Episode 2
Min
Hyuk duduk di samping kasur Ji Hee dan menggenggam tangannya dengan
erat. Ji Hee terbaring dengan alat bantu pernafasan oksigen di
hidungnya. Kemudian dokter datang dan mengatakan bahwa bagian dalam Ji
Hee robek akibat benturan, sehingga dia mengalami pendarahan yang parah.
“Karena dia ditinggalkan untuk waktu yang lama,
kelumpuhan hati dan limpa juga sudah dimulai. Masalah yang lebih serius
adalah…bayi di dalam perutnya sudah meninggal, dan itu menekan
rahimnya.”
Min Hyuk terkejut memandang Ji Hee dan dokter bergantian, “Dia mengandung?”
“Ya. Itu penting untuk mengeluarkan bayinya dengan segera.”
“Tolong
selamatkan dia. Tolong.” Min Hyuk menjabat tangan dokter itu. “Tolong
selamatkan dia.” Ekspresi Min Hyuk kosong, dia ingin menangis tapi
sepertinya tidak bisa.
Dokter akan melakukannya, dan meminta perawat untuk memberitahu dokter Park untuk bersiap melakukan operasi.
Min
Hyuk kembali duduk disamping Ji Hee. “Apa yang terjadi? Apa yang
terjadi?” tampak jelas Min Hyuk panik. Dia memegang perut Ji Hee, dan
menahan marahnya. Dia kemudian meminta Gwang Soo memberitahunya semua
yang terjadi.
***
Do
Hoo memeriksa keadaan bawah mobilnya. Kemudian dia mencuci tangannya
yang kotor terkena oli, dan mengingat sosok perempuan yang tadi dia
tinggalkan. Do Hoon menatap pantulan wajahnya dan menangis.
***
Keesokan
paginya, Yoo Jung membuat adonan roti sambil senyum-senyum. Ayah
menegurnya untuk menekan adonan dengan ringan sehingga bisa mengembang
dengan baik. Yoo Jung bilang mengerti, tapi ayah tidak percaya dan akan
menggantikan Yoo Jung. Yoo Jung menolak, dia bukan sedang bermain dengan
tanah liat, tapi setidaknya dia bisa membuat roti.
“Apa?
Rasa itu lebih penting daripada penampilannya. Kau masih banyak yang
harus dilakukan. Kau harus belajar lebih banyak lagi.” Ayah menasehati
Yoo Jung.
Yoo Jung menaburkan tepung ke wajah ayah, dan mereka pun tertawa bersama.
Yoo
Jung mengeluarkan roti dari oven. Dia berteriak kepanasan. Setelah
meletakan di meja, Yoo Jung mengambil satu roti dan memakannya. Tapi
baru satu gigit, ayah mengambil roti itu dengan penjepit roti. “Hei,
bayar sebelum kau makan.”
“Ayah, jika kau memperlakukanku seperti ini, kau akan menyesalinya setelah aku menikah.”
***
Do
Hoon mengenakan jas hendak berangkat kerja, dia mengambil tanda
pengenal dan lencana jaksanya. Dia terlihat masih memikirkan kejadian
semalam.
Terdengar suara ibu Park dari luar
kamar yang sedang berbicara dengan ayahnya, “Ingat ketika anak pemilik
apartemen no. 305 membuka praktek hukumnya, bagaimana rumah itu begitu
pamernya? Ya. Itu pasti menghabiskan banyak uang.”
Do Hoo ikut bergabung dengan ayah dan ibunya yang akan sarapan dengan berbagai macam hidangan di meja.
“Pengacara
belakangan ini, tidak begitu dihormati seperti sebelumnya. Itu sulit
untuk mendapatkan sebuah kasus dimana kau bisa menghasilkan uang
banyak.” Kata Ibu pada Do Hoon.
“Benar-benar. Mulai dari awal, bicara tentang uang, uang, uang!” Ayah marah pada ibu.
Ibu
malah ikutan marah, “Siapa bilang itu karena uang? Bicara blak-blakan,
berapa banyak seorang jaksa benar-benar menghasilkan dalam sehari?
Jumlah uang yang kau dapatkan dari negara ini cukup sama. Aku hanya
bangga Do Hoon belajar begitu giat untuk menjadi pengacara.”
Saat
mereka mulai makan, Ibu Park kembali berbicara pada Do Hoon. Kakak
sepupu ke delapan dari Ahjumma Yeong Sook memiliki teman yang putrinya
adalah dokter obat Asia, Ibu dengar dia cantik dan memiliki kepribadian
yang baik. Ibu masih saja berusaha menjodohkan Do Hoon dengan orang
lain.
Ayah memukul meja, marah. Ibu balik berteriak menyalahkan ayah yang membuat keributan di pagi hari.
“Aku
dengar dia memberi Yoo Jung cincin, mengapa kau harus meniup uap!” ujar
ayah pada ibu. Ibu mengatakan cincin ya cincin, tapi kan mereka belum
mengadakan upacara pernikahan atau apapun.
Lalu
ayah bilang ketika Do Hoo tidak bisa membayar uang kuliah, siapa yang
menolongnya. Siapa yang setiap liburan mengeluarkan uang sakunya.
Membelikan Do Hoo mobil dan membayar asuransinya. “Ketika kau hampir
kehilangan rumah ini, siapa yang menghalangi cek kosong itu?” ayah kesal
pada ibu. Tapi ibu masih saja membela diri, Yoo Jung melakukan itu
semua atas kemauannya sendiri.
Do Hoo yang memang sudah merasa tidak enak hati dari semalam, akhirnya mengutarakan pikirannya, “Apakah ibu ingin kami putus? ‘Terima
kasih karena mendukungku sampai sekarang. Tapi karena aku seorang jaksa
sekarang, aku akan menemukan seseorang dengan latar belakang yang bagus
dan menikah.’ Kalau begitu itulah yang akan aku lakukan.”
Ibu menggeleng malu, “Tidak..bukan begitu..”
“Ibu. Jangan buat anakmu menjadi orang jahat.”
Ibu
tak enak hati, sedangkan ayah tersenyum bangga dengan anaknya. Do Hoon
sudah kehilangan selera makannya, dia berdiri dan beranjak pergi. Ibu
menyupinya telur mata sapi, Do Hoon memakannya sedikit.
Ketika
Do Hoon sudah diluar, ibu melihat keluar dari jendela, “Jaksa! Anakku
jaksa! Semoga harimu menyenangkan! Aku cinta kamu!” ibu membentuk tanda
hati dengan kedua tangan di kepalanya. Ayah memarahi ibu yang berisik,
lalu dia ikut melambaikan tangan tapi seolah itu untuk dirinya, “Pria
tua! Pulang dengan selamat!” Do Hoon sedikit tersenyum dan membungkuk
pada orang tuanya.
Mobil yang semalam menabrak, tidak digunakan oleh Do Hoon.
***
“Tempat
kecelakaan, anda melihatnya langsung bukan?” polisi mengumpulkan
keterangan dari Gwang Soo, orang yang pertama menemukan Ji Hee (padahal
sebenarnya Do Hoon).
“Tidak! Saya tidak melihatnya langsung. Tapi itu terekam di kamera keamanan.” Ujar Gwang Soo.
Polisi
ini terkesan tidak serius, dia mengatakan tidak ada kamera keamanan di
tempat kejadian. Ada sebuah kamera di dekat situ, jadi polisi tahu
mobil-mobil yang melalui tempat kejadian. Tapi ada banyak sekali mobil.
Polisi itu tertawa. Tapi Gwang Soo mengatakan polisi tahu ada mobil yang
lewat. Polisi itu mengatakan itu masih dalam penyelidikan. Gwang Soo
menyerahkan kartu nama Min Hyuk dari Grup K. Polisi itupun salah
tingkah.
***
Ayah
Ahn sedang menyapu tangga di depan gedung rumahnya. Yoo Jung memanggil
dan menghampirinya. Ayah menanyakan apa yang dilakukan Yoo Jung disana
jam segini. Yoo Jung mengatakan dia hari ini kebagian kerja sore.
Yoo
Jung kemudian memberik tas berisi roti yang dia panggang pagi ini untuk
ayah. Ayah berterima kasih. Ternyata Yoo Jung datang untuk mengambil
kunci mobil. Ayah bertanya untuk apa Yoo Jung membawa mobilnya.
“Saya ingin memperbaikinya sedikit. Sebelumnya saya melihat wiper tidak dalam kondisi yang bagus.” Jelas Yoo Jung.
“Kau seharusnya memberi tahu Do Hoon untuk melakukannya.”
“Ini adalah hari pertama Oppa bekerja, jadi dia akan sibuk hari ini, saya tidak ingin membuatnya khawatir.”
Yoo
Jung pamit pergi pada ayah, tapi ayah memanggilnya kembali. “Yoo Jung.
Aku dengar dari Do Hoon. Terima kasih karena membiarkanku menjadi ayah
mertuamu.” Ayah tersenyum bahagia.
***
Yoo
Jung meminta seseorang yang dia kenal untuk memperbaiki wiper mobilnya.
Ahjussi itu tidak mau jika hanya diberi 150 dolar, karena di bengkel
lain saja 500 dolar.
“Itulah sebabnya saya
datang pada anda, Ahjussi. Anda dulunya bekerja di bengkel mobil, jadi
anda bilang anda bisa memperbaiki hampir semuanya dengan mudah.”
“Bahkan untuk mobil bekas murahan, onderdilnya sendiri akan seharga lebih dari 150 dolar.”
Yoo
Jung menaikan tawaran menjadi 170 dolar. Ahjussi itu tetap tidak mau.
Yoo Jung kemudian merayunya dengan roti yang dia bawa, roti kacang merah
seperti yang pernah dia berikan dulu. Dan juga susu. Sepertinya Ahjussi
itu menyerah.
***
Min
Hyuk duduk diam dengan pandangan kosong. Gwang Soo menghampirinya dan
mengatakan bahwa video yang diambil CCTV di dekat tempat kejadian sudah
keluar.
“Katakan langsung. Apakah kau menemukannya?” tanya Min Hyuk masih dengan pandangan kosongnya tak menatap Gwang Soo.
Gwang
Soo menyerahkan tiga berkas STNK pemilik kendaraan yang lewat di jalan
itu. Dua berkas pertama milik pria, dan yang terakhir milik seorang
wanita, Kang Yoo Jung. Min Hyuk mengenalinya sebagai supir pengganti
yang melarangnya mengemudi karena mabuk dan membuang kunci mobilnya. Dia
juga ingat saat dia melemparkan cincinnya pada Yoo Jung yang menjadi
penjaga pintu tol.
“Wali Seo Ji Hee. Wali Seo Ji Hee.” Panggilan dari pengeras suara mengalihkan perhatian Min Hyuk dari berkas itu. Dokter dan perawat berlarian melewatinya. “Tolong segera datang ke unit rawat intensif.” Kembali terdengar panggilan untuk Min Hyuk dari pengeras suara.
Min Hyuk berlarian masuk ke dalam ruang ICU. Dokter dan perawat memeriksa keadaan Ji Hee yang memburuk.
“Ji
Hee. Ji Hee kau tidak apa-apa?” Min Hyuk mendekati Ji Hee. “Ji Hee,
apakah kau baik-baik saja?” Min Hyuk juga bertanya apa yang terjadi pada
dokter, tapi tidak ada jawaban.
Ji Hee membuka
masker alat bantu oksigennya. Dengan nafas tersengal-sengal, Ji Hee
berusaha berbicara, “Bayi kita.” Ji Hee menunjuk perutnya.
“Ji Hee. Semuanya akan baik-baik saja.” Min Hyuk menenangkan Ji Hee dan menggenggam tangannya.”
“Sarang…” Ji Hee berusaha mengatakan sesuatu.
“Apa yang kau katakan?” Min Hyuk tidak mengerti.
“Sarangheyo…” akhirnya Ji Hee bisa mengatakan apa yang ingin dia katakan.
Tapi
setelah itu, Ji Hee menutup mata, untuk selamanya. Min Hyuk panik dan
memanggil Ji Hee berkali-kali untuk membuka matanya. Tapi alat monitor
jantungnya sudah berbunyi panjang. Tiiiiiitttt….
“Seo Ji Hee, 25 tahun, pada jam 11.57, meninggal dunia.” Dokter memberikan berita kematian Ji Hee.
Min
Hyuk yang kalap mengejar dan mencengkram kerah jas dokter yang baru
saja melangkah pergi. “Aku sudah bilang pada anda untuk
menyelamatkannya! Buat dia hidup. Buat dia hidup! Brengsek.” Min Hyuk
mengepalkan tangan hendak memukul. Untuk dengan sigap Gwang Soo segera
menahannya.
Min Hyuk meronta meminta dilepaskan
hingga akhirnya dia terjatuh sendiri dan mendorong Gwang Soo. Min Hyuk
terus memandangi Ji Hee.
***
Sementara
Do Hoon, dia lembur di hari pertamanya bekerja. Hari sudah malam, tapi
dia masih berkutat dengan berkas-berkas. Tiba-tiba lampu ruangan
menyala, ada senior Do Hoon menghampirinya.
“Hei,
tidakkah kau bekerja terlalu keras di hari pertamamu? Tidakkah kau
lelah akan rutinitas kerjamu? Menjadi terlalu serius bisa menjadi tidak
nyaman. Ayo pergi.”
Do Hoon tidak mengerti dan
sepertinya enggan. Tapi seniornya itu bilang inisiasi adalah perintah di
hari pertamanya bekerja. Do Hoon pun tak bisa mengelak lagi.
***
Para
wanita sedang minum-minum di sebuah bar. Seorang wanita menanyakan pada
wanita lain tentang pembangunan gedung yang sedang dia kerjakan. Dan
wanita yang lain menuangkan minuman ke gelas.
“Gedung lebih baik daripada manusia.” Ujar salah satu dari mereka.
“Se
Yeon, kau kembali selamanya dari Perancis bukan?” salah seorang wanita
bertanya pada Se Yeon yang ternyata ada disana. Berarti wanita-wanita
ini adalah temannya Se Yeon.
Se Yeon tidak
menyangkal. Lalu temannya menanyakan Se Yeon yang pulang untuk menikah.
Sementara temannya yang lain menduga Se Yeon pulang untuk membantu
ibunya yang membuka sebuah galeri.
“Jo Min Hyuk, aku benar kan?”
“Belum pasti. Itu masih dalam pembicaraan orang tua.” Jawab Se Yeon.
“Aku
dengar jika semua artis wanita terkenal dan popular datang ke pesta
sebuah klub Jo Min Hyuk.” Ujar teman Se Yeon yang rambutnya diikat.
“Aku bertemu dengan Hong Jung Ah di salon, dan dia berpikir dia berkencan dengan Jo Min Hyuk.” Ujar teman yang satu lagi.
“Hong
Jung Ah, bukankah mereka memang sudah?” teman berbaju merah melirik
sinis pada Se Yeon. Mereka kemudian tertawa, seperti mengejek Se Yeon
yang akan menikah dengan Min Hyuk. Sementara Se Yeon yang sudah merasa
tidak nyaman sejak tadi, hanya meminum wine-nya tanpa tersenyum
mengatakan apapun.
Do
Hoon keluar dari tempatnya minum-minum bersama rekannya. Dan berdiri di
luar, sepertinya di bagian belakang gedung. Dia berpegangan di batas
tangga.
Di lantai di atasnya, keluar Se Yeon
yang berteriak kesal dan menendang kardus-kardus yang ada disana hingga
sepatunya terlepas dan jatuh ke lantai paling bawah. Se Yeon menghela
nafas kesal. Do Hoon memperhatikannya dari bawah.
Se
Yeon berjalan menuruni anak tanggan dengan kesal. Dia berpapasan dengan
Do Hoon. Saat melewatinya Se Yeon berhenti sejenak dan berkata pada Do
Hoon.
“Apakah kau senang menonton? Kau…tampaknya
tidak menjadi pengunjung yang bahagia juga.” Ujar Se Yeon pada Do Hoon
yang tidak menanggapinya.
Se Yeon melanjutkan perjalanannya menuruni tangga ke lantai bawah dan membuka sepatu yang sebelah lagi.
***
Min
Hyuk menghadiri pemakaman Ji Hye dirumahnya. Pemakamannya sepi. Seorang
wanita tua menghampiri Min Hyuk dan menggenggam tangannya.
“Terima
kasih atas kedatanganmu. Terima kasih. Apakah kau mengenal baik Ji Hee
kami?” rupanya ibu Ji Hee tidak tahu siapa Min Hyuk.
Min Hyuk melepaskan tangannya yang di genggam dan mengatakan bahwa dia teman dari Ji Hee.
***
Yoo
Jung sedang bereksperimen dengan adonan untuk membuat resep masakan
yang akan diikut sertakan dalam sebuah lomba kompetisi resep produk
baru. Yoo Jung tersenyum ketika berhasil mendapatkan campuran yang dia
inginkan. Dia kemudian menuliskannya.
Esoknya,
Yoo Jung berlari keluar dari toko sambil membawa amplop yang sepertinya
berisi resep makanan yang semalam di kerjakannya. Dia kembali mundur
setelah melihat seseorang mengamati mobilnya, dan bahkan memotret mobil
Yoo Jung yang sudah selesai di perbaiki.
“Ahjussi, ahjussi, apa yang kau lakukan?”
“Apakah anda pemilik mobil ini?”
Yoo
Jung membenarkan. Pria itu adalah polisi, dia menanyakan apakah benar
namanya Kang Yoo Jung. Dan Yoo Jung kembali membenarkan.
“Malam
tanggal 23 yang lalu. Antara jan 10 malam sampai 12 tengah malam, anda
mengemudi sepanjang Rute 8, bukankah begitu? Anda tidak menyetir
sendirian?”
Yoo
Jung teringat perkataan Do Hoon setelah kecelakaan itu. do Hoon
mengatakan dia telah minum 2 gelas anggur, dan meminta Yoo Jung untuk
tikda memperbesar masalahnya, karena hanya bempernya yang rusak.
“Ya
betuk. Ada masalah apa?” Yoo Jung membenarkan, sepertinya dia tidak
ingin membebankan Do Hoon, dan kenyataan Do Hoon habis mabuk mungkin
bisa bertambah buruk jika polisi itu tahu Do Hoon yang mengemudi.
“Kecelakaan tabrak lari.”
“Tabrak lari? Apa yang anda bicarakan?” Yoo Jung benar-benar terkejut.
***
Ketua
Jo sedang makan bersama dengan In Joo dan Min Joo. In Joo mengatakan
pada Ketua Jo yang akan membuka musikal baru, kali ini penonton harusa
agak penuh agar aktor mereka merasa energik. Ketua Jo meminta
mengosongkan beberapa kursi untuk karyawan mereka.
In
Jo tertawa. Lalu dia mengambilkan terong yang merupakan obat kuat alami
di musim dingin. “Makanlah sedikit.” In Jo menyodorkan terongnya pada
Ketua Jo, yang tersenyum dengan perhatian istrinya itu.
Tiba-tiba Min Hyuk datang dan berdiri di ujung meja di sebrang ayahnya.
In Joo bertanya apa yang kau lakukan Min Hyuk semalaman sehingga baru
pulang.
Dengan tatapan marah, Min Hyuk berkata pada ayahnya bahwa In Hee meninggal dunia.
“Kepala
pelayan Yoon. Bawakan semangkuk besar garam dan taburkan. Hantu tidak
baik untuk rumah bisnis.” Ketua Jo berkata dingin.
Min Hyuk menyeringai “Tentu saja. Mengapa? Jadi kau bisa memisahkan kami bahkan dalam kematian?”
“Aku suka pandangan itu dalam matamu. Ketika kau kalah, kau juga bis beruntung.”
“Jadi…jadi kau mengirimkan ibu seperti itu?” Min Hyuk berteriak marah.
In Jo bangkit dan menghampiri Min Hyu, “Min Hyuk. Kata-katamu terlalu kasar pada Ketua, naik ke kamarmu.”
Min Hyuk menarik tangannya yang disentuh In Jo, “Jangan ikut campur dan pergi. Kami sedang bicara sebagai keluarga.”
“Min Hyuk!”
“Aku bilang pikirkan saja urusanmu dan pergi!” teriak Min Hyuk pada In Joo. In Jo terdiam. Min Joo dibawa pelayan ke kamarnya.
“Saat
kau kecil, kau merengek karena anjing yang kita besarkan di rumah ini
mati, lalu setelah itu kau masuk ke dalam mobil. Selama beberapa hari
kau hanya mengendarainya. Berapa umurmu? Apakah kau di usia yang
merengek karena mainanmu patah?” Ketua Jo membentak Min Hyuk.
“Bagaimana
denganmu, ayah? Karena kau membutuhkan mainan lain, itulah mengapa kau
membawa dia?” Min Hyuk mengacungkan jarinya di depan muka In Jo. Plak!
In Jo menampar Min Hyuk. (Min Hyuk memang keterlaluan, padahal aku
merasa In Jo sudah berusaha mencoba menjadi ibu sambung yang baik untuk
Min Hyuk.)
“Pergi.
Pergi dan hiduplah sendiri, coba jalani dengan cara apapun yang kau
mau. Dengan usahamu sendiri…Untuk anak yang tidak pernah menghasilkan
sepeser pun. Kebebasan yang kau bicarakan, bahkan kebebasan itu, itu aku
yang memberikannya padamu, kau akan menyadarinya dengan sakit kedalam
tulangmu!” Ketua Jo kembali membentak Min Hyuk.
Min Hyuk pun pergi setelah menatap tajam ayahnya dan In Jo.
***
Do
Hoon diberikan setumpuk berkas. Lalu, atasan dan seniornya datang.
Atasannya menanyakan perasaan Do Hoon saat mengambil kasus pertama.
“Saya tegang.”
“Kau
tidak perlu tegang. Karena polisi sudah memutuskan untuk menuntut, itu
artinya mereka sangat yakin. Kau hanya perlu mengikutinya saja.” Atasan
Do Hoon menenangkannya.
Senior Do Hoon (nyebelin
nih ni jaksa, udah kelihatan) melihat-lihat berkas kasus yang akan
ditangani Do Hoon yang baru saja di berikan. “Ketua, apa anda tidak
terlalu lunak karena ini adalah kasus pertamanya? Semua yang harus dia
lakukan muncul, dan dia akan memenangkan kasus ini.”
Atasan Do Hoon hanya tertawa dan meminta Do Hoon bekerja keras.
Do
Hoon melihat berkas kasus itu, dan betapa terkejutnya dia melihat foto
dan nama Kang Yoo Jung tertera disana. Do Hoon kembali membalik
berkasnya. Ada data tentang Ji Hee dan juga foto-foto tempat kejadian
kecelakaan itu. Do Hoon pun teringat dengan kecelakaan itu dan sosok
perempuan berlumuran darah yang ditemukan di pinggir jalan.
***
Yoo Jung melamun di tempat kerjanya, dia teringat perkataan polisi tadi pagi.
“Itu
tabrak lari. Itu bukan berarti Kang Yoo Jung adalah pelaku kejahatan
dan kendaraan yang melewatinya pada saat kejadian, kami sedang berada di
tengah-tengah penyelidikan. Tolong bekerja sama dengan kami.” (Kasihan Yoo Jung, padahal dia sudah ditetapkan sebagai tersangka oleh Polisi.)
Yoo
Jung dikejutkan oleh bunyi klakson pelanggan yang akan membayar tol.
Yoo Jung pun kemudian melayani pelanggan dan meminta maaf karena
kelambatannya.
Yoo Jung kemudian menerima telpon dari ayahnya. Ayah mengatakan Yoo Jung menerima sebuah kiriman.
“Konfirmasi Kompetisi Resep Kontes Akhir.” Ayah membacakan surat yang diterimanya.
“Benarkah?” Yoo Jung tersenyum.
“Hei…kenapa begitu banyak hal baik yang terjadi?”
Yoo Jung kemudian meminta ayah membacakannya lagi. Yoo Jung berteriak kegirangan. Yoo Jung melompat-lompat senang.
Yoo
Jung menutup gerai tempat kerjanya. Dia mengambil papan namanya dan
berlari-lari kecil hendak pulang. Di tangga bawah, dia bertemu Do Hoon
yang sudah menunggunya.
“Oppa! Apa yang membawamu kemari? Lagipula aku akan pergi menemuimu.” Yoo Jung bingung melihat Do Hoo yang diam saja.
Do Hoon menyerahkan berkas perkara yang menyebutkan Yoo Jung sebagai pelakunya. Yoo Jung sedikit terkejut.
Mereka
kemudian berbicara di tempat lain. Do Hoon bertanya mengapa Yoo Jung
tidak memberitahunya. Yoo Jung mengatakan Do Hoon belum lama mendapatkan
pekerjaan sebagai jaksa. Yoo Jung tidak berpikir Do Hoon harus pergi ke
kantor polisi jadi…
“Kau bodoh! Apa kau tahu betapa besarnya kasus ini?” Do Hoon membentak Yoo Jung frustasi.
“Dikatakan itu hanya referensi penyelidikan, menyelidiki semua orang yang melintasi jalan itu pada hari itu.”
“Referensi?
Kau adalah tersangkan utama dari insiden tabrak lari yang melibatkan
kematian. Polisi sudah menetapkan surat perintah untuk penangkapanmu.”
Yoo Jung tercengang, terkejut, “Kematian?
Bukannya
menjawab, Do Hoon malah makin marah pada Yoo Jung yang mengakui dirinya
sebagai pengemudi. Yoo Jung bilang karena dia pemilik mobilnya. Lalu
kenapa Yoo Jung memperbaiki mobilnya, Do Hoon sudah bilang untuk
membuangnya saja karena membawa sial. “Aku bilang aku akan mengurusnya,
kenapa dengan sia-sia…Kau seharusnya memberitahuku!”
“Kau
sudah benar-benar sibuk tanpa itu, aku tidak ingin membuatmu
memperhatikan masalah ini.” Yoo Jung beralasan, matanya berkaca-kaca.
Bengkel
yang digunakan Yoo Jung juga ternyata bengkel yang tidak sah (ilegal).
Itu karena Yoo Jung ingin mendapatkan biaya yang murah. Yoo Jung merasa
dia bisa menjelaskan semuanya. Tapi Do Hoon tidak butuh penjelasan,
karena orang-orang itu (polisi dan jaksa lain) hanya percaya pada apa
yang mereka lihat.
“Tidak masuk akal! Kita tidak
melakukan tabrak lari itu. Kita juga hampir mati. Waktu itu, tiba-tiba
sebuah truk datang, dan kita menabrak drum dan…kemudian…kita juga
korban!” Yoo Jung sudah mulai kalut.
“Karena itu tidak adil, bukan berarti kita tidak bersalah.” Ujar Do Hoon.
Setelah
terdiam beberapa saat, Do Hoon menarik tangan Yoo Jung mengajaknya
pergi untuk mengatakan kebenarannya pada mereka. Do Hoon bilang ini
tidak masuk akal. Do Hoon terus menarik Yoo Jung hingga tas yang
dibawanya terjatuh. Yoo Jung meronta dan memegang tangan Do Hoon.
“Bagaimana denganmu? Apa yang akan terjadi padamu?”
“Aku
adalah jaksa untuk kasus ini.” Do Hoon menarik tangannya dan bersandar.
“Bahkan bertemu denganmu sekarang adalah tindakan ilegal. Lagipula aku
akan menyerah menjadi seorang jaksa. Bagaimana ini terjadi…” Do Hoon
menutup matanya, menangis.
Yoo
Jung tertegun. Dia lalu berjongkok mengambil dompetnya dan mengeluarkan
daun (Aku lupa nama daunnya, yang ada 4 itu..) dari dalamnya. Dia
bertanya apakah Do Hoon ingat pertama kali mereka bertemu, dan apakah Do
Hoon ingat apa yang Do Hoon katanya padanya.
Flashback.
Yoo Jung bekerja di pom bensin. Dia di marahi bosnya karena salah
mengisi bensin ke mobil diesel, yang mengakibatkan bosnya merugi. Yoo
Jung sudah minta maaf seperti yang diminta bosnya, tapi bosnya tetap
akan memotong gaji Yoo Jung.
“Tolong jangan. Anda tahu situasi saya sekarang.” Yoo Jung memohon dan hampir menangis.
“Aku tidak tahu situasimu, tapi apa yang akan kau lakukan mengenai situasiku?” si bos masih tidak mau tahu alasan Yoo Jung.
Tiba-tiba
muncul Do Hoon dan berkata: “Menurut hukum sipil 756, orang yang
bekerja untuk orang lain, jika karyawan saat melakukan bisnis merugikan
orang ketiga, dinyatakan majikan memiliki tanggung jawab untuk
mengimbanginya. Untuk mengatakannya dengan mudah, itu artinya majikan
juga memiliki tanggung jawab. Setelah kendaraan dihidupkan, bahkan ada
contoh kasus, dimana pengemudi juga bertanggung jawab untuk 20% karena
kelalaiannya.”
“Kau…kau siapa?” tanya si bos.
Do Hoon mendekat pada Yoo Jung, “Saya pacarnya.”
Do
Hoon duduk dibangku halte. Yoo Jung datang menghampirinya dan
mengucapkan terima kasih atas bantuan Do Hoon. Lalu Yoo Jung bertanya
kenapa Do Hoon membantunya.
“Tidak ada alasan untuk membantu seseorang.” Jawab Do Hoon.
“Lalu kenapa kau mengatakan kau adalah pacarku?” tanya Yoo Jung lagi.
“Karena jika aku bilang aku tidak mengenalmu, dia mungkin menyuruhku untuk pergi.”
Yoo
Jung bilang Do Hoon bisa mengaku sebagai kakaknya. Tapi kata Do Hoon
mereka tidak mirip. Yoo Jung menatap Do Hoon, yang membuatnya salah
tingkah.
“Kau tidak pernah kalah dalam berargumen, kan?” tanya Yoo Jung.
Do Hoon: “Belum.”
Yoo Jung: “Aku kira kau akan selali menang saat kau menjadi seorang jaksa.”
Do Hoon: “Aku kira mungkin begitu.”
Yoo Jung: “Lalu, apa kau akan membantuku jika aku berada dalam situasi tidak adil?”
Do Hoon: “Aku akan membantu semua orang yang tanpa uang dan kekuasaan.”
Yoo Jung: “Bagaimana dengan orang-orang yang memiliki uang dan kekuasaan?”
Do Hoon: “Orang-orang seperti itu menemukan jalan mereka sendiri untuk bertahan sendiri.”
Yoo
Jung lalu bertanya bagaimana jika Do Hoon berpura-pura tidak
mengenalnya saat dia berkunjung. Do Hoon memberikan daun itu, dan
mengatakan pada Yoo Jung untuk membawa daun itu saat menemuinya, maka
dia akan berpura-pura mengenal Yoo Jung. Do Hoon lalu berlari masuk ke
dalam bis yang akan dia tumpangi. Yoo Jung melihat daun yang
dilaminating itu dengan tersenyum. Flashback end.
“Ingatkan
kau mengatakan padaku untuk datang dengan ini saat ada sesuatu yang
tidak adil?” Yoo Jung menunjukan daun itu pada Do Hoon. “Bantu aku. Aku
rasa pacarku dengan tidak adil akan ditetapkan sebagai pelaku tabrak
lari. Untuk saat ini, aku bilang akulah pengemudinya. Jadi…Oppa, tolong
selamatkan pacarku.”
“Yoo Jung…”
“Kau akan membantu, kan?” Yoo Jung menangis.
“Saat
didakwa, kau harus pergi ke persidangan. Itu bisa berjalan salah.
Tabrak lari minimal 5 tahun penjara. Apa kau tahu apa artinya itu?” Do
Hoo juga menangis.
“Aku percaya padamu.” Ujar Yoo Jung yakin.
Do
Hoon akan membantahnya lagi, tapi tidak dilanjutkan. Yoo Jung merapikan
dasi Do Hoon dan memuji Do Hoon yang terlihat tampan. “Mendaki
selangkah demi selangkah untuk menggapai mimpimu, itu adalah cara yang
sangat mengagumkan. Selama ini kau sudah bekerja begitu keras untuk
berada disini, aku lebih tahu itu daripada siapapun. Aku tidak bisa
membuangnya kali ini karena sesuatu yang tidak adil seperti ini.” Yoo
Jung menaruh daun itu ke genggaman tangan Do Hoon.
“Lalu untuk apa semua waktu yang telah kau lalui dengan bekerja keras?” tanya Do Hoon cepat.
“Mimpiku
hanya bisa digapai saat kau bersamaku. Menundanya untuk sementara waktu
seperti ini tidak akan membuatnya menghilang. Aku mencintaimu. Lebih
daripada diriku sendiri. Aku percaya padamu. Kau juga percaya padaku,
kan? Aku yakin ada kesalahan. Kita tahu ini tidak benar. Jadi lindungi
aku.”
Min
Hyuk mendatangi rumah atap Ji Hee yang sudah ditempeli pengumuman untuk
di kontrakan. Min Hyuk merobek kertas pengumuman itu. Dia bergegas
masuk ke dalam, dan melamun disana, mungkin mengenang kebersamaanya
dengan Ji Hee di rumah itu. Min Hyuk melihat cermin di lantai, dia
menginjaknya, kemudian berteriak melepaskan kemarahannya.
Hari
berganti malam. Min Hyuk yang seperti mabuk, nekat naik ke tembok pagar
pembatas. Dia kemudian mengingat kembali kebersamaannya dengan Ji Hee.
Flashback.
Ji Hee sedang menjemur baju dan Min Hyuk sedang mencuci dengan kakinya
di ember besar. Ji Hee bertanya apa mimpi Min Hyuk. Min Hyuk bilang dia
tidak memilikinya. Ji Hee menganggap Min Hyuk hanya terlalu malas untuk
berfikir.
“Aku ingin mendapatkan banyak warisan, dan hidup seperti yang ku mau.” Ujar Min Hyuk sambil berlari di ember.
Ji Hee menjepit telinga Min Hyuk dengan penjepit baju, “Kau begitu buruk.”
Min
Hyuk meringis, “Ada waktunya saat ayahku juga terbiasa untuk tersenyum.
Sekarang bahwa miliknya begitu banyak, dia hanya bisa marah. Setidaknya
aku harus mengambil beberapa darinya. Bagaimana denganmu? Milikmu?”
Ji Hee memegang tangan Min Hyuk, “Aku…ingin mati suatu hari sebelum kamu.”
“Apa kau benar-benar harus mengatakan itu?” ujar Min Hyuk.
Ji
Hee melompat masuk ke dalam ember, “Bahkan saat rambutku berubah putih,
aku ingin memegang tanganmu, pergi berbelanja, menonton film, meletakan
tanganku di sakumu saat aku kedinginan, dan saling berkelahi saat kita
membersihkan kekacauan dari cucu kita.” Min Hyuk memandang Ji Hee dengan
penuh cinta. “Oppa. Putri kita akan cantik jika dia memiliki matamu.
Dia pasti lucu.”
Min Hyuk bilang itu tidak
sulit. Ji Hee sangat senang, apa mereka akan melakukannya. Min Hyuk
mengatakan tentu saja, dia hanya harus menjadi tua. Kemudian mereka
tertawa bersama. Flashback end.
Min
Hyuk melihat ke bawah, dia kehilangan keseimbangan dan hampir saja
jatuh jika Min Hyuk tidak menjatuhkan diri ke belakang. Min Hyuk
terkejut dan dia merasa lega karena hampir mati. Tapi kemudian dia
menangis kembali mengingat Ji Hee.
***
Se Yeon berjalan masuk menuju studio lukisnya “Heart”. Saat dia sudah di depan pintu masuk, ada suara yang mengejutkannya.
“Kau
datang sekarang?” Min Hyuk duduk di lantai. Se Yeon tidak peduli, dan
masuk ke dalam. Tak lama Se Yeon kembali keluar, dia bertanya apa yang
dilakukan Min Hyuk. Min Hyuk membuatnya jengkel. Se Yeon bertanya untuk
apa Min Hyuk datang kesana.
“Kau satu-satunya temanku.” Ujar Min Hyuk tersenyum.
Min
Hyuk melihat-lihat lukisan abstrak milik Se Yeon, dia heran dengan
lukisannya. Se Yeon yang sedang melukis mengatakan dia juga tidak tahu.
Lalu Min Hyuk bertanya mengapa Se Yeon menggambar sesuatu yang tidak Se
Yeon ketahui. Se Yeon beralasan karena dia tidak harus memikirkan apapun
saat menggambarnya.
Min Hyuk berbaring di sofa,
dia bingung apa yang sedang dia lakukan. “Bagaimana bisa tidak ada
orang yang bisa aku datangi. Hidupku benar-benar begitu kosong.”
“Setidaknya kau tahu sekarang.”
Min
Hyuk duduk , “Apa kau benar-benar akan menikah denganku? Jika aku
ditendang keluar dari rumah tanpa uang, (Se Yeon menghentikan gerakan
melukisnya) dan harus hidup darimu, apa kau masih ingin menikah
denganku?”
Se Yeon mengingatkan Min Hyuk ketika
mereka sekolah dulu, meskipun mereka ingin makan junk-food dan
berkeliling ke tempat-tempat lain, supir mereka selalu berdiri di depan
gerbang. Mereka pun bolos sekolah dan melarikan diri. Se Yeon merasa itu
sangat menyenangkan, tapi itu hanya sesaat saja karena akan menyakitkan
saat pulang. Se Yeon menghabiskan semua uangnya, sehingga dia tidak
bisa naik bus, dan saat dia muncul dengan kaki melepuh di rumah, Se Yeon
memutuskan tidak akan pernah melakukannya lagi.
“Bukan Jo min Hyuk dari Grup K, tapi kau yang biasa? Kau tidak menarik.” Ujar Se Yeon.
“Ya.
Itu sama seperti kau Shin Se Yeon.” Min Hyuk kembali berbaring dan
mengeluh mengapa hidup begitu tidak menyenangkan. “Apa gunanya?” Min
Hyuk memejamkan matanya.
Se
Yeon melukis Min Hyuk yang tertidur dengan tersenyum. Tampak jelas
sebenarnya dia menyukai Min Hyuk, tidak seperti yang dikatakannya
sebelumnya pada Min Hyuk. Dan tidak seperti yang pernah dia katakan,
bahwa dia setuju menikah dengan Min Hyuk karena dia sudah mengenal Min
Hyuk sebelumnya, tapi karena dia memang menyukai Min Hyuk.
Tiba-tiba
Se Yeon merasa ada yang aneh dengan Min Hyuk. Dia menjatuhkan
crayon-nya hingga patah berkeping-keping. Se Yeon menghampiri Min Hyuk
dan membangunkannya, tapi Min Hyuk tidak terbangun.
“Jo
Min Hyuk. Jo Min Hyuk. Kenapa kau seperti ini? Jo Min Hyuk! Sadarlah!
Bangun!” Se Yeon terus membangunkan Min Hyuk, tapi Min Hyuk tidak juga
bergeming. Se Yeon terus berteriak khawatir dan mengguncang tubuh Min
Hyuk.
***
Ketua
Joo kesal setelah diberitahu oleh Gwang Min perihal Min Hyuk. “Seorang
bajingan yang bahkan tidak punya keberanian untuk mati mengkonsumsi
obat-obatan?! Seperti tidak ada lagi yang di tiru. Melakukan sesuatu
seperti yang dilakukan ibunya.”
Gwang Min
mengatakan dia sudah membujuk pihak rumah sakit untuk tetap tenang. Dan
kepada media, telah diumumkan bahwa Min Hyuk bekerja berlebihan di
resort Jeju. Karena jika gosip beredar sebagai usaha bunuh diri,
perusahaan bisa terpukul. Karena Se Yeon melakukan kerja yang bagus,
seharusnya itu tidak menjadi masalah besar.
Ketua
Jo mengeluhkan Min Hyuk, sebagai satu-satunya putra yang dia miliki
selalu membuat masalah. Ketua Jo meyakinkan jika yang dibutuhkan Min
Hyuk hanya istirahat. Ketua Jo kemudian menanyakan masalah tabrak lari
itu.
“Mereka bilang penyelidikan kendaraan itu
sudah selesai, dan sudah mengajukan perintah penangkapan tersangka.”
Gwang Min menjelaskan.
“Pastikan rumor yang
merusak itu tidak beredar, jadi berithau mereka untuk segera
mengurusnya. Pernikahan sudah di bibir mereka, sehingga itu tidak bisa
tertahan karena masalah wanita.” Ucap Ketua Jo lagi.
***
Se
Yeon terus menunggui Min Hyuk. In Joo datang dan mengatakan karena Min
Hyuk berpura-pura memiliki perut yang kuat, semuanya mungkin rusak.
Namun yang terburuk teah berakhir sekarang. In Joo lalu bertanya pada Se
Yeon yang masih terlihat gurat-gurat kecemasan di wajahnya, apakah Se
Yeon sangat terkejut. Tapi Se Yeon menyangkalnya, dia marah. In Jo
bertanya lagi apakah sulit untuk Se Yeon, saat sedih, menangis, saat
senang, tertawa.
“Kau dan Min Hyuk punya banyak
kesamaan. Apa kau tahu itu?” tanya In Joo, tapi tak di jawab oleh Se
Yeon. “Ji Hee…apa kau tahu dia sudah meninggal? Mereka bilang itu adalah
kecelakaan. Seorang wanita muda melaluinya dengan tragis. Pikirkan
bagaimana perasaan Min Hyuk.
Se
Yeon kesal dan kecewa, dia berkata pada dirinya sendiri, “Bajingan
itu..untuk mati di depanku, apakah itu sebabnya dia datang padaku?”
“Se
Yeon. Di depan pria yang ingin kau dapatkan, tidak ada gunanya bersikap
sombong. Mendapatkan hati seorang pria itu…mudah. Isilah ketika ada
satu celah. Mawar-mawar, saat mereka menjualnya, mereka melepaskan semua
durinya.” In Joo memberikan nasehat pada Se Yeon.
“Anda mungkin seperti itu, Nyonya, tapi saya tidak ingin membungkuk serendah itu.” kemudian Se Yeon beranjak pergi.
***
Berganti hari. Do Hoon tersadar dan memanggil ibunya, “Ibu…ibu..ibu!”
In Joo yang berada disana segera menghampiri Min Hyuk, dan berkata dengan lembut,”Itu benar. Ini ibu. Apa kau sudah sadar?”
Tapi Min Hyuk meminta In Joo keluar. In Joo akan keluar dan mengatakan akan memanggil Ketua Jo dan segera kembali.
Min
Hyuk menerima telpon, saat Se Yeon masuk ke dalam kamar. Min Hyuk
mendapatkan kabar bahwa yang menjadi tersangkan dalam tabrak lari itu
adalah Yoo Jung. Min Hyuk mencabut paksa selang infusnya, dia akan
bangun dari kasur. Se Yeon menahannya karena Min Hyuk belum sembuh.
“Jangan pikirkan aku!” Min Hyuk mendorong Se Yeon.
“Maka buatlah sehingga aku tidak memikirkanmu. Jangan datang padaku untuk mendapatkan semua emosi karena dia!”
“Pikirkan saja urusanmu! Pikirkan saja urusanmu!” Min Hyuk mendorong dan membentak Se Yeon.
Se
Yeon menampar Min Hyuk. “Kau tidak bisa pakai akal sehatmu? Setelah aku
berusaha keras untuk menyelamatkanmu, kau mencoba untuk pingsan di
depanku?”
Min Hyuk sedikit tersenyum sinis, “Aku
sudah sadar. Terima kasih Se Yeon. Terima kasih telah menyelamatkan
aku. Aku memikirkan sesuatu yang harus ku lakukan.”
Min Hyuk membuka pakaiannya. Se Yeon tak berkata apa-apa lagi dan membalikan badan.
Min
Hyuk berganti pakaian dan segera pergi dari sana meninggalkan Se Yeon
yang masih berdiri mematung, menahan rasa khawatir, marah, dan sedih.
***
Yoo
Jung hendak pergi ke kantor polisi. Ada yang mengawasinya di balik
sebuah mobil. Ya, Min Hyuk mengawasi Yoo Jung yang kini masuk ke dalam
kantor polisi setelah mengabaikan panggilan telpon dari Do Hoon.
Do
Hoon di kantornya terus menghubungi Yoo Jung, namun karena tidak juga
diangkat, Do Hoon pun memutuskan untuk menyusul Yoo Jung.
Yoo
Jung menemui polisi yang menangani kasusnya. Polisi itu mengatakan
tidak masuk akal jika Yoo Jung tidak mengetahui sudah menabrak
seseorang. Tapi Yoo Jung dengan tegas mengatakan dia memang tidak tahu.
“Bagaimana seseorang yang tidak tahu, keesokan
harinya mendapatkan mobilnya sudah benar-benar diperbaiki. Dan bahkan
bukan di pusat mobil, tapi secara diam-diam. Bukankah ada sesuatu yang
aneh mengenai hal itu?”
“Itu karena…saya meminta seseorang yang saya kenal untuk mencoba mendapatkan harga yang lebih murah.”
“Dari
mobil yang kau mintai seseorang untuk diperbaiki dengan harga murah,
ditemukan ada darah.” Jelas polisi. (Aku juga liat di bagian sebelumnya
ada darah di mobil, tapi kenapa Yoo Jung dan Do Hoon tidak sadar ya?)
Yoo
Jung tetap menyangkal dengan menyebutkan ada yang salah, “Tolong
percaya pada saya. Tidak ada seorangpun disana. Tidak ada orang yang
melihat apapun. Cahaya itu…karena truk tiba-tiba muncul sehingga mobil
saya tergelincir, kami, tidak, saya…menabrak sebuah drum di lokasi
pembangunan. Saya pergi keluar dan memeriksanya sendiri.”
Tapi
polisi mengatakan drum yang diyakini Yoo Jung ditabrak olehnya itu
tidak ada di lokasi kejadian. Yoo Jung mengatakan karena drum itu ada di
tengah jalan maka dia memindahkannya ke sisi jalan, karena dia pikir
akan berbahaya jika ada orang lain yang menabraknya. Polisi dan Yoo Jung
terus beradu pendapat hingga berteriak-teriak. Polisi itu menduga Yoo
Jung mengelak karena malam itu hujan, jadi mungkin bukti sudah hilang.
Tapi polisi itu mengatakan hari ini hasil uji forensik darah akan
keluar.
“Itu tidak mungkin. Saya tidak tahu. Tidak, saya tidak menabrak seseorang.” Yoo Jung berteriak.
Bruk.
Min Hyuk memukul lemari yang ada di dekatnya. Min Hyuk ternyata
daritadi mendengar perdebatan Yoo Jung dan polisi. Min Hyuk kemudian
berjalan keluar tanpa menoleh pada Yoo Jung maupun pada polisi yang
memperhatikannya setelah pukulan tadi.
Polisi
kembali membentak-bentak Yoo Jung dan menunjukan gambar korban, yaitu
Ji Hee. “Ini, ini.. korban yang kamu tabrak. Lihat ini! Kau tidak
mendengar?! Lihat sini! Aku sedang membicarkan korban yang mati itu
sekarang. Seo ji Hee, usia 25 tahun. Dia ditemukan di lokasi kejadian 3
jam setelah kecelakaan. Wanita ini sedang hamil. Hari itu di siang
harinya juga, kami punya catatan pengobatan dia di rumah sakit.”
Yoo Jung keluar dari ruangan dengan gontai. Di terduduk di tangga. Dia syok karena nyawa yang hilang ternyata ada dua.
Do
Hoon berlari masuk ke kantor polisi. Dia menanyakan dimana tempat untuk
pemeriksaan kecelakaan lalu lintas pada salah satu petugas yang ada
disana. Dan Do Hoon pun pergi menuju tempat yang ditunjukkan oleh
petugas itu.
Min
Hyuk di bawah tangga, merenung, lalu dia naik tangga, bersamaan dengan
Yoo Jung yang memutuskan turun tangga. Mereka bertabrakan. Min Hyuk
menyapa Yoo Jung.
“Apakah itu kau, supir pengganti? Kau tidak bisa tabrak dan….lari…supir pengganti.”
Yoo
Jung meminta maaf. Yoo Jung hendak berjalan kembali, tapi ditahan oleh
Min Hyuk. “Jika kau menyesal, kau seharusnya menunjukkan beberapa tanda
minta maaf di wajahmu, supir pengganti.” (ekspresi muka Yoo Jung memang
lurus, dia sepertinya masih belum paham dengan semua yang terjadi.)
Yoo
Jung kembali meminta maaf, “Maafkan aku. Aku rasa kau bersikap seperti
ini atas cincin yang kau berikan padaku. Aku tidak memiliki kemewahan
bersamamu disini.” (oohh, Yoo Jung belum tahu kalau Ji Hee adalah pacar
Min Hyuk..makanya dia minta maafnya lurus-lurus aja)
Yoo
Jung akan berjalan pergi, tapi tetap dihalangi Min Hyuk. Kali ini malah
didorong oleh Min Hyuk yang tampak beringas. Yoo Jung terdorong ke
pembatas tangga dan berteriak kesakitan. Do Hoon mendengar suara Yoo
Jung itu.
Min Hyuk yang kalap mencekik Yoo Jung
tanpa ekspresi takut atau kasihan sama sekali. Min Hyuk berkata agar
orang-orang seperti Yoo Jung tidak menyentuh sesuatu miliknya. Min Hyu
kembali mencekik Yoo Jung, hingga Yoo Jung susah bernafas.
Min Hyuk mendorong Yoo Jung kembali ke dinding. Min Hyuk melayangkan tinjunya, seperti akan memukul muka Yoo Jung.
Do Hoon mendapatkan telpon: “Jaksa. Saya telah mendapatkan kamera keamanan di sisi jala dekat lokasi kecelakaan. Saya akan pergi kesana sendiri sekarang.”
Tapi Do Hoon menahannya dan mengatakan dia sendiri yang akan
memeriksanya. Yoo Jung akhirnya pergi, tidak meneruskan mencari Yoo
Jung.
Yoo
Jung menunduk ketakutan di dekapan Min Hyuk. Min Hyuk berkata pada Yoo
Jung dengan dingin, “Itu bukan sesuatu yang bisa diselesaikan hanya
dengan mengatakan ‘maaf’. Karena aku merasakan begitu banyak rasa
sakit.”
Yoo Jung akan menegakan kepalanya, tapi
di tahan oleh tangan Min Hyuk. Yoo Jung berteriak ketakutan. Min Hyuk
menarik tangannya yang terluka karena dia ternyata meninju dinding.
Petugas polisi melihat mereka dan berusaha melerai. “Oh, astaga. Apa yang dilakukan orang-orang ini di kantor polisi?”
Semakin
polisi itu melerai mereka, Min Hyuk semakin erat memeluk Yoo Jung,
tepatnya mencekik Yoo Jung. “Lepaskan dan bicaralah! Apa yang kau
lakukan di kantor polisi?!”
Akhirnya Min Hyuk
berhasil di tarik dari Yoo Jung. Min Hyuk meronta masih ingin meraih Yoo
Jung yang terduduk memegangi wajahnya. Detektif Choi (polisi yang
menangani kecelakaan itu) menanyakan siapa Min Hyuk.
Min Hyuk berteriak pada Yoo Jung, “Jangan bersikap seolah-olah kau takut dengan sesuatu yang kecil ini!
Gwang
Soo datang dan menegur Detektif Choi. Detektif Choi pun akhirnya
menyadari siapa Min Hyuk dan meminta petugas yang memeganginya
melepaskan Min Hyuk. Min Hyuk mengatur naasnya dan mengatakan pada Yoo
Jung bahwa dia akan menemuinya lagi.
***
Do
Hoon memeriksa CCTV. Sayangnya CCTV yang ada kualitasnya rendah
sehingga sulit untuk melihat wajah pengemudinya, bahkan plat nomor
mobilnya pun hampir tidak terlihat.
Do Hoon
menunjuk satu mobil, jika mereka bisa menemukan kotak hitam dari mobil
itu, maka mungkin mereka bisa menemukan drum yang dicurigai itu.
“Pak
Jaksa, jangan pedulikan dirimu pada drum itu. Jika kotak hitam
menangkap gambar wajah pengemudi lain, maka tersangka juga tidak bisa
bersikeras lagi.” Ujar petugas pada Do Hoon.
***
Min
Hyuk mengambil bayi Ji Hee yang dikeluarkan saat operasi. Min Hyuk
membuka kotak tempat bayi itu. Min Hyuk yang terpukul, tidak bisa
menutup kembali tutup kotak itu dengan baik.
Janin
itu kemudian di kremasi, dan abunya digabungkan di guci tempat abu Ji
Hee. (Di guci abu Ji Hee tertulis tanggal kematiannya adalah 24
September 2009, oke berarti setting awal drama ini 2009 ya..)
Min
Hyuk pergi dari tempat penyimpanan abu Ji Hee, dia mengajukan
pertanyaan yang tidak membutuhkan jawaban pada Gwang Soo. “Gwang Soo,
kenapa semua orang yang aku cintai pergi seperti ini?”
Di belakang mereka, Yoo Jung muncul.
Yoo Jung hendak mengunjungi tempat abu Ji Hee. Yoo Jung menangis di depan abu Ji Hee.
“Apa yang aku..apa yang aku lakukan dengan ini? Saya sangat menyesal. Begitu sangat menyesal.”
***
Min
Hyuk bertemu dengan senior Do Hoon yang ternyata bernama Park Hyun Suk.
Min Hyuk mengatakan bahwa dia mengira negara ini mengijinkan
orang-orang yang telah membunuh berkeliaran dengan bebas. Hyun Suk
bertanya sejak kapan Min Hyuk memperdulikan diri mengenai hukum, dan
kenapa Min Hyuk ikut campur pada kasus orang lain.
“Karena itu bukan ‘kasus orang lain’.’ Ujar Min Hyuk.
“Siapa? Apakah itu Kang Yoo Jung?”
“Menurutmu apa yang akan terjadi?”
“Yah,
banyak bukti yang hilang karena hujan, tapi mereka sudah menemukan
jejak kaki di dekat korban. Tapi suram semacam itu, jadi sulit untuk
dibedakan. Lagipula kita bisa menggunakannya sebagai bukti, meskipun
(tersangka) tahu itu kecelakaan tapi melarikan diri.”
Min Hyuk tersenyum sinis, “Maksudmu (tersangka) melihat, tapi pergi melarikan diri, bukan?”
***
Hyun
Suk menemui Do Hoon dan dia meminta bantuan Do Hoon agar mau menemui
seorang dongsaeng yang dia kenal, tentu saja maksudnya Min Hyuk.
“Aku
rasa dia mengenal korban dari kasus tabrak lari itu. Dia bilang dia
ingin bertemu dan mendengar secara langsung dari jaksa untuk kasus ini.”
Jelas Hyun Suk.
“Apakah ini beberapa teman yang hebat (berkuasa) yang memanggil seorang jaksa?”
“Bukankah
putra tunggal Grup K, cukup hebat?” Hyun Suk mengatakan dia merasa
cukup aneh meminta bantuan Do Hoon seperti ini. Melihat Do Hoon yang
termenung, dia bilang tidak apa-apa jika Do Hoon merasa sulit.
“Saya akan pergi, Sunbaenim. Saja juga penasaran untuk melihat apa yang ingin dia ketahui.” Ujar Do Hoon.
Do
Hoon di jemput oleh Gwang Soo untuk di antarkan menemui Min Hyuk. Do
Hoon diantarkan ke ruangan billiard di rumah Min Hyuk. Gwang Soo
memintanya untuk menunggu.
Do
Hoon mendengar suara seseorang berteriak dan memanggil nama anjing dari
luar, dia terlihat panik dan bergegas keluar. Dia melihat Se Yeon yang
sedang bermain bersama anjing. Do Hoon tersenyum memperhatikan Se Yeon
yang terlihat gembira dengan anjing itu. Sampai akhirnya Se Yeon
menyadari kehadiran Do Hoon.
“Kita pernah bertemu sebelumnya, bukan?” tanya Se Yeon.
“Ya, waktu itu….” ternyata Do Hoon ketahutan pada anjing.
“Gigit!”
Se Yeon memerintahkan anjing itu dalam bahasa korea. Do Hoon terjatuh
karena ketakutan dikejar. Dan ternyata anjing itu diam saja. Se Yeon
tertawa dan mengatakan bahwa anjing itu tidak mengerti bahasa korea. Dia
dilatih di jerman, jadi hanya mengerti bahasa jerman. Lalu Se Yeon pun
pergi.
Do
Hoon kembali ke ruangan billiard. Min Hyuk kemudian menemuinya dan
mengatakan bahwa Do Hoon tampaknya tidak seperti pengacara lain (Hyun
Suk) yang saya kenal. Min Hyuk menyiapkan minuman dan mempersilahkan Do
Hoon duduk.
Min Hyuk berbasa basi dengan
menanyakan apakah Do Hoon punya saudara, menikah atau tidak, atau punya
pacar atau tidak. Se Yeon datang dan menanyakan apakah Min Hyuk sedang
melakukan wawancara.
“Ini adalah Jaksa Ahn Do Hoon dari kantor Seoul.” Min Hyuk memperkenal Do Hoon pada Se Yeon.
“Senang bertemu denganmu lagi,” ujar Se Yeon pada Do Hoon.
“Ini adalah orang yang akan aku nikahi. Shin Se Yeon” Ujar Min Hyuk memperkenalkan Se Yeon pada Do Hoon.
Do
Hoon lalu menanyakan maksud Min Hyuk memintanya datang. Min Hyuk
kemudian menanyakan untuk kasus tabrak lari, berapa lama hukumna penjara
yang bisa dilakukan Do Hoon. Do Hoon tidak berpikir Min Hyuk
memanggilnya untuk keingintahuan seperti itu. Min Hyuk bertanya lagi,
bukankah bukti dari kasus itu merupakan bukti yang cukup gagal.
“Apa
alasan tersangka tidak di dakwa ataupun kasus itu dibawa kemana-mana?”
tanya Min Hyuk. Sementara Se Yeon terus minum wine.
“Saya tidak bisa memberitahu anda hal itu karena kasus tersebut sedang dalam penyelidikan.” Ujar Do Hoon.
“Apakah
benar begitu? Kalau begitu lanjutkan penyelidikan anda, kenapa anda
tidak memberi Kang Yoo Jung dengan hukuman maksimal?”
Do
Hoon tidak menjawab dan bertanya apa hubungan Min Hyuk dengan Yoo Jung.
Min Hyuk mengatakan dia tidak tertarik dengan orang seperti Yoo Jung.
Orang yang terbunuh karenanya adalah….
“Seo
Ji Hee. Itu ternyata adalah wanita yang dicintai pria ini sampai mati.
Aku kiran aku tahu hak ini dengan sangat baik karena kau adalah jaksa
yang bertanggung jawab atas kasus tersebut. Bukankah wanita yang telah
meninggal itu, sedang mengandung seorang anak saat itu?” Se Yeon kembali
meminum wine.
Min Hyuk meminta Se Yeon
menghentikan minumnya, karena ibunya akan datang malam ini. Se Yeon
kemudian pamit pergi. Dia bahkan tidak bisa mengurus rambutnya karena
membawa Min Hyuk ke rumah (saat bunuh diri kemarin). Jika ibunya melihat
dalam keadaan seperti ini, ibunya akan mengatakan sesuatu. Min Hyuk
akan memanggilkan sopir untuk Se Yeon, tapi Se Yeon menolak.
“Teruskan saja cerita tentang wanita yang kau sendiri tidak bisa hidup tanpanya.” Ujar Se Yeon sinis, lalu beranjak pergi.
Do Hoon pun bangkit, “Saya tidak bisa mengabulkan permintaan yang anda buat untuk kepentingan pribadi.”
“Itu
bukan permintaan. Itu adalah deklarasi dari niat saya untuk melihat
seberapa baik hukum itu akan dijalankan.” Ucap Min Hyuk dingin.
Do
Hoon bergegas keluar. Dia melihat Se Yeon yang mabuk, dan menawarkan
diri untuk mengantar Se Yeon. Awalnya Se Yeon menolak, tapi Do Hoon
bersikeras, maka Se Yeon tak bisa mengelak lagi.
Di
lantai atas, Min Hyuk memperhatikan mereka sambil minum anggur. Min
Hyuk memanggil Gwang Soo. “Gwang Soo. Mari kita gali sedikit tanah pada
pria itu.” Min Hyuk meminum anggurnya dan tersenyum sinis.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar