Seorang
pria digiring memasuki sel tahanan, pria itu berbalik, dan dia adalah
Do Hoon. Kemudian ada kilasan adegan kecelakaan itu, tapi mundur hingga
Yoo Jung mengatakan, “I love you..” pada Do Hoon.
Do Hoon masih berbalik, “Yoo Jung, maafkan aku.” Do Hoon pun masuk ke dalam sel tahahan.
Kring…kring…
alarm berbunyi, ternyata itu adalah mimpi Yoo Jung. Dia berkeringat
sangat banyak. Terlihat sekali bahwa dia cemas.
Do Hoon berada di ruangannya, melihat berkas kasus Yoo Jung. Dia teringat perkataan Yoo Jung malam itu.
“Aku
rasa pacarku dengan tidak adil akan ditetapkan sebagai pelaku tabrak
lari. Untuk saat ini, aku bilang akulah pengemudinya. Jadi…Oppa, tolong
selamatkan pacarku.”
Kemudian Do Hoon membalik berkasnya dan membaca berkas korban. Dia teringat perkataan Se Yeon.
“Seo
Ji Hee. Itu ternyata adalah wanita yang dicintai pria ini sampai mati.
Aku kira aku tahu hak ini dengan sangat baik karena kau adalah jaksa
yang bertanggung jawab atas kasus tersebut. Bukankah wanita yang telah
meninggal itu, sedang mengandung seorang anak saat itu?”
Do
Hoon menutup matanya. Kemudian dia juga teringat perkataan Min Hyuk
yang ingin melihat hukum dijalankan dengan sebenarnya. Min Hyuk bimbang.
Secret
Episode 3
Flashback. Min
Hyuk berada di toko perhiasan bersama In Hye. Dia memakaikan cincin,
tapi In Hye membukanya kembali. Min Hyuk kembali hendak memakaikan
kalung dan mengatakan kalung ini sangat penting, tapi In Hye tetap
menolak.
“Bagiku ini yang penting.”
“Mengapa kau seperti ini hari ini?”
“Aku ingin mendengar ‘aku cinta kamu’ dari orang yang aku intai, apakah itu aneh?” Ji Hee bergegas pergi meninggalkan Min Hyuk.
Min
Hyuk mengejarnya, dan mengatakan bahwa dia mencintainya. Tapi Ji Hee
masih kesal. Min Hyuk memegang pipi Ji Hee, “Aku cinta kamu.” Dengan
lebih lembut. Ji Hee pun tersenyum.
Lalu
senyumnya menghilang begitu dilihatnya In Joo ada disana. In Joo
menyapa Ji Hee, dan bertanya Ji Hee mengenalnya bukan. Ji Hee membungkuk
memberi salam.
“Min Hyuk ku tahu dengan pasti
bagaimana memilih seorang gadis. Tolong berbaikhatilah pada Min
Hyuk…karena dia memiliki hati yang lembut. Menerima pernikahan yang
sudah di atur meskipun memiliki seorang pacar yang cantik. Itu pasti
sulit untuk Min Hyuk, benar kan?”
“Ahjumma!” Min Hyuk membentak In Joo.
“Kenapa? Apa kau belum memberitahunya?”
In
Hee terpukul mengetahui kenyataan itu. Dia pun bergegas pergi menuju
lift. Min Hyuk mengejarnya dan memegang tangannya. Tapi In Joo di
belakang mengatakan pada Min Hyuk agar membiarkan Ji Hee pergi jika Min
Hyuk tidak bisa mengambil tanggung jawab untuknya. In Joo juga
mengatakan Ji Hee sudah merasa takut hanya dengan melihatnya, bagaimana
jika di bertemu dengan Ketua Jo, dia tidak punya pilihan.
“Jadi kau tidak seharusnya membiarkan keegoisanmu mengancurkan kehidupa seorang gadis yang tidak bersalah.”
Kata-kata In Joo itu cukup membuat hati Min Hyuk dan melepaskan tangan Ji Hee, membiarkannya pergi. Flashback end.
Min
Hyu sedang minum-minum. Teman Min Hyuk (yang di episode 1 saat menggoda
artis di pesta) menghampiri dan menanyakan mengapa Min Hyuk sangat
serius. “Hanya lakukan seperti yang pernah kau katakan. Karena situasi
bahwa Perwakilan Shin adalah untuk memperoleh kekuatan yang besar..kau
tahu ayahmu tidak pernah membuat kesepakatan tanpa keuntungan untuk
dirinya sendiri.”
Min Hyuk hanya mengatakan dia
tidak sedang ingin membicarakan omong kosong seperti itu. Teman pria Min
Hyuk menyarankan agar Min Hyuk mendapatkan Se Yeon jika dia
membutuhkannya. Merger dan akuisisi, bukankah pernikaha juga sama
seperti itu.
“Apa kau bahagia…menikah seperti itu?” Min Hyuk bertanya pada temannya itu yang sepertinya sudah menikah.
“Kebahagiaan? Itu Seo Ji Hee, kan? Kau harus membuangnya sebelumnya untuk sementara. Maka dia tidak akan menjadi seperti itu.”
“Beraninya
kau..” Min Hyuk kesal dengan ucapan temannya itu. Si teman malah
semakin mengejek Min Hyuk dengan mengatakan separuh dari dunia ini
adalah wanita. Min Hyuk menyuruhnya diam.
“Lihat
kau sekarang. Setelah membuat kekacauan dengan seorang gadis miskin, ada
apa dengan kegilaan merajuk ini?” ujar si teman pria tidak menghiraukan
Min Hyuk yang tersulut emosinya. Min Hyuk langsung menarik temannya itu
hingga jatih terbaring di sofa, Min Hyuk menghajarnya. Untung ada yang
melerainya. Temannya itu dengan marah menyarankan Min Hyuk untuk menjadi
lebih canggih, kebodohan tidak bisa melindungin wanita Min Hyuk.
***
Ketua
Jo merasa kesal, Min Hyuk belum juga kembali pada akal sehatnya. Gwang
Min menyarankan Ketua Jo untuk membiarkannya saja dulu.
“Sampai
sekarang, aku tidak membesarkan Min Hyuk dengan benar. Setiap kali dia
merengek karena mainannya rusak, aku membelikannya mainan baru. Daripada
mempertimbangkan untuk mengambil semua mainannya…Gwang Min. Min Hyuk.
Asingkan dia ke pulau bergurun pasir. Hanya setelah hidup di gurun
pasir, tidak akankah dia menyadari bahwa surga ada disini? Pulau
bergurun pasir untuknya, tempat apa yang bisa untuk menempatkannya?”
Ketua Jo tersenyum menyeringai pada Gwang Min.
***
Min
Hyuk berada di bank, akunnya ditolak oleh bank. Lokernya pun kosong.
Min Hyuk tertawa kesal. Tanpa uang, inilah pulau gurun pasir yang
dipilih Ketua Jo untuk mengasingkan Min Hyuk.
***
Yoo
Jung berada di ruang interograsi kejaksaan. Do Hoon kemudian masuk, dia
melihat sekilas pada CCTV, lalu duduk di hadapan Yoo Jung. Do Hoon
memulai interogasi dengan memperkenalkan diri dan memberitahu bahwa
percakapan di ruangan itu akan direkam sesuai peraturan. (mereka
berpura-pura tidak saling mengenal)
Do Hoon
menyebutkan nama, tempat tanggal lahir dan alamat Yoo Jung, dan
menanyakan apakah itu benar. Yoo Jung membenarkan. Lalu Do Hoon juga
mengatakan bahwa sejak sekarang Yoo Jung bisa meminta bantuan seorang
pengacara.
“Tanggal 23 diantara jam 10 dan 11 malam, kau berkendara di jalan rute 8. Apakah itu benar?”
“Ya.” Jawab Yoo Jung tanpa menatap Do Hoon.
“Kang
Yoo Jung.” Do Hoon memukul meja, sehingga Yoo Jung menatapnya. “Kau
hanya boleh mengatakan kejujuran disini.” Dan Do Hoon berkata dalam
hati. “Sekarang belum terlambat. Ayo katakan kebenarannya.”
Di
balik ruangan itu, Detektif Choi mengomentari Do Hoon yang mengajukan
pertanyaan yang sama dengan pertanyaan yang pernah dia tanyakan pada Yoo
Jung. Seharusnya Do Hoon hanya menekannya dengan agresif.
Hyun Suk yang ternyata ada disana juga berkata, “Dia orang baru. Lihat saja dan tunggulah.”
“Sungguh.
Dia pelakunya, Jaksa. Aku bisa mengetahuinya jika aku melihat mata
seseorang. Di dalam mata, kau tidak bisa menyembunyikannya. Orang yang
jujur, tidak akan menghindari matamu. Orang itu bukankah dia terus
menghindari pandangan mata, lihat, lihat, lihat, lihat padanya, lihat
padanya. Dia tidak bisa melakukan kontak mata. Kontak mata.” Detektif
Choi menunjuk layar, meyakinkan Hyun Suk dengan berapi-api, tapi sambi
makan ciki.. >.< (padahal Yoo Jung tidak melakukan kontak mata
karena dia berpura-pura tidak mengenal Do Hoon.)
Kembali ke ruangan interogasi, Do Hoon sekali lagi bertanya, “Kenyataan bahwa kau mengendarai mobil sendiri, apakah itu benar?”
Agak lama Yoo Jung akhirnya menjawab dengan menatap Do Hoon, “Benar. Akulah yang menyetir.”
***
Yoo
Jung keluar ruangan jaksa bersama Dektektif Choi yang mengatakan bahwa
Yoo Jung sepertinya akan kembali lagi. Detektif Choi meminta Yoo Jung
untuk tidak terlalu jauh membuatnya bosan. Mereka menunggu lift.
Tidak
jauh dari sana, Do Hoon sedang berusaha meyakinkan atasannya. “Kepala,
kenyataan bahwa korban meninggal sangat disayangkan, tapi mengenai kasus
ini, saya punya kecurigaan bahwa pelaku mungkin mendapatkan tuduhan
yang tidak adil. Daripada dakwaan yang gegabah, kita harus mengambil
sedikit waktu..”
“Apa
yang kau bicarakan? Itu terlihat pelaku gegabah pada dirinya sendiri
yang bahkan tidak sadar akan kecelakaan itu. Terdapat bercak darah pada
mobilnya..pelaku yang memperbaikinya dan melarikan diri, dimana alasanmu
yang menyatakan bahwa dia tidak menyadari kecelakaan itu sendiri?”
“Jadi, pelaku…”
“Kau
adalah seorang jaksa! Jangan goyah oleh desakan satu pihak dari
tersangkan, tapi ikuti saja kebenarannya. Jika kau ingin sekali menolong
tersangkan, kau seharusnya menjadi seorang pembela umum!” Kepala Jaksa
membentak Do Hoon. Dia kemudian mengatakan bahwa Do Hoon mendapatkan
penghargaan dari Kementrian Hukum pada hari kelulusan, maka ada ratusan
pengacara di bawah Do Hoon yang jika dia berikan kasus ini pada mereka,
akankah mereka datang padanya seperti yang dilakukan Do Hoon barusan.
Do
Hoon menunduk tak bisa menjawab. Kepala Jaksa masuk ke dalam lift, dan
mengatakan bahwa dia tidak membutuhkan seorang jaksa yang tidak bisa
menangani kasus dimana polisi sudah membawakan mereka semua buktinya.
Dan meminta Do Hoon untuk segera mengajukan surat tuntutan.
Yoo
Jung dengan jelas mendengar semua perkataan Do Hoon dan Kepala Jaksa.
Dia bahkan harus diingatkan oleh Detektif Choi saat dia tidak segera
masuk ke dalam lift.
***
Yoo
Jung berjalan ke rumah dengan gontai. Dia menyadari, Do Hoon tidak akan
bisa membantunya. Dan dia juga tidak bisa mengatakan yang sebenarnya
pada petugas.
Yoo Jung melihat ayahnya yang
sedang bersih-bersih di toko. Yoo Jung masuk ke dalam toko, ayah
bertanya apakah Yoo Jung sudah makan.
“Ayah.” Panggil Yoo Jung dengan ceria sambil memeluk ayah dari belakang. Ayah heran kenapa Yoo Jung seperti ini.
“Anak ayah akan pergi ke Jepang. Bukankah itu mengagumkan?” kata Yoo Jung lagi.
Ayah melepaskan pelukan Yoo Jung dan berbicara sambil menghadap Yoo Jung, “Benarkah? Kapan?”
“Jika
itu cepat, mereka mengatakan minggu ini, tapi aku akan mengetahuinya
saat itu sudah diputuskan.” (Yoo Jung sepertinya menjadikan kompetisi
resep kue sebagai alasan..)
“Secepat itu? Apa yang dikatakan Menantu Ahn tentang itu?”
“Tentu saja Oppa mengatakan aku harus pergi. Kami bisa menikah kapanpun aku kembali.” Yoo Jung tersenyum.
Ayah
merasa khawatir dan menanyakan apakah Yoo Jung dan Do Hoon sedang ada
masalah. Yoo Jung menyangkalnya. Kemudian Yoo Jung mengajak ayah
berkencan dan menutup tokonya untuk merayakan kepergiannya ke luar
negri.
Ayah masih khawatir, sebelum menikah
seorang gadis pergi keluar. Ayah khawatis mertua Yoo Jung tidak
melihatnya dengan baik. Yoo Jung meyakinkah ayah bahwa tidak ada hal
yang seperti itu sekarang.
Ayah tetap saja ayah,
yang masih khawatir, “Apakah mereka mengatakan sesuatu tentang hadiah
pernikahan? Jangan mengkhawatirkannya sendirian. Katakan pada ayah
semuanya.”
“Tidak seperti itu.” Yoo Jung kembali meyakinkan ayahnya.
***
Do Hoon hendak pergi bekerja. Lalu dia mendengar suara keributan.
“Apa?!
Apa yang kau katakan barusan? Apa kau khawatir aku tidak akan
membayarmu kembali? Anakku adalah seorang jaksa. Apa aku kekurangan
sehingga aku tidak membayarmu kembali jumlah yang tak berharga itu?” Ibu
Park berteriak-teriak pada ahjumma tetangga.
“Kau
mengatakan bahwa anakmu seorang jaksa yang mendapatkan penghargaan.
Aigoo..mengapa seorang wanita yang memiliki anak seorang jaksa yang
hebat hidup disini seperti ini? Jika dia tahu bahwa ibunya pergi
berkeliling bermain dengan uang, aku yakin dia akan terguncang!” ahjumma
tetangga juga berteriak-teriak pada ibu dengan kesal.
Do Hoon melihat kejadian ini.
Ibu
tersulut emosinya, dia menyerang ahjumma itu, dan mendapat serangan
balik, akhirnya mereka saling pukul. Walaupun ada beberapa ahjumma lain
yang berusaha melerai, tapi tidak berhasil. Lalu ayah Ahn datang,
menghentikan pertikaian itu. ayah menahan ibu, dan meminta maaf pada
ahjumma itu.
“Apa yang harus kita minta maafkan?
Jangan bersikap tunduk pada hal itu disana! Kau selalu melakukannya,
selalu!” Ibu berteriak pada ayah. Ayah menyuruh ibu masuk ke dalam
rumah, dan kembali meminta maaf pada ahjumma itu. sedangkan ibu, sambil
berjalan kembali mengumpat, anaknya adalah seorang jaksa, apa ahjumma
itu pikir dia akan melarikan diri dengan uangnya.
“Berikan aku uang, uang! Jangan pinjami wanita itu uang.”
“Aku bahkan tidak mempunyai uang untuk meminjaminya.”
“Bagaimana bisa orang dari lingkungan yang sama berkelahi satu sama lain! Gunakan mulutmu!” ahjumma-ahjumma itu membicarakan ibu. Sepertinya ahjumma tadi menagih utang pada ibu, tapi ibu tidak mau membayar.
Do
Hoon bersembunyi di balik tembok. Dia menghela nafas panjang. Mungkin
sudah lelah dengan semuanya, dengan keluarga miskinnya. Mungkin ini juga
alasan dia menghindar saat tahu ada seorang wanita yang tertabrak saat
itu. Karena takut karir yang baru akan dibangunnya hancur dan membuat
keluarganya makin terpuruk.
Ayah menghampiri Do
Hoon, dia tahu anaknya ini menyaksikan kejadian tadi. Ayah meminta Do
Hoon untuk tidak mengatakan apapun pada ibu. “Ibumu menjadi seperti itu,
pada akhirnya, itu semua karena aku tidak mampu. Jika aku berbicara
tentang perbedaan peran antara laki-laki dan wanita, kita hidup di dunia
yang akan mengutukku. Tapi aku menyukai Do Hoon itu. Laki-laki yang
kuat dan jujur, sebelum dia bisa membuat wanitanya bahagia. Tidakkah kau
berpikir demikian? Jangan menjadi sepertiku. Itu tidak benar. Tidak
mungkin untuk anakku yang menjadi seorang jaksa akan menjadi seperti
itu.” Ayah tersenyum bangga.
“Ayah..”
Do Hoon hendak mengatakan sesuatu, tapi ayah menyela dan menyuruh Do
Hoon untuk segera berangkat karena akan terlambat.
Ayah
membetulkan letak dasi Do Hoon, ”Bagaimana bisa seorang anak yang hebat
sepertimu datang dariku?” ayah kemudian menyuruh Do Hoon pergi. Dan dia
sendiri berjalan masuk dengan menahan haru.
Do Hoon menatap ayahnya yang berjalan terpincang-pincang. Do Hoon mengusap air matanya.
***
Min
Hyuk tidur di dalam mobilnya, di jalur non-kendaraan bermotor. Seorang
wanita yang sedang lari pagi, menggedor mobilnya dan memintanya untuk
pindah karena di situ bukan untuk parkiran mobil. Min Hyuk susah payah
membuka matanya. Dia membuka dompetnya, dan disana tinggal ada beberapa
lembar uang ribuan won. Lalu, saat akan menyalakan mobil, ternyata
bensinnya habis. Min Hyuk yang kesal pun keluar mobil dan berjalan kaki.
***
Ayah
Kang menutup teralis tokonya, sepertinya dia akan berkencan dengan Yoo
Jung. Ayah masuk ke dalam toko, disana ada seseorang, ayah menyebutnya
pelanggan. Tapi kita tahu itu adalah Min Hyuk. Min Hyuk sedang
memandangi foto-foto Yoo Jung kecil yang dipajang di dinding toko.
“Maaf, pelanggan. Aku mempunyai janji dengan anakku. Aku kuatir jika aku harus pergi sekarang.” Sapa ayah dengan ramah.
“Saya juga punya sedikit urusan dengan putri anda.” Ujar Min Hyuk dingin.
Ayah
terlihat senang mengetahui Min Hyuk mengenal putrinya, dia berpikir Min
Hyuk adalah teman kantornya Yoo Jung. Ayah mengatakan Yoo Jung mungkin
tidak akan pulang sampai malam. Ayah meminta maaf karena Min Hyuk tidak
bisa menemui Yoo Jung. Ayah membungkus beberapa potong roti dan
memberikannya pada Min Hyuk.
“Bawa ini. Ini dibuat oleh putriku. Dia mengatakan bahwa dia akan pergi ke luar negri untuk belajar di Jepang, karena ini.”
Min
Hyuk mengeluarkan uang ribuan won yang sudah di kruel-kruel (apa ya
bahasa Indonesianya, he..) dan menaruhnya begitu saja di atas roti,
“Tolong berikan ini pada Yoo Jung. Saya datang untuk membayar hutang.
Katakan padanya saya akan datang kembali untuk jaminannya.”
Ayah
tidak berkata apa-apa, hanya mengambil dan merapikan uang pemberian Min
Hyuk tadi. Dan Min Hyuk mengambil roti pemberian ayah dan seera keluar
dari toko. Dia melihat jam tangannya dan menghela nafas.
***
Min
Hyuk membuka jam tangannya, jas, dan sepatunya. Min Hyuk menjualnya
pada sebuah toko. (kalau tidak salah, di korea memang bisa menjual lagi
barang yang sudah dipakai, asalkan branded tentunya. Bahkan jika mau
sewa juga bisa..)
***
Ibunya
Ji Hee sedang melamun memandangi foto mendiang putrinya. Seorang anak
kecil memanggilnya beberapa kali hingga akhirnya dia tersadar. Ibu
menghampiri anak kecil itu.
“Seorang pria memintaku untuk memberikan ini padamu.”
“Pria seperti apa?”
“Ahjusi yang ada disana sebelumnya.” Ujar si anak, lalu pergi.
Ibu
melihat isi kantong itu, isinya roti dan segepok uang. Min Hyuk yang
memberikannya, uang hasil penjualan barang-barangnya dan roti pemberian
ayah Yoo Jung. Min Hyuk yang kini hanya memakai kaon oblong, celana, dan
sandal, duduk tak jauh mengawasi ibunya Ji Hee.
***
Yoo
Jung sedang memilihkan ayah jaket untuk musim dingin. Yoo Jung
mengambil jaket berwarna merah-hitam dan meminta ayah mencobanya. Ayah
mengatakan baju itu hangat. Saat cuaca sedang panas seperti ini, mengapa
mereka pergi kesana (membeli jaket).
Yoo Jung
memakaikan jaket pada ayah, “Kau harus membeli sebuah jaket musim dingin
saat diluar sedang hangat. Ayah, kau selalu mengatakan kau akan
membelinya nanti…dan itu adalah jaket lama yang kau punya. Sudah berapa
tahun?”
Ayah diam saja, dan menurut saat diminta melihat cermin. Yoo Jung bertanya apakah jaketnya terlalu sempit, ayah menggeleng.
Mereka
kemudian makan di sebuah restoran. Ayah terlihat kesulitan memotong
daging steaknya. Yoo Jung menukar piringnya yang dagingnya sudah
dipotong dengan piring ayah. Yoo Jung meminta ayah untuk memakannya.
Tempat ini pernah masuk televisi beberapa kali. Restoran ini sangat
terkenal.
“Saat ini masuk ke dalam perut,
semuanya sama saja. Apa ini? Jadi, berapa harga yang dibebankan setelah
membuat semua ini?” ayah bertanya sambil menyuapkan steak ke mulutnya.
(ayah benar…mau mahal atau murah, masuk ke perut, akhirnya sama dibuang.
ups, jorok mu! >.<)
“Haruskah kita
menonton film sebelum pulang ke rumah? Yah, sudah lama sekali sejak
terakhir kau menonton film, benar kan?” tanya Yoo Jung.
“Lakukan
seperti biasanya yang kau lakukan? Tidak perlu melakukan hal yang
berlebihan sendiria. Bagaimanapun, menikah akan melelahkan.”
Ayah
melihat uang yang dihabiskan Yoo Jung untuk kencan mereka. Ayah
bertanya apakah Yoo Jung sudah biasa mengeluarkan uang sebanyak ini
untuk jalan-jalan.
“Uang adalah sesuatu yang kau peroleh setelah kau bekerja keras untuk kau simpan, tapi kau menghabiskannya dengan mudah.”
Yoo
Jung mengambil kertas tagihannya dari tangan ayah, “Jika kau tetap
seperti ini, aku tidak akan pernah membawamu ke tempat seperti ini lagi.
Menghabiskan uangku yang berharga hanya untuk mendapatkan ceramah.”
Ayah
mengatakan jika Yoo Jung tidak mau mendengar ceramah dariku, cepatlah
menikah. Yoo Jung bilang akan segera menikah walaupun ayah tidak
menyuruhnya. Mengapa ayah tidak pergi keluar berkencn dengan wanita
baik. Tidak baik dilihat oleh orang lain untuk seorang pria tua hidup
sendirian. Bahkan orang tua Do hoon, tidak peduli bagaimana mereka
bertengkar, terlihat baik karena mereka bersama.
“Pertama
aku mengeluarkanmu, aku akan menikah bagaimanapun juga. Tapi kau
bergantung terus, itulah mengapa aku tidak bisa menikah. Aku punya
kemampuan, dan punya toko sendiri. Apakah ayahmu seseorang yang
kekurangan?”
Mereka tersenyum bersama. Lalu ayah
teringat akan seorang pria yang sebelumnya mencari Yoo Jung hendak
membayar hutang dan ayah menanyakan tentang jaminan yang dibicarakannya.
Dia bilang dia akan kembali untuk mengambilnya. Yoo Jung teringat Min
Hyu saat di tol memberikan cincin sebagai jaminan. Yoo Jung kemudian
mengatakan itu bukan apa-apa.
***
Ketua
Jo keluar dari lift pembangunan gedungnya setelah meninjau pekerjaan
karyawannya dari lantai atas. Dia memuji pekerjanya yang bekerja dengan
keras.
Kemudian,
Min Hyuk yang sedari tadi duduk menunggu di atas kap mobil ayahnya
turun dan menghampiri Ketua Jo. Min Hyuk bertanya apakah kali ini
ayahnya juga menyelesaikannya dengan uang. Menurut Ketua Jo, dengan
kenyataan bahwa Min Hyuk menemuinya berarti penyelesaian itu bekerja.
“Itukah
mengapa kau melakukannya dengan Ji Hee? Mengambil semua yang dimiliki
Ji Hee, mengatakan padanya untuk menghilang seperti itu?”
“Apa
kau pikir aku adalah pemilik toko di pojokan lingkungan? Dalam nama
Grup K, 10 ribu orang menggantungkan hidupnya. Aku tidak punya waktu
untuk fokus pada gadis yang bukan siapa-siapa itu.”
“Gadis yang bukan siapa-siapa itu, kau tahu bahwa dia mengandung anakku!” Min Hyuk membentak ayahnya.
Ketua
Jo mengatakan Min Hyuk harus memberikan seorang anak yang bisa mereka
rayakan. Min Hyuk sudah cukup bermain-main begitu lama. Sekarang Min
Hyuk harus merebut hati Se Yeon dengan benar. Min Hyuk bertanya apakah
ayahnya tidak ingin tahu dengan apa yang dia rasakan. Ketua Jo
mengancam, jangan membuatnya mengatakannya dua kali. Kenyataan bahwa Min
Hyuk hidup dengan begitu mudah, Min Hyuk pikir kepada siapa dia harus
berterima kasih.
Ketua
Jo berjalan meninggalkan Min Hyuk dengan sedikit menyenggol badannya.
Min Hyuk bertanya lagi sambil berteriak di depan pekerja, “Sekali saja,
daripada uang, tidak bisakah kau melihatku sebagai anakmu?!”
Ketua
Jo tidak menanggapinya, dan masuk ke dalam mobil. Belum jauh, Ketua Jo
menghentikan mobilnya dan meminta Gwang Min untuk menenangkan Min Hyuk,
agar dia tidak melakukan hal aneh lainnya.
Gwang
Min berbicara dengan Min Hyuk. Dia mengatakan jika gedung ini selesai
di bangun, semua gedung yang bisa Min Hyuk lihat memiliki nama yang
dikenal, mereka bisa melihat semuanya di bawah. Min Hyuk heran, apakah
Gwang Min menemuinya hanya untuk mengatakan itu.
“Ketua…adalah
seseorang yang bekerja dalam caranya untuk menuju ke atas sini dari
bawah. Dia menyelamatkan aku dan Gwang Soo dari tempat perjudian. Orang
yang memotong tali pada ayahku yang seprti tali tidak berguna, dan
memberikanku jalan untuk bertahan, adalah Ketua.”
“Hyung, aku tidak mau mendengarnya. Kau bisa menyimpan jilatanmu untuk ayahku.”
Gwang
Min menyentuh pundak Min Hyuk, “Min Hyuk, jika ini untuk keluarganya
atau perusahaan, dia benar-benar kejam. Berterima kasihlah bahwa orang
seperti itu adalah ayahmu dan bukan musuhmu.” (maksudnya jika dia adalah
musuh Min Hyuk, maka tidak ada ampun untuknya)
Min
Hyuk mengatakan ayahnya tidak membesarkan seseorang, tapi seekor
anjing. Min Hyuk bertanya mengapa Gwang Min begitu setia pada ayahnya.
Lalu Gwang Min melemparkan sebuah amplop di depan Min Hyuk yang hendak
pergi. Itu adalah kenang-kenangan milik Ji Hee. Mereka mengumpulkannya
sedikit, tapi Min Hyuk harus mengaturnya sendiri.
“Jika kau seekor anjing berlakulah seperti seekor anjing. Jangan mencampuri urusan orang.”
“Jangan bertanya apa yang terjadi pada Seo Ji Hee kepada Ketua. Wanita itu, kau yang membunuhnya.”
Min
Hyuk menyerang Gwang Min dan menekannya pada tumpukan kayu, menyuruhnya
diam. Tapi Gwang Min kembali mengatakan bahwa Min Hyuk lah yang
membunuhnya. Jika Min Hyuk kebih cepat melepaskannya, ini tidak akan
terjadi. Dia adalah seseorang yang pergi secepatnya setelah mengatahui
bahwa dia mengandung anak Min Hyuk. Ji Hee mencoba yang terbaik untuk
melindungi anaknya.
“Apa yang bisa kau lakukan?
Kau tidak melakukan apapun. Kau hanya seorang anak dari rumah yang
kacau. Kau ingin menang. Maka jangan berlari dan maju dengan
pelan-pelan. Kau tidak punya keberanian untuk masuk ke pertempuran, tapi
menggeram, itu benar-benar gayamu yang kaku.” Gwang Min meninggalkan
Min Hyuk yang terpaku memikirkan kata-katanya barusan.
Min
Hyuk membuka amplop yang tadi dilemparkan Gwang Min. Isinya sebuah buku
(seperti buku harian) dan fotonya bersama Ji Hee. Min Hyuk berdiri di
atas gedung. Min Hyuk menangis sambil memandangi fotonya bersama Ji Hee.
Min Hyuk menangis, dan terdengar suara hati Min Hyuk.
“Ji
Hee, maafkan aku tidak bisa melindungi hidupmu. Aku sangat menyesal aku
tidak bisa melakukan apapun untukmu atau untuk anak kita. Sebanyak kau
dalam kepedihan, aku tidak akan mencintai siapapun lagi selain dirimu.
Aku akan hidup sebagai pria yang menyedihkan untukmu. Ini adalah
janjiku. Manusia yang tidak tahu malu yang membiarkanmu mati, aku akan
membuat dia hidup di neraka.”
Min Hyuk berjalan dan membeli sebuah cincin di pedagang kaki lima.
Min
Hyuk mendatangi studio lukis Se Yeon. Se Yeon bertanya untuk apa Min
Hyuk datang kesana. Tentu saja Min Hyuk datang untuk menemui Se Yeon.
“Lagi-lagi dengan kebohongan. Aku lelah. Apa kau datang menemuiku karena kau ingin mati lagi?”
“Tidak.
Kali ini karena aku ingin hidup. Kita benar-benar tidak memiliki
apapun. Aku berpikir aku hidup dengan melakukan apapun yang aku
inginkan. Satu-satunya yang bisa aku lakukan adalah melihat menu saat
makan.”
Se Yeon menghela nafas, “Kau tidak tahu?
apa yang kita mainkan, tidak ada satupun yang gratis. Itulah mengapa kau
mengatakan bahwa kita harus melakukan apa yang diminta orang tua kita.”
Min Hyuk menarik tangan Se Yeon dan berjongkok di dekatnya, “Se Yeon, mari kita menikah.”
Se
Yeon mengatakan jika itu seseuatu yang mereka bisa tentukan untuk
melakukannya atau tidak sendiri, itu akan bagus. Min Hyuk bilang dia
akan membiarkan Se Yeon melakukan apapun yang dia inginkan. “Mari kita
menikah.”
Se Yeon menarik tangannya, “Memberikan apa yang aku inginkan? Apa yang bisa kau lakukan untukku?”
“Kebebasan,
kebebasan bahwa kau bisa melakukan apapun yang kau inginkan. Itu, aku
akan memberikannya padamu. Aku tidak peduli jika kau mencintai orang
lain atau pergi keluar. Aku juga tidak membutuhkan seorang bayi, menikah
saja denganku. Saat pria tuaku mati, aku akan membiarkanmu pergi.”
“Apa
kau gila?” tanya Se Yeon. Min Hyuk tidak menjawabnya, dan mengeluarkan
isi kantong celananya, yang berisi uang koin, kertas, dan cincin yang
tadi dibelinya di pedagang kaki lima. Min Hyuk mengambil cincinnya, dan
mengatakan hanya ini yang dia punya. Dia pikir semua uangnya adalah
miliknya, tapi bahkan itu bukan benar-benar miliknya.
Min Hyuk memakaikan cincin itu di jari Se Yeon, “Se Yeon…kali ini saja, genggam tanganku untukku.” Se Yeon termenung.
***
Min
Hyuk makan dengan lahap dirumahnya. Ketua Jo bertanya, nasi itu,
walaupun hanya satu butir, apakah Min Hyuk sadar kepada siapa dia
seharusnya berterima kasih. Min Hyuk mengangguk dan berkata dia
mengetahuinya bahkan sampai ke tulangnya.
“Min
Hyuk, walaupun begitu, bagaimana bisa kau meminta uang pada Min Joo?
Jika kau tidak punya uang, kau seharusnya meminta padaku.” Ujar In Joo.
“Kau juga tidak punya uang, kan? Itu uang ayahku bagaimanapun juga.” Jawab Min Hyuk dengan dinginnya seperti biasa.
“Oppa!” Min Joo tersinggung oppanya berkata seperti itu pada ibunya.
“Min
Joo, kau dengarkan juga apa yang ayah katakan untuk kau lakukan. Jika
kau keluar dari penglihatannya, kau akan diusir juga. Kau mungkin harus
pergi tanpa baju yang kau pakai itu.” Min Hyuk memberikan saran pada Min
Joo. Ketua Jo tersenyum melihatnya, menduga anaknya akhirnya sadar
juga.
In Joo: “Ketua Jo melakukan hal itu semua untuk….”
Min
Hyuk menyela, “Untuk perusahaan, apakah kau satu-satunya orang yang
tidak mengetahuinya? Atau kau berpura-pura tidak mengetahuinya?” Min
Hyuk menatap tajam In Joo yang tidak bisa berkata apa-apa lagi.
Kemudian,
Min Hyuk mengatakan pada Ketua Jo, karena dia akan menikah dengan Se
Yeon sesuai keinginan Ketua Jo, tanpa menyebabkan kekacauan, karena
bagaimanapun juga itu adalah pernikahan bisnis, Min Hyuk ingin meminta
sesuatu sebagai imbalan dari ayahnya. Ketua Jo meminta Min Hyuk
menyebutkan apa yang dia inginkan.
“Hotel.
Berikan itu padaku.” Lalu Min Hyuk berkata pada In Joo yang sedikit
terkejut, “Adik laki-lakimu sedang menunggu untuk mengambil alih kasino
di hotel. Dan kau sendiri sedang menunggu untuk bertanggung jawab pada
theatet yang akan datang di dalam hotel. Tidakkah aku harus membantunya
dengan baik?”
“Min Hyuk, itu…” In Joo yang tampak panik tidak menyelesaikan kata-katanya.
Ketua
Jo: “Baiklah. Pergi dan pelajari tali temali dalam bisnis. Jika kau
mengenal direktur dalam grup untuk kekuatanmu, hotel itu…milikmu.”
In
Joo menatap Ketua Jo dengan nafas tersengal-sengal, menahan amarah. Min
Hyuk dengan tenang menghabiskan nasinya hingga terdengar suara gesekan
sendok dan mangkok, benar-benar menikmati makannya. Min Hyuk pun permisi
jika tidak ada lagi yang akan dibicarakan, karena dia merasa bahwa In
Joo merasa ia sudah dicurangi. Min Hyuk pun berjalan pergi keluar, tidak
mengindahkan panggilan Min Joo.
***
Gwang
Woo membawakan berkas-berkas mengenai Hotel K yang diminta Min Hyuk di
ruangan kerjanya. Gwang Soo permisi pergi, tapi pertanyaan Min Hyuk
menghentikan langkahnya.
“Apakah kau mengawasi Jaksa Ahn?”
Do
Hoon memandangi fotonya bersama Yoo Jung. Dia terlihat bimbang. Lalu
dia mengeluarkan daun semanggi dari saku celananya, dan menggenggamnya
erat.
Do Hoon menelpon Yoo Jung, dia bercerita. Saat Do Hoon sekolah menengah, kaki ayahnya hancur dibawah sebuah forklift
saat dia melakukan protes bahwa dia dipecat dengan tidak adil. Ayah Ahn
belum bisa diobati lebih banyak sebelum dia berdiri di pengadilan.
Mereka menghukum ayah untuk perusakan alat. Ibunya harus membayar uang
selama 10 tahun pada perusahaan yang membuang ayahnya.
“Tidak
mempunyai kekuasaan adalah sebuah dosa, dan melawan orang dengan
kekuasaan adalah sebuah dosa. Aku ingin mengubahnya. Aku ingin
menunjukan bahwa semua orang itu sama dimata hukum!” Do Hoon menangis
emosi.
“Oppa, kau bisa melakukannya. Itulah mengapa kau bekerja keras hingga sekarang, benar?”
Do
Hoon bertanya, apakah Yoo Jung pikir dia bisa melakukannya, “Aku, yang
membiarkanmu menanggung kesalahan untuk sesuatu yang bahkan tidak kau
lakukan? Bagaimana bisa aku..?”
Yoo Jung
mengatakan bahwa itu adalah sebuah kecelakaan, kecelakaan yang patut
disayangkan. Untuk orang itu dan untuk mereka. Do Hoon bertanya lagi,
bertemu dengan pria sepertinya apakah Yoo Jung menyesalinya.
Yoo Jung menangis, “Aku tidak menyesalinya. Menyesal hanya untuk orang yang tidak mempunyai masa depan. Kita punya, bukan?”
“Yoo Jung, maafkan aku.”
“Berhenti
saling meminta maaf satu sama lain. Lebih baik…jika ini memang
kecelakaan yang sial, mari kita meminta maaf pada orang yang bahkan
tidak mempunyai waktu untuk menyesalinya.”
Do Hoon menutup telponnya. Dan masih menangis.
***
Yoo
Jung memasukan fotonya bersama ayah ke dalam tas. Sepertinya Yoo Jung
sudah siap menyerahkan diri besok. Dia lalu ke kamar ayah, melihat ayah
yang tertidur dan membetulkan letak selimutnya. Yoo Jung berbaring
disamping ayahnya. Dan tertidur hingga esok paginya.
Yoo
Jung panik tidak mendapati ayah di kamar dan di toko. Yoo Jung
menghubungi ponsel ayah. Ponselnya berdering di dalam toko, tepatnya di
dalam oven. Yoo Jung semakin panik. Dia berlari keluar dan bertanya pada
seorang ahjussi apakah dia melihat ayahnya. Tapi ahjussi itu tidak
melihat ayah.
Yoo Jung berlarian kesana kemari
sambil memanggil ayah. Tapi ayah tidak juga ditemukan. Yoo Jung kembali
ke toko, dan melihat kalender. Dia pun mendapat petunjuk diman ayah
berada.
Saat Yoo Jung sudah keluar lagi dari toko, ponselnya tidak dibawa dan ada panggilan dari kantor kejaksaan.
***
Di
ruang sidang, Do Hoon menanti dengan cemas kehadiran Yoo Jung yang
belum juga muncul. Karena sudah menunggu lama, maka Hakim mengeluarkan
perintah untuk penangkapan.
Dimana/kemana Yoo Jung?
Yoo
Jung berlari menuju kuburan ibunya, dan ternyata ayah memang ada
disana. Yoo Jung memanggil ayah. Ayah malah bertanya mengapa Yoo Jung
ada disana.
“Apa maksudmu mengapa?! Jika kau
hendak pergi ke suatu tempat, maka kau seharusnya memberitahuku! Aku
juga tidak menjawab ponselmu! Aku berpikir…sesuatu terjadi padamu dan
aku sangat khawatir!” Yoo Jung berteriak kesal pada ayah dengan nafas
yang masih ngos-ngosan.
Ayah Kang hanya
berkomentar bahwa putrinya ini bertingkah gila, apa yang perlu
dikhawatirkan, dia disana karena merindukan istrinya.
Yoo
Jung pun memberikan penghormatan pada mendiang ibunya. Yoo Jung memeluk
kuburan ibunya, dia meminta maaf pada ibu karena tidak datang
sering-sering. Yoo Jung menangis. Ayah mengatakan itu tidak apa-apa,
karena Yoo Jung sedang sibuk mempersiapkan pernikahannya. Ayah lalu
memberikan Yoo Jung satu buah roti cream yang sangat disukai ibunya.
“Walaupun
saat meminum obat kemoterapi untuk kankernya, dia memakan ini. Aku
ingin dia mencicipinya sebelum menjadi dingin.” Makanya ayah pergi
pagi-pagi ke kuburan. Ayah juga ingin menunjukan pada ibu bahwa dia
berhasil membesarkan Yoo Jung dengan baik dan akan menikahkannya. Ibu
memegang tangan Yoo Jung muda, dan menangis sangat banyak menyesali
bagaimana dirinya sebelumnya. Yoo Jung kembali menangis.
***
Yoo
Jung berjalan dengan menggandeng ayahnya. Di depan toko, sudah ada
polisi menunggunya. Yoo Jung meminta ayahnya untuk masuk ke dalam. Tapi
terlambar, polisi dengan cepat memborgol tangannya dan memaksanya masuk
ke dalam mobil, tanpa memberikan kesempatan pada Yoo Jung untuk
berbicara pada ayahnya.
Ayah
terus memanggil Yoo Jung dan menggedor mobil. Hingga akhirnya mobil
menjauh, ayah memegangi kepalanya kesakitan. Kini giliran Yoo Jung yang
memanggil ayahnya khawatir. Tapi mobil terus melaju.
***
Yoo
Jung diminta menukar pakaiannya dengan pakaian tahanan. Cincinnya di
ambil petugas, lalu dia difoto dengan keterangan tahanan.
***
Ayah
menunggu Do Hoon keluar dari kejaksaan. Begitu ayah melihatnya, ayah
langsung ingin bertanya. Namun ayah memintanya untuk bicara ditempat
agak jauh.
“Apa? Mati? Yoo Jung membunuh seseorang? Apakah itu masuk akal?” ayah terkejut.
“Itu adalah sebuah kecelakaan. Itu tidak berarti dia mencoba membunuhnya.”
Ayah
merasa ada yang salah disana. Ayah yakin Yoo Jung walaupun dia
menyebabkan kecelakaan, dia bukan seseorang yang akan melarikan diri. Do
Hoon mengetahuinya lebih baik daripada orang lain. Anak ayah tidak akan
melakukan itu, ini pasti kesalahan orang-orang itu. Ayah akan pergi dan
mengatakan semua pada tempatnya.
Do
Hoon mencegah ayah Kang, “Ayah mertua, aku adalah jaksa yang
bertanggung jawab untuk kasus Yoo Jung.” Ayah senang mendengarnya dia
merasa surga menolong mereka. Do Hoon berjanji untuk membantu Yoo Jung
apapun yang terjadi. Do Hoon mengatakan ayah tidak bisa melakukan ini
(menemuinya). Do Hoon meminta ayah untuk mencapai penyelesaian dengan
keluarga korban.
Ayah berjalan pergi, belum jauh
dia terduduk dan menangis. Do Hoon menghampirinya dan meminta ayah untuk
kuat. Dia akan menolong ayah dari belakang, tidak bisa jika dari depan.
Ayang
memegang tangan Do Hoon, “Aku tahu dengan baik. Aigoo, Yoo Jung
kita…bagaimana pun ketakutannya dia.” Do Hoon meminta maaf, tapi ayah
menolaknya. Untuk apa Do Hoon meminta maaf, ayah meminta Do Hoon menjaga
Yoo Jung.
Dari jauh nampak seseorang mengambil foto mereka diam-diam. Dia Gwang Soo.
***
Min
Hyuk melihat-lihat foto Do Hoon bersama Yoo Jung. Dai teringat
perkataan Do Hoon yang menyebutkan bahwa dia tidak bisa menolong Min
Hyuk untuk persoalan pribadi. Min Hyuk berkata sendiri, ini membuatnya
ingin tahu siapa yang lebih memiliki alasan pribadi.
***
Min Hyuk ke kantor kejaksaan menemui Do Hoon.
“Apa yang kau lakukan disini?” tanya Do Hoon.
“Aku sudah mengatakannya padamu. Aku akan menyaksikan untuk memastikan bahwa hukum dijalankan dengan adil.”
“Aku menyelidikinya dengan baik, jadi jangan khawatir dan pergilah.” Pinta Do Hoon.
Do
Hoon kemudian berjalan pergi, namun kata-kata Min Hyuk membuatnya
berhenti. Min Hyuk mengatakan bahwa dia tidak mengkhawatirkannya, tapi
mengapa dia terus saja khawatir. Seorang jaksa yang meminum kopi murahan
dan bekerja hingga larut malam. Itukah mengapa ataukan karena dia tidak
mempunyai mobil baru yang bagus.
“Jaksa, kau mengatakan bahwa kau mempunyai seorang kekasih. Tidak, kau tidak mengatakannya?”
“Apa yang sebenarnya ingin kau ketahui?”
Min
Hyuk mendekat, “Seberapa kuatnya cinta, hingga disebut sebagai cinta?
Ji Hee yang sudah meninggal dan aku benar-benar saling mencintai. Dari
sebelah, semua orang mengatakan bahwa itu bukan cinta. Tapi aku
benar-benar mencintainya. Itulah mengapa, paling tidak aku ingin
menunjukan pada Ji Hee betapa aku mencitainya. Betapa aku sangat
mencintai Ji Hee. Aku akan mengawasimu. Aku akan mengawasimu, Jaksa.”
Min Hyuk meninggalkan Do Hoon. Dan Do Hoon sepertinya menyadari Min Hyuk mengetahui bahwa Yoo Jung adalah kekasihnya.
***
Di
ruang interogasi. Yoo Jung yang terborgol menunggu untuk kembali di
periksa. Do Hoon masuk dan meminta petugas untuk membuka borgolnya.
Yoo
Jung ingin mengatakan sesuatu pada Do Hoon. Tapi Do Hoon menyela. Do
Hoon sebagai jaksa mengatakan bahwa bukti yang mendukung klaim Yoo Jung
belum juga ditemukan. Tapi apakah Yoo Jung tetap akan menyatakan dirinya
tidak bersalah.
“Ayahku bersikap aneh.”
“Tolong hanya menjawab apa yang aku tanyakan.”
Yoo
Jung mengatakan ayahnya merasakan sakit dikepalanya, Yoo Jung berusaha
memberi tahu Do Hoon keadaan ayahnya. Do Hoon tidak menanggapi dan
mengatakan belum terlambat untuk Yoo Jung mengakui kejahatannya. Membuat
penyelesaian, mengakui kesalahan, dan mengajukan banding adalah
satu-satunya cara untuk mengurangi hukuman.
“Baik…baik.
Aku tidak apa-apa dengan apapun. Maksudku, aku benar-benar sangat
menyesal. Aku sangat menyesal pada orang yang meninggal karenaku.
Tapi…ayahku…karena aku khawatir…ayahku sepertinya sangat sakit. Aku
tidak bis pergi ke rumah sakit dengannya karena aku harus datang kesini.
Jaksa.”
Do
Hoon menggebrak meja, dan meminta Yoo Jung melihat berkas yang dia
tunjukan. Yoo Jung terus berteriak ayahnya sakit. Do Hoon kembali
menggebrak meja. Yoo Jung akhirnya melihat berkas yang ditunjukan Do
Hon.
“Jangan khawatir, aku akan menjaganya.” Do Hoon berbicara pada Yoo Jung melalui kertas itu agar tidak ketahuan. Yoo Jun pun akhirnya bisa tenang.
***
Ayah
Kang mendatangi rumah keluarga Do Hoon, dengan sangat malu untuk
meminjam uang. Untuk membuat penyelesaian dengan pihak keluarga korban.
Ayah
Ahn menanyakan apakah Do Hoon mengetahui tentang ini. Ayah Kang
mengatakan Do Hoon lah yang memintanya untuk membuat penyelesaian lebih
dulu.
Ibu Park bergegas ke dalam kamar,
mengeluarkan uang dari brankasnya dan menyerahkannya pada ayah Kang.
“Ambil ini dulu. Aku akan melihat apakah aku bisa meminjam lagi jika ini
belum cukup. Kau bilang ini sebuah kecelakaan! Kau harus fokus untuk
mengeluarkan anakmu terlebih dulu! Bagaimana bisa kita meninggalkan
wanita muda dalam penjara seperti itu, benarkan?”
Ayah
Ahn membenarkan dan menyuruh Ayah Kang untuk menerimanya dan segera
pergi. Ayah Kang sangat berterima kasih dan segera pergi.
“Aku
pikir itulah mengapa anak itu bertingkah sedikit aneh beberapa hari
ini.” Lalu ayah Ahn mengatakan dia merasa sangat bangga pada istrinya.
Namun diluar dugaan, ibu Park mengatakan mereka (ayah Kang dan Yoo Jung)
harusnya merasa puas dengan uang itu.
“Tabrak
lari. Beraninya dia menjatuhkan anakku! Apakah dia punya hati nurani
atau tidak? Jangan katakan apapun! Apa kau tahu apa yang dilakukan Do
Hoon? Do Hoon memasukan orang ke dalam penjara!” ibu menbentak ayah.
Oow, ternyata ibu memberikan uang bukan karena simpati, tapi karena
tidak mau anaknya terseret. (hey mom! Anakmu yang menabrak bukan Yoo
Jung, andai anda tahu…)
Ayah menuju jendela, dan melihat ayah Kang berjalan menjauh menyembunyikan uangnya di balik kemeja.
***
Yoo Jung di dalam bis tahanan, tangannya diborgol dan badannnya diikat tali. Dia menuju ke persidangan.
Sementara
itu, ayah Kang menemui ibu Ji Hee dan memberikan uang. Ayah memohon ibu
Ji Hee untuk menerimanya, tapi ibu Ji Hee malah membuang bungkusan uang
itu.
“Nyonya. Aku membesarkan putriku sendirian.
Istriku meninggal saat Yoo Jung berumur 5 tahun. Setelah itu, aku
membesarkan anakku sendiri. Bagaimana bisa aku tidak tahu bagaimana
perasaanmu. Ya.” Ayah berlutut di depan ibu Ji Hee sambil berkaca-kaca,
“Aku tahu tidak ada yang cukup untukmu. Hidup seseorang, khususnya
kehidupan yang masih muda..aku tahu ini tidak bisa menjadi sebuah
kompensasi. Maafkan aku, maafkan aku.” Ayah menangis.
Ayah akan melakukan apapun jika ibu Ji Hee mau membuat penyelesaian. Yoo Jung akan segera menikah, jadi kali ini saja.
Ibu
Ji Hee yang sedari tadi diam akhirnya angkat bicara, “Putriku
dibunuh..tapi kau ingin menyelamatkan anakmu? Untu seseorang yang
membesarkan anaknya sendirian..kau tidak bisa melakukan ini padaku.
Putriku…berapa lama dia berada di lantai yang dingin! Putri yang sangat
kau banggakan mengabaikan putriku yang sekarat dalam hujan…dia bahkan
tidak bisa menemui ibunya dan meninggal seperti itu! penyelesaian? Untuk
menyelamatkan putrimu? Itu belum cukup untuk membuatnya menjauh!” ibu
Ji Hee menangis, tak kalah sedih dengan ayah Kang.
Ibu
Ji Hee mengambil uang pemberian Min Hyuk, yang dia duga pemberian ayah
Kang karena kantong yang sama. Ibu Ji Hee mengatakan itu semua tidak
akan merubah apapun. Apakah ayah Kang menganggap uang bisa menyelesaikan
semuanya. Walaupun ayah Kang memberinya berjuta-juta, Ibu Ji Hee tidak
akan membuat penyelesaian. Dia tidak bisa.
Ibu
Ji Hee melemparkan uang ke udara, menyuruh Ayah Kang untuk mengambilnya
kembali dan mengembalikan anaknya. Ayah Kang berdiri dan berlarian
hendak mengambil uang yang beterbangan. Ayah Kang mulai bertingkah aneh,
tidak seperti sosoknya. Dia terjatuh ke jalanan.
***
(Kembali ke adegan di episode 1)
Kang
Yoo Jung duduk di kursi pesakitan, dengan Ahn Do Hoon sebagai jaksa
penuntutnya. Hakim memasuki ruangan dan semua diminta untuk berdiri, dan
duduk kembali setelah Hakim duduk di kursinya. Hakim pun memulai
jalannya sidang di Pengadilan Seoul ini. Yoo Jung menatap Do Hoon dengan
mata berkaca-kaca, begitu juga sebaliknya.
“Insiden
kasus nomor 521, laporan kasus tabrak lari. Terdakwa Kang Yoo Jung,
silahkan maju ke depan.” Hakim meminta Yoo Jung maju.
Yoo
Jung pun maju ke depan dengan tangan terborgol. Yoo Jung menatap Do
Hoon dan tersenyum. Lalu terdengar suara Yoo Jung dan Do Hoon.
Yoo Jung: “Oppa,
apa kau ingat hari pertama kita bertemu? Setelah kau naik bis dan
pergi, aku tetap menunggu di halte bis. Karena aku berpikir kau akan
kembali. Aku pikir 10 menit berlalu, kau berlari kembali.”
Do Hoon:”Tentu
saja aku ingat. Aku juga tidak tahu mengapa aku melakukannya. Untuk
beberapa alasan, aku berpikir kau akan menungguku disana.”
Yoo Jung: “Jangan
khawatirkan aku. Aku akan menunggu dengan sabar. Berjalanlah dengan
pelan ke arahku dan ajak aku kembali seperti sebelumnya.”
Kini, hanya Do Hoon sendirian yang berada di halte itu. Do Hoon kembali mengingat kejadian di persidangan tadi.
Flashback. Do Hoo sebagai Jaksa penuntut maju ke depan dengan mata yang masih berkaca-kaca.
“Jika
anda sedikit saja lebih berhati-hati, itu adalah hidup yang bisa saja
diselamatkan. Perilaku tidak bertanggung jawab terdakwa Kang Yoo Jung
telah mengambil kehidupan berharga dari seseorang, dan bahkan telah
mengambil kehidupan seseorang yang belum meliha cahaya siang hari. Itu
adalah kebenaran mutlak yang tidak bisa dimaafan dengan cara apapun.
Untuk ini tim penuntut menuntut terdakwa Kang Yoo Jung…untuk lima tahun
penjara.”
Yoo Jung yang sedari tadi menangis,
memejamkan matanya mendengat tuntutan itu, hingga akhirnya palu hakim di
ketuk. Flashback end.
Do
Hoon memejamkan mata. Lalu ada Min Hyuk menghampirnya dengan mobil. Min
Hyuk mengatakan Do Hoon sudah melakukannya dengan baik.
“Aku tidak tahu kau akan melakukannya dengan baik seperti ini.
Kau mengesampingkan emosi pribadimu dan hanya mendekat pada hukum. Apakah aku mengatakannya dengan jelas?”
“Apakah itu yang kau ingin sampaikan padaku?”
Do
Hoon lalu menerima telpon dari rumah sakit, tentang keadaan ayahnya Yoo
Jung. Do Hoon pun pergi tanpa mengindahkan Min Hyuk lagi.
***
Yoo Jung di giring ke dalam penjara dan memasuki salah satu sel tahanan. “2008, masuklah ke dalam.”
Setelah
beberapa lama Yoo Jung berbaring di dalam sel. Dia dibangunkan oleh
teman-teman satu selnya. Yoo Jung di pukuli dan ditendang, tanpa ampun.
Sementara itu, ayah Kang masuk ke ruang operasi.
***
Yoo
Jung sedang melakukan olah raga pagi di dalam penjara. Tiba-tiba dia
pingsan. Dan Yoo Jung tersadar di klinik rumah sakit dan mengetahui
bahwa dirinya sedang mengandung.
Tidak hanya Yoo Jung, Min Hyuk juga mendapatkan kabar itu. Dan dia tersenyum mengatakan bahwa itu menarik.
Do Hoon juga sepertinya diberitahu Yoo Jung. Do Hoon terduduk lemas dan membenturkan kepalanya ke dinding.
Beberapa bulan kemudian. Yoo Jung melahirkan seorang putra yang sangat tampan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar