makan malam lainnya. Namun,
Ketua Jo mengatakan bahwa mereka akan segera menjadi keluarga, saat
mereka tidak bisa makan malam bersama.
Min Hyuk
memberikan kode pada Se Yeon untuk mengatakan pembatalan pernikahan
mereka. Se Yeon lalu memanggil Ketua Jo lagi. “Ketua, pada bulan
Oktober, akan ada pemilihan khusus di wilayah ayah saya. Bagaimana jika
sebelum itu, pernikahan kami…bagaimana menurut anda jika kami yang
mengumumkannya?”
“Itu tidak buruk. Lakukan saja
seperti itu.” jawab Ketua Jo. Ketua Jo kemudian meninggalkan meja makan.
In Joo melontarkan pertanyaan yang entah ditujukan pada siapa, mengapa
begitu sulit untuk makan makam seperti sebuah keluarga. “Keluarga apa,
ahjumma?” tanya Min Hyuk sambil menatap Se Yeon, yang ternyata bukannya
membatalkan pernikahan malah ingin mengumumkannya sendiri.
Se
Yeon tidak peduli dengan apa yang terjadi, dia menicipi sup dan
mengatakan supnya sedikit asin. Min Hyuk memberitahu pelayan Yoon bahwa
supnya asin. Pelayan Yoon meminta maaf dan akan membuatnya kembali. Tapi
Se Yeo melarangnya, “Kau bisa menyesuaikan seleraku sedikit demi
sedikit.”
Min Hyuk yang kesal menegur Se Yeon dengan nada tinggi, “Shi Se Yeon, kau benar-benar!”
“Aku
akan segera menjadi istrimu. Gunakan nada yang sedikit lebih sopan.”
Ucap Se Yeon tenang, dan melanjutkan makannya. Do Hoon menatap tak
percaya Se Yeon atas apa yang diucapkannya tadi.
***
Do
Hoon dan Yoo Jung sudah berada di sebuah café. Do Hoon mengambil sebuah
foto, dari rangkaian foto yang di gantung di jendela. Do Hoon
menunjukan foto itu pada Yoo Jung.
“Apa kau ingat
foto ini? Saat pertama kali datang kesini, kau bilang kau bekerja paruh
waktu di sisi jalan raya, dan mendapati semua wajahmu menjadi
kecoklatan, jadi kau tidak ingin berfoto.” Do Hoo tersenyum. Yoo Jung
tidak menjawab dan mengalihkan pandangannya.
Do
Hoon menunjuk salah satu foto yang masih tergantung. Foto itu adalah
saat pertama kali mereka keluar dan berfoto dengan menggunakan kaos
pasangan. Dan foto yang satu lagi, saat itu Yoo Jung mabuk, Do Hoon
mengambil foto Yoo Jung saat sedang menyanyi dengan diam-diam. Do Hoo
mengatakan pada Yoo Jung untuk tidak mengulanginya lagi (mabuk).
“Apa itu yang ingin kau katakan padaku?” Yoo Jung masih kesal.
Do
Hoon menggenggam tangan Yoo Jung, “Yoo Jung, maafkan aku karena pergi
menemui kencan buta itu. Aku juga minta maaf karena keluar tanpa
menolaknya. Mulai sekarang, itu tidak akan terjadi lagi. Tidak bisakah
kau mengerti ambisi orang tua?”
Yoo Jung hendak
mengatakan sesuatu, tapi Do Hoon menahannya, “Apa kau tahu hari apa hari
ini? Ini sudah 7 tahun sejak pertama kali kita bertemu…jika itu bukan
karena kau, aku tidak akan bisa sejauh ini. Yang telah aku terima
darimu, aku akan membayarmu hingga aku mati…Tidak, aku akan membayarmu
meskipun aku mati.”
Do
Hoon mengeluarkan sebuah kotak cincin, “Yoo Jung, apa kau mau menikah
denganku?” Yoo Jung menatap Do Hoon tak menjawab. Do Hoon lalu
memakaikan cincin itu di jari manis kiri Yoo Jung.
Yoo
Jung tersenyum dalam tangis harunya, menatap cincin itu. yoo Jung
kemudian menutup wajahnya dengan kedua tangan, bahkan semakin kencang.
Do Hoon tersenyum melihatnya.
Yoo Jung menyeka air mata dan air yang keluar dari hidungnya, “Aku terlihat kacau, kan?”
Do Hoon tersenyum membenarkan, matanya juga berkaa-kaca, “Ya, tapi kau masih cantik.”
***
Se Yeon sedang serius bermain billiard. Min Hyuk memandanginya dengan menopang dagu.
“Apa
kau menyukaiku?” tanya Min Hyuk tiba-tiba. “Hmm? Tidak, kan? Jadi
kenapa kau ingin menikah denganku? Aku bilang aku akan memberikan semua
yang kau mau.”
“Benarkan? Yang benar-benar aku inginkan inginkan adalah…kau.” Ujar Se Yeon.
Min
Hyuk tidak percaya, apakah Se Yeon salah makan sesuatu, apakah karena
sup keasinan tadi. Se Yeon mengatakan dia tidak peduli siapa yang akan
dia nikahi, tidak masalah karena dia akan bertemu seorang pria yang
diinginkan ayahnya. Bukankah itu sama untuk Min Hyuk juga.
“Memikirkan
hal itu, kau benar. Daripada memiliki seseorang yang tidak kau kenal,
lebih baik melakukannya dengan seseorang yang kau kenal. Jangan berusaha
terlalu keras. Tidak ada orang tua yang pernah menang atas apa yang
anaknya inginkan? Itu tidak berlaku untuk kita (Jadi, mereka tidak akan
menang melawan orang tua mereka, karena orang tua mereka tidak akan
mengalah).” Se Yeon kembali bermain bilyard.
Se
Yeon menyarankan Min Hyuk agar menyerah dengan Seo Ji Hee, seseorang
yang membuatmu tidak bisa hidup tanpanya. Karena anggap saja Min Hyuk
menang atas cinta mereka, berapa lama Min Hyuk harus hidup tanpa
memiliki apapun.
“Ji Hee dan aku..belum putus. Jangan bicara terlalu gegabah.”
“Kalian
tidak putus. Lalu apa, kau akan menikah dengan dia atau semacamnya?
Kalau begitu pergilah. Katakan pada Ketua. Kau tidak bisa kan? Kau telah
tinggal dengan baik selama 6 bulan tanpa wanita itu, bukan? Tapi
kau..kau bahkan tidak bisa hidup satu haripun tanpa uang ayahmu.” Kata
Se Yeon tajam, yang langsung mengena pada Min Hyuk. Se Yeon menyarankan
pada Min Hyuk untuk menerima apa yang harus dia terima. “Menurutmu,
berapa lama kau bisa tetap angkuh?”
“Sekarang, kau…kau benar-benar tidak menyenangkan.” Min Hyuk pergi meninggalkan Se Yeon yang menghela nafas.
***
Do Hoon menyanyi untuk Yoo Jung. Tentu saja dengan suara falsnya, membuat Yoo Jung tertawa.
“Untuk
orang yang akan kembali. Aku akan memberikan segalanya milikku. Mulai
sekarang dan selamanya, mari kita tidak putus. Aku hanya mencintaimu,
karena aku hanya mencintaimu. Karena aku mencintaimu.”
“Aku
mencintaimu, Yoo Jung. Mari kita bahagia bersama-sama.” Do Hoon
mengakhiri nyanyiannya. Do Hoon memeluk Yoo Jung, lalu mereka di potret
sebagai kenang-kenangan.
Dari jauh, Seo Ji Hee
memandang keromantisan Do Hoon dan Yoo Jung dengan perasaan sedih, dan
berkaca-kaca. Dia mengambil salah satu foto yang tergantung di depannya.
Dia tersenyum memandang fotonya bersama dengan Min Hyuk. Ji Hee meraih
telpon yang ada disana, dan meletakan foto itu di dekat telpon.
***
Min
Hyuk ternyata menemui ayahnya, dia ingin menjawab tantangan Se Yeon
untuk mengatakan pembatalan pernikahan. “Ayah, aku ingin mengatakan
sesuatu padamu.”
Ketua Jo ternyata merasa kesal
dengan ayah Se Yeon yang tidak datang ke jamuan makan malam tadi. Ketua
Jo menyebutnya ular. Min Hyuk merasa ada kesempatan untuknya, “Itulah
yang ingin aku katakan…keluarga itu terkenal karena mengabaikan
bawahannya.”
“Bawahan? Min Hyuk, kau dengarkan
baik-baik. Sekarang kita membungkuk karena kita perlu reputasi parlemen
Shin. Saat bagi mereka untuk merangkak ke kita dengn kepala menunduk
akan segera datang. Tidak ada pria perkasa di depan uang (Setiap orang
memiliki harga).” kata Ketua Jo dan dibenarkan oleh Min Hyuk.
Ada telpon masuk ke ponsel Min Hyuk, dari nomor tidak dikenal. Min Hyuk belum menjawabnya karena ayahnya masih bicara.
Ketua
Jo kemudian mengatakan bahwa Min Hyuk tidak menikah untuk menyukai
orang itu. “Hanya dengan rumor dari kita menjadi besan dengan Perwakilan
Shin, harga saham fluktuatif. Tetapkan tanggalnya.”
Telpon
masuk lagi ke ponsel Min Hyuk, kali ini ditolaknya. “Ya ayah, tapi…jika
aku menikah, bisakah aku bercerai?” Muka Ketua Jo menegang, “Si
brengsek ini…”
Min
Hyuk akhirnya menjawab telponnya, “Halo? Siapa ini? Ji Hee? Kau Ji Hee,
kan? Ji Hee, itu kau, kan? Ji Hee kau dimana?” Min Hyuk pelan-pelan
berjalan mundur hendak keluar.
“KAU MAU PERGI
KEMANA? Apa pikiranmu sedang sadar, sekarang?” Ini Ketua Jo sebenarnya
menegur Min Hyuk yang mau keluar tanpa permisi.
Telpon
terputus. Min Hyuk membungkuk pad ayahnya dan keluar ruangan. Di luar,
Min Hyuk mencoba menghubungi balik nomor yang tadi menelponnya, dan
menanyakan lokasinya. Monet café. Sepertinya Min Hyuk mengenal tempat
itu.
***
Hari
hujan. Mobil Do Hoon yang dalam perjalanan pulang tiba-tiba mogok
ditengah jalan. Do Hoon keluar mobil untuk memeriksa. Di arah
berlawanan, Gwang Soo hendak menuju Monet café atas perintah Min Hyuk.
Ji
Hee berpayung merah sedang menunggu taksi. Lalu masuk mobil Gwang Soo
ke parkiran café. Ji Hee mengenali Gwang Soo yang turun dari mobil dan
masuk ke dalam café.
Ji Hee menyadari Gwang Soo datang untuk mencarinya, dia kemudian berjalan menjauh dari sana dan menuruni tangga.
Mobil
Do Hoon belum juga menyala. Mereka tidak tahu apa yang harus dilakukan.
Yoo Jung memukul dashboard mobil, “Kenapa mendadak begini…” mesinnya
kembali menyala. Mereka pun tersenyum senang.
“Emma-ku yang malang, dia mengalami waktu yang sulit saat hujan.” Ujar Yoo Jung pada mobil itu.
Mobil
kembali melaju. Yoo Jung meraih tangan Do Hoon dan mengenggamnya. Yoo
Jung mengucapkan terima kasih karena Do Hoon menikahinya.
“Omong kosong apa itu. Kaulah yang mengizinkan aku menikahimu.” Ujar Do Hoo.
“Aku
mencintaimu!” Yoo Jung menatap Do Hoo. “Aku mencintaimu! Aku
mencintaimu!” Do Hoon melarang Yoo Jung untuk menatapnya lagi.
Tiba-tiba
ada truk dari arah kanan. Do Hoon membanting stir ke kiri. Genggaman
tangan Yoo Jung terlepas, dan tubuhnya terbentur kanan kiri dan kedepan.
Mobil berputar-putar tapi tetap maju, dan menabrak beberapa barang yang
ada di jalan. Sampai akhirnya Do Hoon bisa menginjak rem, tepat di
depan sebuah truk yang parkir yang ada besi panjang di belakangnya.
“Yoo Jung, kau baik-baik saja?”
“Ya..apa yang kita tabrak?”
“Aku
juga tidak yakin. Kau..tetap disini sebentar karena akan berbahaya. Aku
akan segera kembali.” Do Hoon tetap keluar mobil walaupun sebelumnya di
larang Yoo Jung.
Do
Hoon berjalan ke belakang, memeriksa apa yang tadi ditabraknya. Dia
berhenti dan melihat ke jalan. Yoo Jung menunggu dengan gelisah, Do Hoon
tak lagi terlihat olehnya dari kaca mobil. Yoo Jung memutuskan untuk
keluar menyusul Do Hoon.
“Oppa! Oppa!” Yoo Jung
berjalan memanggil Do Hoo yang tak juga dilihatnya. Tiba-tiba Do Hoon
muncul dari samping. Yoo Jung menanyakan apa yang mereka tabrak. Do Hoon
menunjuk drum yang ada di tengah jalan.
“Oh, aku
sangat lega. Melegakan sekali!” Yoo Jung tersenyum. Do Hoon kemudian
mengajaknya pergi. “Tunggu sebentar. Biarkan aku membersihkan jalannya.
Mobil lain juga mungkin bisa kecelakaan.” Yoo Jun kemudian mendorong
drum ke pinggir jalan, dibantu Do Hoo.
Mereka kembali ke dalam mobil. Yoo Jung bertanya haruskah mereka menghubungi perusahaan asuransi. Do Hoon bilang lupakan saja.
“Aku merasa kita harus menghubunginya…”
“Aku
bilang lupakan!” Do Hoon membentak Yoo Jung. Dia kemudian beralasan
suasana hatinya kurang baik karena meminum dua gelas wine tadi.
“Kurasa
kita akan hidup dengan baik. Saat mobil mulai berputar tadi, kupikir
ini adalah, kau tahu? tapi kita benar-benar baik-baik saja.”
Do
Hoo melihat kening Yoo Jung yang terluka, “Kau tidak apa-apa?” Yoo Jung
bilang dia baik-baik saja. Malah dia merasa mereka akan hidup lama dan
baik.
Do Hoon mememeluk Yoo Jung, seperti ketakutan akan sesuatu, “Itu benar, mari kita hidup dengan baik.”
Mereka pun menjalankan kembali mobilnya.
***
Min Hyuk di Monet café, dia mendapatkan telpon dari Gwang Soo. “Apa kau menemukannya? Dimana?”
Gwang
Soo menemukan Ji Hee yang terbaring di pinggir jalan yang sapi dengan
berlumuran darah. Gwang Soo memeriksa hembusan nafas Ji Hee.
***
Do
Hoo dan Yoo Jung sampai di depan rumah Yoo Jung. Yoo Jung medapati
mobil bempernya penyok, dan penyeka airnya juga rusak. Do Hoo yakin itu
akan mengeluarkan biaya banyak untuk memperbaikinya. “Kita telah
menggunakan mobil ini cukup lama. Saat ini, kita bisa menutupinya dan…”
“Kenapa?
Kita bisa menggunakannya lebih lama lagi jika kita memperbaikinya.
Tinggalkan saja disini. Aku akan memperbaikinya.” Saran Yoo Jung.
“Aku
bilang lupakan saja. Aku akan mengurusnya.” Do Hoo mendorong Yoo Jung
untuk masuk ke dalam. Yoo Jung mengatakan Do Hoon keras kepala.
Yoo
Jung mencium Do Hoon di pipi, bibir, pipi, bibir, kecupan singkat, dan
mengatakan agar Do Hoo hati-hati mengemudi. Yoo Jung pun naik ke
rumahnya dan melambaikan tangan. Do Hoon tersenyum. Tapi begitu Yoo Jung
sudah tidak terlihat, raut wajahnya berubah khawatir seperti tadi, dan
dia melihat mobilnya yang rusak. Do Hoon kembali masuk dan menjalankan
mobilnya.
***
“Ayah!
Aku sudah dilamar.” Yoo Jung mengatakan kabar bahagia itu pada ayah.
Tapi ayah bilang Yoo Jung sudah mengatakan itu sebelumnya (saat ayah
salah paham dengan cincin Min Hyuk). Yoo Jung membenarkan, tapi dia
ingin mengatakan pada ayahnya lagi.
Ayah menatap
wajah Yoo Jung, dan melihat memar di dahi Yoo Jung. Ayah khawatir,
“Hei, ada apa dengan wajahmu? Apa kau terluka?” Yoo Jung mengatakan dia
hanya sedikit terbentur. Ayah bilang terbentur apa, kening Yoo Jung
sangat bengkak. Ayah akan mengompres Yoo Jung dengan es. Tapi Yoo Jung
menolaknya, dan berlari ke kamar.
Yoo
Jung sudah berganti pakaian dan berbaring di tempat tidur dengan
perasaan bahagia. Dia terus tersenyum melihat cincin yang kini melingkar
di jarinya.
***
Min
Hyuk sampai di tempat kejadian. Di sana sudah ada ambulans yang akan
membawa Ji Hee. “Ji Hee! Ji Hee! Kenapa kau seperti ini?” Min Hyuk
terkejut dengan keadaan wanita yang dicintainya itu.
Ji Hee sepertinya masih hidup, dia diberikan bantuan pompa oksigen.
“Kenapa Ji Hee-ku seperti itu?” tanya Min Hyuk pada Gwang Soo.
“Saya rasa itu tabrak lari.” Gwang Soo menjelaskan.
Mobil
Do Hoo juga sampai di tempat kejadian. Dia melihat sosok Ji Hee yang
dimasukan ke dalam ambulans. Do Hoo ketakutan. Apakah dia tadi yang
menabrak Ji Hee?
Min Hyuk terus memanggil Ji Hee,
dan menggedor pintu ambulans yang sudah tertutup dan berjalan. Min Hyuk
terduduk lemas di tengah jalan. Mobil Do Hoo terpaksa berhenti karena
terhalang Min Hyuk.
Min
Hyuk memandang ambulans yang menjauh dengan putus asa, “Aku sudah
bilang aku akan menangkapmu jika kau lari. Aku sudah bilang aku akan
menemukanmu tidak peduli dimana kau sembunyi. Aku sudah bilang padamu,
jangan mati tanpa seizinku. Jangan mati.”
Polisi
mendekati mobil Do Hoon, dan mengetuk kaca jendela pintu. Do Hoo
ketakutan. Tapi ternyata polisi itu meminta Do Hoon untuk menunggu
karena ada Min Hyuk di tengah jalan. Do Hoo sedikit bernafas lega.
Gwang Soo menarik Min Hyuk ke pinggir yang sekarang terlihat marah sekali. Mobil Do Hoo pun melaju meninggalkan tempat itu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar