Do Hoo menghampiri Se Yeon yang menangis di tangga,
dan bertanya apakah Se Yeon sudah selesai menangis. Se Yeon balik
bertanya Do Hoon datang untuk melihatnya atau untuk bersimpati. Do Hoon
menjawab keduanya.
“Jika kita bisa mendengar lagu
itu hingga selesai, pasti akan lebih baik. Ada yang bilang, karena
seseorang yang tidak akan menangis untukmu…jangan menangis.” Do Hoon
menyodorkan sapu tangannya pada Se Yeon untuk menghapus air matanya.
“Dan, karena seseorang yang akan menangis untukmu, Se yeon..maka
menangislah.”
Do Hoon meletakan sapu tangan itu di tangan Se Yeon lalu berjalan pergi. Dan Se Yeon tampak memikirkan kata-kata Do Hoon itu.
***
Min
Hyuk berada di dalam mobil. Gwang Soo menanyakan apa yang harus dia
lakukan dengan bangunan itu, haruskah dia membereskannya. Min Hyuk
mencegah, jangan menyentuhnya dan biarkan saja.
“Sekarang jangan mengikuti Kang Yoo Jung lagi..hentikan saja.” Min Hyuk merasa ini menyebalkan.
***
Yoo
Jung duduk melamun di toko. Dia mengingat ketika Min Hyuk menyerangnya
di kantor polisi, dan ketika Min Hyuk mengunjunginya di penjara. Yoo
Jung baru menyadari mengapa Min Hyuk melakukan ini semua padanya.
Kemudian Do Hoon datang dan bertanya apa yang terjadi. Yoo Jung mengatakan tidak ada apa-apa.
“Lihat aku. Apa kau terluka?”
“Aku rasa, aku harus pindah dari tempat ini. Pemilik tempat ini datang. Di menyuruhku untuk keluar minggu ini.”
“Jika dia menyuruhmu untuk pindah secepat ini, aku akan bicara dengannya.”
Do
Hoon hendak pergi, tapi Yoo Jung menahannya. Yoo Jung berkata dia akan
mengurusnya jadi Do Hoon tidak perlu khawatir. Pemilik tempat itu adalah
orang yang sulit di ajak bicara. Biarkan Yoo Jung yang bicara dengan
orang seperti itu. Biarkan Yoo Jung yang melakukannya. Lagipula memang
benar Yoo Jung punya hutang.
(Yoo Jung mencegah agar Do Hoon tidak bertemu Min Hyuk, dia tidak tahu jika sebenarnya Do Hoon sudah mengenal Min Hyuk.
***
Min
Hyuk kembali ke hotel (K-Art ada di hotel), dia keluar dari lift dan
melihat Se Yeon ada disana. Min Hyuk bertanya apa yang dilakuakn Se Yeon
disana. Se Yeon bilang dia juga tidak tahu apa yang dilakukannya
disana. Min Hyuk kembali bertanya mengapa Se Yeon tidak pulang. Se Yeon
bilang untuk apa pulang, tidak ada yang bisa dia lakukan.
Min
Hyuk merasa Se Yeon sedikit aneh, dia bertanya apakah ada sesuatu yang
terjadi, “Ini karen kau naik panggung, benar kan? Kau sudah demam
panggung sejak kecil. Shin Se Yeon yang agung, siapa yang sedang dia
coba rayu..bahkan dia hingga berpikir untuk menyanyi di atas panggung?”
Min Hyuk tersenyum geli.
“Jo Min Hyuk. Aku tidak melakukan semua itu demi orang lain. Aku menyanyi untukmu.”
Min Hyuk tersenyum, “Yang ingin kau berikan padaku, adalah itu?”
“Kau sudah punya semuanya. Aku tak perlu lagi memberimu apa-apa. Setidaknya, aku ingin menyanyi untukmu.”
Min
Hyuk mengatakan seharusnya Se Yeon memberitahunya lebih dulu, waktunya
tidak tepat. Se Yeon memotong kata-kata Min Hyuk, dia berkata lelah dan
akan pergi. Min Hyuk menahan tangan Se Yeon, dan memintanya menyanyi
sekarang, karena pada akhirnya dialah satu-satunya yang harus mendengar.
Se
Yeon melihat sapu tangan Do Hoon ditangannya yang dipegang Min Hyuk,
“Jo Min Hyuk, kau…bisakah kau meneteskan air mata untukku?” Min Hyuk
tidak menjawab, Se Yeon bertanya sekali lagi, bisakah Min Hyuk menangis
untuknya.
Min Hyuk melepaskan tangannya dan
bertanya mengapa Se Yeon seperti itu, tidak seperti Se Yeon yang
biasanya. Se Yeon kemudian berkata bahwa dia ingin mengakhiri pernikahan
mereka, Se Yeon tidak mau melakukannya. Min Hyuk terdiam.
(Menurutku,
Min Hyuk tahu kalau Se Yeon menyukainya, tapi Min Hyuk sudah
menganggapnya sebagai sahabat, tempatnya berkeluh kesah, tidak bisa
lebih..)
***
Se
Yeon di studio lukis, yang ternyata juga jadi rumahnya. Dia
merobek-robek lukisan yang dia buat dengan pisau. Lukisan itu adalah
lukisan yang di tutupi kain saat Min Hyuk datang sebelumnya. Sepertinya
lukisan itu ingin dia tunjukan secara pribadi pada Min Hyuk. Kini, tidak
lagi. Se Yeon sudah patah hati.
Secret
Episode 6
Yoo
Jung memasukan botol pasir San ke dalam tasnya. Kemudian dia teringat
saat Min Hyuk menyatakan siapa dirinya sebenarnya, dan mengatakan bahwa
gedung itu bukan apa-apa jika dibandingkan dengan yang Yoo Jung ambil
darinya.
Ternyata Yoo Jung sedang bersiap untuk
keluar dari rumah itu. Yoo Jung memanggil ayah yang sedang melamun. Yoo
Jung mengatakan pada ayah bahwa mereka harus pergi. “Haruskah kita
jalan-jalan? Gunung atau laut, haruskah kita pergi melihatnya?”
Ayah
pun mau di ajak ke laut. Dia berdiri dan meminta Yoo Jung untuk
melepaskan gelangnya, karena terasa gatal. Yoo Jung menolak, ayah harus
tetap memakainya. Ayah mengamuk dan mendorong Yoo Jung. Lalu ayah merasa
kesakitan di kepalanya dan terjatuh. Yoo Jung panik dan terus memanggil
ayahnya.
***
Mi
Joo sedang melakukan sit-up dengan di awasi oleh ibunya. Mi Joo
kelelahan di hitungan empat puluh tujuh. In Joo mengatakan saat dia
seusia Mi Joo, dia bahkan tidak bisa mencubit perutnya, dia sangat
ramping. In Joo meminta Mi Joo melakukannya lima kali lagi.
“Punya
bakat sejak lahir itu tidak penting, yang penting kau bisa mengelolanya
atau tidak. Itulah yang menentukan kemenangan atau kekalahan.”
“Jika aku mirip ibu, aku tak perlu bekerja keras seperti ini…kenapa aku mirip ayah?” Mi Joo merajuk.
In
Joo memegang pipi Min Joo dan membenarkan, dan itu akan sangat bagus.
Tapi lalu Mi Joo memeganga tangan ibunya dan mengatakan karena sekarang
dia punya kesempatan memperhatikan ibunya, dia pikir mereka tidak mirip.
Selera makan mereka berbeda, bentuk tubuh juga berbeda. Teman Mi Joo
juga berkata hal yang sama, kalau mereka tidak mirip sama sekali.
“Ibu, apakah mungkin…katakan padaku yang sebenarnya. Aku bukan anak-anak lagi.”
In
Joo terlihat salah tingkah, tapi ketika Mi Joo bertanya di bagian mana
In Joo operasi plastik, In Joo terlihat lega. Lalu dia mengatakan
wajahnya bukan wajah permak, hanya ada beberapa di bagian mata. Mi Joo
menggelitik ibunya tak percaya.
(Mungkinkah In
Joo awalnya menyangkan jika Min Joo berpikiran bahwa mereka bukan
anak-ibu kandung, dan jika In Joo terlihat gugup dan salah
tingkah..mungkinkah Mi Joo memang bukan anaknya In Joo?)
***
Se
Yeon masuk ke ruangan Min Hyuk. Ketika Min Hyuk akan menjelaskan
kejadian hari itu, Se Yeon meminta dua orang yang bersamanya untuk
masuk, penjual perhiasan.
Min Hyuk bertanya, “Apa ini? Kau bilang tidak ingin menikah.”
“Ini
bukan pernikahan. Ini bisnis. Itu uang mukanya. Ini perjanjiannya. Aku
baru saja menandatanganinya.” Se Yeon menunjukkan berkas perjanjian pada
Min Hyuk.
Dua
orang wanita itu menunjukan cincin koleksi mereka dan menjelaskan satu
persatu. Min Hyuk menyela dan berkata dia tidak terlalu mengerti tentang
hal seperti itu, tunjukan saja yang paling mahal. Mereka menunjukan
satu cincin dengan berlian yang besar. Min Hyuk bertanya apakah Se Yeon
mau cincin itu. Se Yeon bertanya bali apakah ada cincin yang ingin
diberikan oleh Min Hyuk padanya. Min Hyuk akan mengatakan sesuatu, Se
Yeon langsung berkata mereka mengambil cincin itu.
“Karena uang muka, selanjutnya akan baik-baik saja.” Ujar Se Yeon.
“Aku pikir, kau bahkan mungkin akan meminta biaya pelanggaran kontrak.”
“Tentu
saja. Semua sudah tertulis disana. Baca baik-baik. Sanksi apa yang akan
ditanggung pihak yang pertama kali melanggar perjanjian.”
Min
Hyuk melihat-lihat berkas perjanjian itu. Min Hyuk bertanya jika dia
memberikan uang muka, apa yang akan Se Yeon berikan padanya sebagai
imbalan. Se Yeon menjawab, hanya dengan dia yang berdiri disamping Min
Hyuk, nilainya akan naik. Min Hyuk akan berkata lagi, tapi Se Yeon
langsung memotongnya dengan mengatakan dia menerima cincinnya, lalu
pergi.
***
Min
Hyuk menunjukan berkas perjanjian itu pada Ketua Jo. Ketua Jo tertawa
dan mengatakan tentu saja, apel takkan jatuh jauh dari pohonnya.
Keluarga itu menjadi tak berharga jika menyangkut soal keuntungan. Min
Hyuk mencoba membela Se Yeon bahwa dia tidak seperti itu. Sejak sekolah
Se Yeon adalah teman masa kecilnya.
“Teman? Kau
jangan bicara sesantai itu. Kau harus jatuh ke air bersama-sama untuk
mengetahui apa kalian benar-benar teman atau bukan.”
Ketua
Jo kemudian meminta Gwang Min untuk memeriksan kontraknya. Dan kirim
kembali padanya setelah bagian yang tidak menguntungkan untuk mereka
diperbaiki. Gwang Min menyanggupi, dan Min Hyuk tampak bingung.
***
Sekarang
Min Hyuk sedang berada di sebuah restoran dengan banyak makanan di
depannya. Min Hyuk makan sambil menerawang. Dia lalu bertanya pada Gwang
Soo yang duduk tak jauh darinya dengan secangkir kopi, apakah Yoo Jung
sudah pergi. Dia harus keluar minggu ini.
“Terakhir kali, anda mengatakan padaku untuk tidak mengikutinya lagi.”
Min Hyuk kesal, “Hei! Meskipun kau tidak mengikutinya, seharusnya kau tahu dimana dia sekarang!”
Gwang Soo meminta maaf. Lalu Min Hyuk berkata dia sudah tak selera makan lagi.
***
Yoo
Jung datang ke rumah Do Hoon bersama ayah. Ibu Park memarahinya,
beraninya Yoo Jung datang kerumahnya. “Meskipun jika Do Hoon memintamu
kesini, kau menerobos kesini dengan ayahmu yang sakit sebagai alasan?”
Yoo
Jung memanggil ibu, akan menjelaskan. Ibu memotongnya, jika orang lain
mendengarnya mereka akan salah paham. “Bagaimana mungkin aku ibumu. Kita
orang lain sekarang.”
“Maafkan saya, ii… saya
tahu, tak seharusnya saya kesini dengan keadaan begini, tapi…ayah saya
tidak bisa tidur nyenyak di tempat asing.”
Ayah
tiba-tiba merangsek masuk dan duduk di depan televisi dengan menggunakan
sepatu. Ibu tidak senang, dia mengatakan itulah kenapa seharusnya Yoo
Jung berpikir panjang, berapa kali dia katakan unutk menatap lurus ke
depan. Mereka hanya punya dua kamar, dimana mereka akan membiarkannya
tidur.
Ayah
Ahn menghampiri dengan membawa kasur dan bantal. Dia bilang bahwa Do
Hoon akan terlambat. Dan meminta Yoo Jung membawa ayah masuk ke kamar Do
Hoon. Yoo Jung mengatakan “terima kasih ayah mertua”, ibu Park mencibir
karena Yoo Jung menyebut ayah pada suaminya. Walaupun begitu, Yoo Jung
tetap mengucapkan terima kasih.
Yoo
Jung menyelimuti ayah yang tertidur, “Ayah, semuanya baik-baik saja.
Kesulitan ini…aku akan membereskannya.” Yoo Jung tersenyum memandang
ayahnya yang tertidur.
***
Do Hoon sedang bersiap pulang, kemudian Hyun Suk datang.
“Aku
sudah sangat jelas menasehatimu. Aku tak memiliki perasaan pribadi
tentang hal ini, jadi jangan menyalahkanku. Ini adalah organisasi. Dan
aku anggota dari organisasi ini.” Hyun Suk menyerahkan selembar kertas
pada Do Hoon. “Sampai ketemu minggu depan di Pengadilan Tinggi.”
Do Hoon membaca kertas itu yang ternyata merupakan sebuah surat panggilan dari Kejaksaan Agung untuknya.
***
Yoo
Jung kembali bertemu Hae Ri. Dia dicarikan pekerjaan oleh Hae Ri
melalui manajernya. Hae Ri meminta Yoo Jung melakukannya dengan baik.
Yoo Jung pun berterima kasih.
Kemudian
Yoo Jung melihat Min Hyuk yang baru saja tiba dan menuju ke arahnya.
Yoo Jung menunduk menghormat seperti yang dilakukan Hae Ri. Tepat di
depan Yoo Jung, Min Hyuk berhenti. Dia akan memperbaiki tali sepatunya
yang terbuka, tapi tidak jadi dan meminta Gwang Soo yang melakukannya.
Min
Hyuk melihat Yoo Jung yang menunduk sangat dalam. Min Hyuk yang tidak
mengenali Yoo Jung penasaran dengan wajah pegawainya itu, dia ikut
menunduk dan berusaha mengintip wajah Yoo Jung. Yoo Jung sendiri terus
menutupi wajahnya dengan rambut dan membelokan badannya ke samping. Min
Hyuk kemudian pergi tanpa berhasil melihat wajah Yoo Jung.
Setelah
Min Hyuk menjauh, Hae Ri berkata, “Presiden kami sangat muda. Dia
hebat, kan?” Yoo Jung tidak menjawab dan hanya menatap Min Hyuk yang
menjauh. Hae Ri bertanya ada apa, Yoo Jung hanya menggeleng.
Yoo
Jung diantarkan oleh manajer ke bagian laundry. Dan ternyata pekerjaan
untuknya adalah menyetrika. Setrika uap. Seperti yang digunakannya di
penjara. Yoo Jung ragu untuk menyentuhnya. Bayangan peristiwa di penjara
menghantuinya. Ketika Yoo Jung berhasil memegang setrika itu dan
menyalakannya sehingga ada uap yang keluar, peristiwa itu semakin jelas
muncul dibenaknya. Yoo Jung pun dengan segera melepaskan tangannya dari
setrikaan itu.
Yoo
Jung duduk di tangga, dia menghubungi Hae Ri dan meminta maaf. Yoo Jung
beralasan pekerjaan disana tidak cocok untuknya. “Maafkan aku, Hae Ri.
Kau sudah banyak membantuku.”
Setelah menutup
telponnya, Yoo Jung menghela nafas dan mendesah. Peristiwa itu ternyata
menjadi trauma tersendiri untuknya. Yoo Jung bersandar.
Lalu
Min Hyuk yang kebetulan berada di lift melihatnya. Dia keluar di lantai
atasnya Yoo Jung, dan bergegas ingin menghampirinya.
“Aku
sudah memintamu untuk tidak muncul dihadapanku lagi…sekarang kau bahkan
memasuki wilayahku?” Min Hyuk berkata sendiri tak jauh dari tempat Yoo
Jung.
Yoo Jung menerima telpon dari seorang
ahjumoni mengeni ayahnya, Yoo Jung pun berkata akan segera kesana. Yoo
Jung menaiki tangga. Min Hyuk panik, dan mengajak Gwang Woo bergegas.
Mereka berdiri membelakangi Yoo Jung yang berlari.
Gwang
Soo bertanya pada Min Hyuk haruskah dia mengikuti Yoo Jung lagi. Min
Hyuk bilang tidak usah, dia sudah lelah karena rapat tadi pagi. Mereka
pun pergi.
***
Yoo
Jung ke toko roti. Ternyata ayah datang kesana sendirian dan ditemukan
oleh seorang ahjumma. Yoo Jung berterima kasih pada ahjumma yang
terlihat kesal itu.
“Ayah. Kenapa ayah kembali ke sini?”
“Yoo Jung, buka pintunya. Pintunya terkunci.”
“Ini bukan rumah kita lagi. Ayo pulang.”
Ayah tidak mau dan minta dibuka kuncinya. Yoo Jung mengatakan nanti mereka kesana lagi. Maka ayah pun mau berdiri.
“Awalnya
ibumu tidak suka makan yang manis-manis. Dia jadi seperti ini karena
dia selalu memakan roti yang aku panggang. Dia sangat menyukai roti isi
krim.”
Setelah mengatakan itu, ayah tiba-tiba terjatuh tak sadarkan diri. Yoo Jung memanggil-manggil ayahnya.
***
Di
rumah sakit. Dokter mengatakan bahwa pembuluh darah di otak ayah
membengkak. Mereka harus segera melakukan operasi pengempisan pembuluh
darah otak itu. Dokter telah memberikan obat untuk menaggulanginya
sementara waktu, tapi anggap saja itu sebagai bom waktu yang bersarang
di kepala ayah.
“Jika dia dioperasi dia akan sembuh, kan?”
“Kami harus tetap mengawasinya pasca operasi.”
Yoo Jung menangis, “Tolong biarkan dia menjalani operasi. Dokter, tolong selamatkan ayahku.”
Yoo Jung berusaha membuka jaket merah yang dikenakan ayah. Ayah berteriak meminta pulang, dia tidak mau melepas jaketnya.
“Jika ayahku tetap keras kepala, dia akan pingsan lagi. Ayah, lepaskan jaket ini sekali saja.”
“Tidak mau! Pergi sana!” ayah mendorong Yoo Jung hingga terjatuh.
Yoo
Jung yang kesal, memaksa ayah untuk membuka jaketnya. Jika ayah tidak
mau, dia akan mengirim ayah kembali ke rumah perawatan. Yoo Jung
memakaikan pakaian pasien. Ayah ngambek, dan tidur tengkurap menutupi
wajahnya.
Yoo Jung membaui jaket ayahnya. Pastinya baunya sudah tak teridentifikasi, karena 4 tahun tidak dicuci. >.<
Yoo
Jung mencuci jaket ayah di wastafel. Yoo Jung merasakan ada sesuatu di
saku jaket ayahnya. Yoo Jung mengeluarkannya. Isinya adalah roti,
permen, dan surat-surat darinya saat di penjara. Yoo Jung meraba ada
sesuatu di dalam surat itu, dia mengeluarkannya, dan itu adalah cincin
pemberian Min Hyuk yang diberikan padanya sebagai jaminan dulu (episode
1). Yoo Jung menatap cincin itu.
***
Do Hoon disidang di Pengadilan Tinggi Kejaksaan Agung, dan yang memimpin sidangnya adalah Hyun Suk.
“Saya
Jaksa Luar Biasa Park Hyun Suk. Perwakilan Kim Chang Suk menyatakan
kecurigaan kalau Kantor Kejaksaan telah membuat jebakan. Di kantor ini,
kami akan menyelidiki kebenaran pernyataan ini. Bukankah kau sudah
mengajukan motif penyelidikanmu?”
Do Hoon membenarkan.
Do Hoon berjalan keluar dari gedung Kejaksaan Tinggi. Ada seseorang yang memanggilnya. Gwang Min. Dia meminta waktu Do Hoon.
Gwang Min membawa Do Hoon ke suatu ruangan kerja. Dan menunjukan label nama di meja yang masih kosong.
“Ini akan menjadi tempatmu. Ini informasi akun luar negri Perwakilan Kim.” Gwang Min menunjukan amplop berisi berkas.
Do Hoon: “Apa alasanmu menyerahkan ini?”
Gwang Min: “Kenapa kau tidak bekerja di kantor pusat Grup K? Dan anggap saja informasi ini sebagai deposito kontrak.”
Do Hoon: “Apa aku terlihat begitu mudah dimatamu?”
Gwang
Min tersenyum, “Aku tidak terlihat mudah, tapi putus asa. Kalau kau
berani membelenggu Perwakilan Kim sekali lagi, kau bisa menanggalkan
seragammu!” (berhenti sebagai jaksa)
***
Ayah Kang berteriak kesakitan, dia terus memegangi kepalanya. Dokter segera menanganinya. Yoo Jung terlihat sangat cemas.
***
Do
Hoon dikantornya meminta beberapa berkas untuk dia kerjakan pada Ketua
Tim. Tapi ternyata Kepala Yang memberitahu Ketua Tim untuk tidak
memberikan apapun pada Do Hoon selama Do Hoon dalam penyelidikan. Kepala
Yang meminta Ketua Tim untuk tidak membiarkan Do Hoon bekerja.
Do Hoon keluar ruangan, meninggalkan ponselnya di meja yang bergetar karena telpon masuk dari Yoo Jung.
Do
Hoon termenung di pinggiran balkon. Se Yeon datang menghampirinya, dan
mengatakan wajah Do Hoon itu mengisyaratkan kalau akan terjadi sesuatu
yang buruk. Do Hoo bertanya apa yang membawa Se Yeon kesana. Se Yeon
menyerahkan sapu tangan Do Hoon. Tapi Do Hoon tak percaya hanya karena
sapu tangan Se Yeon menemuinya.
“Jika aku katakan
aku ke sini untuk mengembalikan sapu tanganmu, itu akan tampak seprti
sebuah alasan.” Se Yeon tersenyum, “Aku juga tidak tahu kenapa aku
kesini. Aku hanya ingin minum alkohol dan memaki orang. Tiba-tiba aku
teringat kau.”
Do Hoon terlihat salah tingkah, “Aku tak punya banyak waktu luang. Setiap hari aku harus menangani ratusan kasus, dan…”
Tiba-tiba
muncul Ketua Tim dan mengatakan pada Do Hoon bahwa Kepala Jaksa
menyuruhnya pulang karena tidak ada kerjaan. Se Yeon tersenyum geli.
***
Yoo
Jung ke tempat pegadaian. Dia mau menggadaikan cincin Min Hyuk, dan
bertanya berapa banyak yang bisa diberi oleh ahjussi itu. Ahjussi
bertanya berapa Yoo Jung membelinya. Yoo Jung mengatakan bahwa itu
pemberian.
“Metode pembuatannya benar-benar sempurna dan kondisinya lumayan…” ahjussi itu kembali melihat-lihat berlian di cincin itu.
“Tolong berikan sebanyak yang mungkin bisa anda berikan. Nanti saya akan kembali untuk menebusnya.”
Ahjussi itu kembali menerawang memakai kaca pembesar.
***
Yoo
Jung memberikan uang pada bagian pembayaran rumah sakit dan memesan
tanggal operasi untuk ayahnya. Yoo Jung akan membayar sisanya nanti.
Yoo
Jung berjalan menuju ruangan ayahnya. Begitu dia membuka pintu dan
hendak masuk, ada orang yang memanggilnya. Yoo Jung menoleh, lalu dia
diseret oleh dua orang pria. Yoo Jung meronta minta dilepaskan.
Ternyata
dua orang pria tadi adalah suruhan In Joo. Kini Yoo Jung duduk
berhadapan dengan In Joo. In Joo bertanya mengapa cincin yang dia buat
untuk diberikan pada menantunya bisa berada di tangan Yoo Jung. Yoo Jung
diam tak bisa menjawab.
“Apa kau tahu berapa
harganya? Kau menjual cincin seharga 150 juta won dengan harga 4 juta
won? Kenapa tidak kau pakai saja sendiri? Kau tak bisa sembarang
menjualnya, karena cincin itu memiliki kode produk khusus. Apa kau tidak
pernah terpikir mencari pemiliknya untuk menanyakan harganya?”
Yoo Jung yang terkejut meminta maaf, “Maafkan aku.”
“Aku
ingin menemuimu karena ku pikir putraku sudah menemukan wanita lain.
Tapi sepertinya bukan.” In Joo lalu memerintahkan anak buahnya untuk
menghubungi polisi dan menyerahkan Yoo Jung.
Tiba-tiba Min Hyuk datang, “Cincin itu..akulah yang memberikan padanya.”
Min
Hyuk kemudian mengajak Yoo Jung pergi dan memintanya bangun. Karena Yoo
Jung tidak bergerak dari tempatnya, Min Hyuk memegang tangan Yoo Jung
dan menariknya keluar. In Joo menatap kesal.
Yoo
Jung kini berada di ruangan Min Hyuk. Min Hyuk kembali mengingatkan
pada Yoo Jung bahwa dia sudah mengatakan pada Yoo Jung untuk tidak
muncul dihadapannya lagi. Min Hyuk kemudian bertanya apakah Yoo Jung
sudah begitu nekat hingga berani menjual barang milik orang lain.
“Aku berjanji akan mengembalikannya.” Ujar Yoo Jung.
“Bicara lebih mudah daripada berbuat.” Balas Min Hyuk.
Yoo
Jung mengatakan bahwa ayahnya sedang sakit dan dia perlu uang untuk
operasinya. Yoo Jung tahu itu salah, tapi dia sudah kehilangan akal. Min
Hyuk bertanya apakah ayah Yoo Jung yang tua, pasti menyenangkan punya
begitu alasan. Yoo Jung kembali meminta maaf.
“Jangan
meminta maaf. Aku tidak perlu kata maaf dari mulutmu. Rasakan sakit
yang kurasakan. Cobalah untuk kehilangan orang yang paling berharga,
tanpa punya kesempatan berbuat apa-apa.” Yoo Jung tertunduk mendengar
ucapan Min Hyuk itu. Min Hyuk kembali melanjutkan, “Bukankah kau
harusnya juga merasakan betapa sengsaranya? Hah?”
Min
Hyuk kemudian meminta Yoo Jung keluar, dan mereka akan bertemu kembali
di kantor polisi. Yoo Jung masih diam di tempatnya menatap Min Hyuk. Min
Hyuk kembali memintanya keluar. Yoo Jung masih juga tidak bergerak, dia
sepertinya ingin mengatakan sesuatu tapi entah mengapa sangat sulit
diucapkan.
Akhirnya Min Hyuk yang keluar. Yoo Jung masih diam.
Ketika
Min Hyuk sudah diluar, Yoo Jung berlari ke arahnya, dan bersimpuh
memegang kaki Min Hyuk. Yoo Jung kembali meminta maaf. Min Hyuk berusaha
melepaskan kakinya.
Yoo
Jung menangis, “Tolong bantu aku sekali saja. Aku tidak bisa membiarkan
ayahku pergi begitu saja. Bawa aku ke kantor polisi. Aku bersedia di
penjara. Aku bersedia di hukum. Tolong biarkan aku pergi setelah melihat
ayahku bisa di operasi dan tersenyum kembali. Aku mohon! Kali ini…jika
kau membiarkan aku mendampingi ayahku…”
“Hei! Lepaskan! Apa kau tidak punya rasa malu?”
“Ya,
aku tidak malu. Aku bahkan bisa melakukan hal lebih gila lagi. Apa yang
membuatku malu adalah…apa yang telah aku perbuat pada orang yang
meninggal itu. Aku tidak berpikir bahwa aku sudah membayar dosa-dosaku.
Seumur hidupku…seumur hidupku, aku takkan pernah melupakan itu.
Bagaimana aku bisa melupakannya?” Yoo Jung menangis semakin menjadi.
“Jangan sembarang bicara. Jangan pernah sembarang membicarakannya.”
Yoo
Jung terus menangis dan meminta maaf berulang kali. Min Hyuk kemudian
bertanya apa yang akan Yoo Jung lakukan untuknya, jika dia memberikan
kesempatan pada Yoo Jung untuk menyelamatkan ayahnya. Seperti yang Yoo
Jung lihat, uang Min Hyuk banyak, Min Hyuk juga bisa meminjamkan uang
untuk biaya operasi pada Yoo Jung.
Yoo
Jung belum menjawab, lalu Min Hyuk melihat Se Yeon yang datang bersama
dengan….Do Hoon. Tapi Yoo Jun belum tahu ada Do Hoon, karena
kedatangannya dari belakang Yoo Jung. Min Hyuk memanggil Se Yeon dan
menanyakan apa yang dilakukan Se Yeon. Se Yeon mengatakan dia ingin
memaki seseorang sambil minum alkohol. Se Yeon lalu bertanya siapa
wanita yang berlutut di depan Min Hyuk.
Min
Hyuk tersenyum menyeringai, dan membuat Yoo Jung berdiri, “Wanita ini
datang mencariku.” Kemudian Min Hyuk meminta Yoo Jung untuk menyapa,
“Ini temanku Shin Se Yeon. Dan dia…Jaksa Ahn Do Hoon.”
Yoo
Jung dari tadi menunduk, perlahan menengokkan wajahnya, dan benar yang
di depannya adalah Do Hoon. Yoo Jung dan Do Hoon sama-sama terkejut
dengan keterkejutannya masing-masing.
Min Hyuk
kemudian mengajak mereka minum bersama, karena dia dan Yoo Jung juga
akan minum bersama. “Oh ya, besok aku akan kirim uangnya ke rekeningmu.”
Ujar Min Hyuk pada Yoo Jung. Min Hyuk sengaja, ingin melihat reaksi Do
Hoon. Dan Do Hoon benar terkejut, membelalakan matanya.
Yoo Jung mengiyakan dan berterima kasih. Lalu dia pamit pergi dan berjalan meninggalkan mereka.
“Jangan pergi. Aku minta kau jangan pergi. Aku sudah melakukan apa yang kau minta.” Ujar Min Hyuk menahan kepergian Yoo Jung.
Tak di duga, Do Hoon pun pamit pulang pada Se Yeon, tapi belum selesai dia berkata, Min Hyuk memotongnya.
“Apakah
kau berusaha melarikan diri?” ucapan Min Hyuk ini sedikit membuat Do
Hoon terkejut. “Apa sebenarnya kau tidak kuat minum? Meski begitu,
sebagai seorang pria tidak seharusnya kau melarikan diri.”
Kini
mereka berada di tempat Min Hyuk minum. Min Hyuk duduk disamping Se
Yeon, dan di depannya duduk Yoo Jung disamping Do Hoon. Min Hyuk minum
wine sambil memperhatikan Yoo Jung yang sedikit melirik Do Hoon, dan Do
Hoon yang tidak melirik sedikitpun pada Yoo Jung.
Se
Yeon lalu mengatakan suasananya memang sedikit canggung karena mereka
bertemu tiba-tiba, Se Yeon bertanya pada Yoo Jung apakah mereka pernah
bertemu sebelumnya. Yoo Jung bilang tidak. (Se Yeon merasa familiar
dengan wajah Yoo Jung, karena dia pernah melihat filenya di map rahasia
Min Hyuk.)
Min Hyuk: “Jaksa Ahn, aku merasa tersinggung. Kau selalu menolak, saat aku mengajakmu minum.”
Se Yeon bertanya pada Yoo Jung: “Apa pekerjaanmu? Bagaimana kau bisa mengenal Min Hyuk?”
Min Hyuk yang menjawab, “Pertemanan pribadi. Dia selalu melakukan apa yang aku minta.”
Se
Yeon lalu bertanya pada Do Hoon apakah Do Hoon merasa tegang karena ada
wanita disampingnya, kenapa Do Hoon diam saja. Do Hoon beralasan dia
merasa tidak nyaman karena itu sangat mendadak. Min Hyuk mengatakan
mereka harus segera memperkenalkan Do Hoon pada beberapa wanita. Karena
Min Hyuk mendengar bisa terjadi masalah jika seseorang tidak berkencan
dalam waktu yang lama.
Min
Hyuk lalu bertanya bagaimana pendapat Yoo Jung tentang Jaksa Ahn, dia
masih lajang, dan dia tampan. “Jo Min Hyuk!” Do Hoon keberatan dengan
pertanyaan Min Hyuk. Tapi Yoo Jung berkata lain.
“Aku sudah punya kekasih.”
Min Hyuk melihat ekspresi Do Hoon, “Benarkah? Apa pekerjaan kekasihmu?”
“Dia hanya…dia orang yang melakukan pekerjaan hebat.”
Min Hyuk tersenyum dan melihat ekspresi Do Hoon yang terlihat tidak nyaman. Lalu Yoo Jung pamit ke toilet.
(Min
Hyuk ini sejak di pesta sengaja ingin mempertemukan Do Hoon dengan Yoo
Jung. Min Hyuk yang sudah tahu hubungan mereka, tapi mereka tidak tahu
jika Min Hyuk sudah mengetahuinya. Min Hyuk sepertinya ingin melihat
cinta seperti apa yang ada di antara mereka, di saat dia tahu Do Hoon
mengkhianati Yoo Jung untuk kepentingan pribadinya.)
***
Yoo
Jung masuk ke dalam toilet, dan ternyata ada Se Yeon disana. Se Yeon
bertanya apakah Yoo Jung sudah lama mengenal Min Hyuk. “Min Hyuk dan aku
berencana untuk menikah…apa kau tahu itu?”
“Tidak..tolong
jangan salah paham. Presdir…presdir.. (Yoo Jung terlihat bingung
mengungkapkannya) dia hanya orang baik yang meminjamkan uang untuk
operasi ayahku. Itu saja. Disini bukan tempatku.”
“Baguslah
jika kau sadar kalau ini bukan tempatmu…” Se Yeon terlihat sinis pada
Yoo Jung. Mungkin dia tidak suka ada perempuan yang dekat dengan Min
Hyuk. Kemudian Yoo Jung pamit duluan.
Sementara
di tempat minum, Do Hoon dengan marah bertanya apa yang dilakukan Min
Hyuk. Min Hyuk bilang dia tidak melakukan apa-apa. Yoo Jung sendiri yang
datang menemuinya, dan katanya dia perlu uang untuk operasi ayahnya,
jadi Min Hyuk harus bagaimana lagi. “Aku harus menyelamatkan orang yang
perlu di selamatkan dengan mengesampingkan kebencianku. Karena tidak
sepertimu, aku masih punya rasa kemanusiaan.”
Do
Hoon terlihat terganggu dengan kata-kata Min Hyuk tadi “rasa
kemanusiaan.” Min Hyuk lalu mengatakan Yoo Jung berkulit badak (tidak
tahu malu), dia menyadari Do Hoon, jaksa yang menghukumnya berada tepat
disampingnya tapi Yoo Jung bahkan tidak bergeming. Do Hoon diam saja.
Yoo
Jung kembali ke tempat itu dan melihat Do Hoon dan Min Hyuk yang masih
disana dari jauh. Lalu Yoo Jung berbalik pergi, dia memutuskan untuk
tidak kembali.
Do
Hoon benar-benar marah, “Menggunakan uang untuk menangkap wanita yang
telah membayar dosa-dosanya, bukankah itu sangat keterlaluan?”
“Aku tidak menyangka kau akan mendukung Kang Yoo Jung sejauh ini.”
Do Hoon mengatakan bahwa Yoo Jung bukan lagi seorang terdakwa. Dia hanya wanita biasa yang sudah menjalani hukuman yang sah.
Tiba-tiba
suara Se Yeon mengejutkan mereka, dan bertanya apa yang sedang Do Hoon
dan Min Hyuk bicarakan. Do Hoon lalu mengatakan bahwa dia merasa tidak
nyaman berada disana lebih lama lagi.
“Dengan
uang dan kekuasaan, kau pikir kau bisa menggugah orang. Hubungan seperti
ini sangat menjijikan.” Kata-kata itu Do Hoon tujukan pada Min Hyuk.
Lalu Do Hoon pergi.
Giliran
Se Yeon yang bertanya pada Min Hyuk, apakah wanita tadi adalah yang
telah membunuh Seo Ji Hee. Min Hyuk terlihat menyesal dan meminta maaf.
(Beneran lho raut wajah Min Hyuk seprtinya memang menyesal sungguhan.)
“Jo
Min Hyuk! Sebenarnya kau tidak terluka. Kau hanya merengek agar
orang-orang menyangka kau terluka. Jika kau terus begini…aku tidak bisa
menikahimu. Jika kau menganggap pernikahan ini adalah bisnis, setidaknya
kau harus menjaga sopan santun di hadapan pasanganmu.” Se Yeon lalu
pergi meninggalkan Min Hyuk yang diam saja merenung.
***
Yoo
Jung kembali ke rumah sakit, dan dia mendapati kasur ayahnya yang
kosong juga pakaian pasien yang tergeletak begitu saja. Yoo Jung
bertanya pada suster yang ada disana apakah dia melihat ayahnya. Tapi
suster itu mengatakan bahwa dia belum melihatnya.
Yoo
Jung panik, lalu bergegas ke toko roti, siapa tahu ayahnya datang lagi
kesana. Tapi tidak ada. Yoo Jung berlari ke rumahnya. Dan ternyata sudah
ada Do Hoon yang menunggunya. Do Hoon terlihat marah mencengkram lengan
Yoo Jung dan bertanya mengapa Yoo Jung sibuk kesana kemari, dan apakah
Yoo Jung menemui Min Hyuk karena Yoo Jung butuh uang.
“Apa kau tahu siapa pria itu..?”
“Oppa!
Aku tidak bisa menemukan ayah. Dia tidak ada di rumah sakit. Dia juga
tidak ada di toko roti, padahal dia sering ke sana.” Yoo Jung berkata
dengan ngos-ngosan.
Do Hoon tidak mengerti apa
yang dibicarakan Yoo Jung. Lalu Yoo Jung berteriak, ayahnya hilang. Apa
mungkin ayah pergi ke makam ibu, dia sering kesana. Yoo Jung akan kesana
menyusulnya dan meminta Do Hoon melepaskan tangannya. Yoo Jung akan
pergi tapi Do Hoon menahannya.
“Dia tidak ada disini!” Yoo Jung kembali berteriak, dia sangat panik.
“Aku akan mencarinya, tenanglah!” ujar Do Hoon.
“Bagaimana aku bisa tenang jika ayahku hilang? Aku sudah mendapatkan tanggal operasinya! Aku harus mencarinya!”
“Sekarang, pergilah ke kantor polisi dan laporkan kehilangan orang. Aku akan mencarinya.” Do Hoon pun berlalu.
Do
Hoon mencari ayah dengan mobilnya. Dia menulusuri jalanan dari mulai
jalanan yang ramai sampai ke tempat yang sepi. Sementara itu, Yoo Jung
melaporkan kehilangan ayahnya. Dia meminta polisi untuk segera menemukan
ayah karena dia harus segera dioperasi. Polisi meminta Yoo Jung tenang
dan mengisi formulir kehilangan orang.
Do
Hoon menemukan ayah. Ayah sedang berdiri di pinggir jalan di tengah
hujan. Do Hoon turun dari mobil dan memapahnya. Ayah mengatakan dia
tidak tahu kemana arah jalan pulang. Ayah ingin menemui Yoo Kyung
(istrinya) dan Yoo Jung. Do Hoon mengiyakan dan meminta ayah untuk masuk
ke dalam mobil.
Do Hoon tersenyum dan mengatakan syukurnya. Ayah meminta Do Hoon untuk hati-hati menyetir. Do Hoon mengiyakan.
“Kau
cuma bisa bicara. Waktu itu kau membuat kening Yoo Jung terluka. Bahkan
saat itu, aku khawatir karena hujan sangat deras. Saat aku melihat Yoo
Jung ingin memperbaiki mobilnya, mobil itu rusak berat. Aku bersyukur
hanya keningnya yang terluka.”
“Itu…apa ayah mengingatnya?”
“Bagaimana
mungkin aku lupa? Kaulah yang menyetir, tapi kau melimpahkan kesalahan
pada Yoo Jung. Kau pikir aku tidak tahu itu?” ayah berkata dengan nada
tinggi, seperti orang yang marah. Do Hoon tersentak kaget, dia baru tahu
jika ayah Yoo Jung mengetahui hal itu.
Ayah
kemudian mengatakan jika Do Hoon kali ini mengulanginya lagi, ayah tidak
akan membiarkannya. Ayah bertanya apakah Do Hoon mengerti, dan meminta
Do Hoon memakaikan sabuk pengaman.
Do Hoon dengan raut wajah tegang memakaikan sabuk pengaman ayah, lalu menjalankan mobilnya.
***
Do
Hoon selesai di sidang lagi. Hyun Suk mengatakan mereka akan bertemu
lagi besok jam 10. Do Hoon diam saja. Namun, ketika Hyun Suk sudah akan
pergi, Do Hoon berkata dengan lantang.
“Ini yang
kau maksud dengan kepercayaan? Demi menjaga kepercayaanmu pada
organisasi, kau harus tahu bagaimana caranya membungkuk. Aku tidak
mengira kalau artinya melangkahi junior seperti ini. Sebaliknya, aku
tidak butuh kebenaran dan kepercayaan! Sukses dalam hidup adalah hal
yang terpenting. Kenapa kau tidak bilang begitu padaku?”
“Jaksa
Ahn. Berilusi kalau kau lah satu-satunya jaksa yang ada, bukankah itu
masalah? Aku dengar sesuatu mengenai bagaimana kau bisa mendapatkan data
Perwakilan Kim. Hanya demi kebenaran dan keadilan kau harus menangkap
Perwakilan Kim? Bukan itu alasannya. Kau ingin memajukan karirmu dengan
menangani kasus kejahatan seorang pejabat, apa kau cukup berani untuk
menyangkalnya?” Hyun Suk tersenyum sinis pada Do Hoon yang terdiam.
***
Yoo Jung menyebarkan selebaran tentang ayahnya yang menghilang. (Berarti Do Hoon tidak membawa pulang ayah dong?)
Yoo
Jung menerima telpon mengenai keberadaan ayahnya, Joo Jung terlihat
lega dan gembira. Tapi dia terkejut begitu mengetahui ayahnya ada di
Pohang, daerah yang jauh dari Seoul.
Yoo
Jung berlari ke jalan, dan bertemu Min Hyuk yang menghadangnya. Min
Hyuk menatap Yoo Jung dingin, entah apa yang diinginkannya kali ini.
“Terima
kasih telah mengabaikan masalah kejadian cincin itu. Meskipun harus
berusaha seumur hidup, aku akan mengembalikannya suatu saat. Karena
sekarang aku ada urusan penting…maafkan aku.” Yoo Jung akan pergi, tapi
ditarik kembali lengannya oleh Min Hyuk. “Tolong berbaik hatilah… mereka
menemukan ayahku.”
“Dimana?” tanya Min Hyuk dingin.
“Pohang.” Jawab Yoo Jung yang kemudian berlari untuk memanggil taksi.
Min
Hyuk bergumam sendiri, bahwa itu sangat menjengkelkan. (Apanya yang
menjengkelkan Min Hyuk? Karena kau tidak tega pada Yoo Jung?) Lalu Min
Hyuk menarik tangan Yoo Jung dan menyuruhnya masuk ke dalam mobil. Min
Hyuk akan mengantar Yoo Jung.
Ternyata Pohang memang jauh, mereka sampai di Pohang ketika hari sudah berganti.
Yoo
Jung berlari di sebuah koridor, diikuti oleh Min Hyuk yang juga
berlari. Yoo Jung masuk ke sebuah ruangan. Disana sudah ada dua petugas
yang sudah menunggu, dan sesosok tubuh tertutup kain putih.
Petugas
membuka kain putih, dan terlihatlah wajah ayah yang telah menutup mata
untuk selamanya. Yoo Jung membelai wajah ayah, dan menangis. Hatinya
terasa sakit.
Lalu dilihatnya kaki ayah yang lecet. Tangis Yoo Jung semakin menjadi.
“Ayah.
Maafkan aku. Apa yang harus aku lakukan, ayah? Ayah! Ayah… ayah! Ayah…”
Yoo Jung menggoncang-goncang tubuh ayah, lalu memeluknya. Min Hyuk
melihatnya dari balik pintu.
Yoo
Jung terus menggoncang-goncang tubuh ayah, dan memanggilnya pilu.
Terlihat di tangan sudah tidak ada gelang identitas lagi.
***
Di telivisi disiarkan wawancara Perwakilan Kim, dua pegawai Do Hoon melihat Do Hoon dengan pandangan menuduh.
“Telah
terungkap jelas. Bahwa penyelidikan ini adalah penyelidikan khusus atas
dasar tekanan dari pihak luar, serta fakta bahwa itu adalah upaya untuk
mengakhiri karir politik saya. Karena menyebabkan kesalahpahaman sejauh
ini, saya berencana kembali ke naungan partai politik saya.”
Do
Hoon meremas sebuah surat dari Pengadilan Tinggi. (Tidak jelas, tapi
aku menduga itu surat pemecatan/ keputusan hasil sidang.)
***
Pemakaman Ayah Kang.
Ahjumma
Rp (masih belum tau namanya), datang ke pemakaman. Yoo Jung berterima
kasih karena ahjumma Rp datang kesana begitu keluar dari penjara.
Ahjumma Rp bilang tidak ada yang menunggunya, haruskah dia memberitahu
semua orang kalau dia sudah bebas. Ahjumma Rp menolak untuk makan tahu,
menurutnya itu lucu, apakah jika dia memakannya maka dia jadi tidak
bersalah.
Rupanya Min Hyuk datang juga ke pemakaman itu, tapi Min Hyuk hanya mengintip dari pintu. Dia menguping.
Di
dalam hanya ada Yoo Jung, ahjumma Rp, dan Hae Ri yang menangis. Ahjumma
Rp bilang lumayan, ada seseorang yang mewakili Yoo Jung untuk menangis.
“Apa kau punya tempat tinggal?” tanya Yoo Jung.
“Dasar
sinting. Apakah ini saatnya untuk mencemaskanku? Sudah cukup mudah
bagiku di bebaskan. Jika sesulit itu, kau bisa datang menemuiku.”
Yoo
Jung melihat ke arah pintu. Min Hyuk menghindar. Ahjumma Rp bertanya
apakah Yoo Jung sedang menunggu seseorang. Yoo Jung tersenyum dan
menggeleng.
“Kau benar-benar membuatku jengkel. Kau selalu tersenyum seperti itu saat kau mendapat kesulitan.”
Yoo
Jung tersenyum lagi. Min Hyuk sepertinya iba pada Yoo Jung. Oya, Yoo
Jung sepertinya menunggu kedatangan Do Hoon, tapi Do Hoon tidak datang,
sampai ayah selesai dimakamkan.
Ayah
di makamkan dalam satu kuburan dengan ibu. Yoo Jung bangkit dan hendak
pulang. Lalu dia melihat Do Hoon ada disana, tentu saja dengan wajah
sedihnya. Yoo Jung terus menatapnya.
Mereka
kini duduk. Do Hoon memberikan amplop berisi uang. Dia bilang hanya itu
yang dia punya. Karena Yoo Jung tidak menyambutnya, Do Hoon menyimpan
amplop itu di bangku. Lalu dia mengatakan dia merasa paling tidak dia
harus melakukan ini agar bisa merasa lebih nyaman. (hei bung! Udah lewat
kali…ayahnya aja udah meninggal. Yoo Jung butuh uang untuk operasi
ayah..)
Yoo
Jung berkata, saat di sendirian di rumah duka, banyak yang dia
pikirkan. Yoo Jung bertanya-tanya apakah Do Hoon akan datang, apakah Do
Hoon akan kesana hari ini, dan apakah Do Hoon akan disana saat subuh.
“Aku terus menunggumu, tapi kau tidak kunjung datang. Tapi setelah di
pikir-pikir, jika kau datang di hari pertama, aku akan sibuk mengenang
dan bersandar padamu, sehingga aku tidak akan bisa mengantarkan
kepergian ayah dengan baik. Jika kau datang di hari kedua, aku akan
sibuk membenci dan menyalahkanmu karena datang terlambat, dan tidak bisa
banyak memikirkan ayah.”
Yoo Jung menoleh pada
Do Hoon, dan berterima kasih karena Do Hoon datang hari ini. Bisa
melihat wajah Do Hoon seprti itu, Yoo Jung merasa itu sudah cukup
baginya.
“Maafkan aku.” Ujar Do Hoon.
“Oppa,
mari kita berhenti saling meminta maaf. Selama ini kita telah berusaha
keras. Bukan begitu? Dulu kita sangat cemas jika kita saling menyakiti,
jadi kita hanya menertawakan masalah yang ada. Ini tidak baik, kau tahu.
Jika kita bertemu seperti ini, kau sekali lagi akan merasa bersalah.
Dan perasaan bersalah itu akan membuatmu melakukan sesuatu untukku. Dan
aku akan merasa terbebani dan tidak tahu bagaimana harus bersikap. Itu
akan terus berulang. Tapi apa yang telah aku lakukan (masuk penjara
menggantikan Do Hoon), aku tidak akan pernah menyesalinya. Meskipun
kejadian itu terjadi lagi, aku akan membuat keputusan yang sama. Jadi,
berhentilah merasa menyesal.”
Do
Hoon hanya bertanya apa yang bisa dia lakukan untuk Yoo Jung. Yoo Jung
meneteskan air mata, terasa sulit untuk mengatakannya, tapi akhirnya Yoo
Jung mengatakan Do Hoon bisa membantunya dengan membiarkannya pergi.
Kenangan akan seseorang yang meninggalkannya, akan bertahan selamanya
dalam hati. Yoo Jung merasa, sepertinya sulit untuk menatap punggung Do
Hoon jika Do Hoon pergi duluan. Yoo Jung merasa tidak percaya diri. (Yoo
Jung takut dia akan dicampakan, dan sepertinya memang sudah walaupun
tidak secara langsung, makanya Yoo Jung memutuskan untuk mencampakan Do
Hoon duluan… Good job girl! Go Yoo Jung!!)
Yoo
Jung berjalan pergi, tanpa memberikan kesempatan pada Do Hoon untuk
berkata apa-apa. Do Hoon meneteskan air mata (entah apa yang dia
sedihkan, aku gak bisa menebak perasaan Do Hoon karena muka duanya). Yoo
Jung meninggalkan cincin pertunangan mereka di atas amplop uang Do
Hoon.
***
Yoo
Jung pulang ke rumah, dia melihat sepatu ayah dan memegangnya.
“Ayahku..aku tidak pernah membelikanmu sepasang sepatu yang bagus.”
Yoo
Jung mendekap sepatu ayah, dan duduk bersandar. Dia lalu melihat foto
ayah dan ibunya yang sudah usang. Yoo Jung berkata seharusnya dia tidak
membuat alasan sibuk , seharusnya dia pergi bersama saat ayah memintanya
untuk melihat dedaunan bersama. “Seharusnya aku lebih banyak mendengar
ceritanya. Seharusnya aku menceritakan lebih banyak cerita
disampingnya.” Yoo Jung meneteskan air mata lagi.
Dia
diam menerawang, lalu matanya tertumpu pada roti yan sudah berjamur,
“Roti yang ayah panggangkan untukku sangat lezat. Paling lezat di
dunia.”
Yoo
Jung lalu memeluk jaket merah ayah dan menciumnya, Yoo Jung terisak,
“Seharusnya aku tidka mencuci jaket ini. Agar bau ayah lebih kuat.” Yoo
Jung menangis pilu dan memeluk lebih erat jaketnya, “Ayah..ayah..ayah..”
Yoo Jung berusaha mengatur perasaan sedihnya,
“Ayah, di kehidupan selanjutnya, jadilah anakku. Aku akan menjadi
ayahmu. Agar aku bisa mengembalikan semua yang telah aku terima darimu.
Apa yang harus aku lakukan ayah? Aku harus bagaimana sekarang?”
Yoo Jung terus menangis…”Ayah..aku harus bagaimana?”
***
“Bagaimana
dengan Kang Yoo Jung?” Min Hyuk bertanya pada Gwang Soo. Gwang Soo
menjawab dia tidak tahu keberadaan Yoo Jung selama beberapa hari ini.
Min Hyuk menyuruh GwanG Soo mencari Yoo Jung, tapi diralatnya.
“Tidak usah. Mencari seseorang masalah yang sepele bagimu.” Min Hyuk lalu bangkit dari duduknya dan pergi keluar.
***
Min
Hyuk ternyata mencari Yoo Jung sendiri. Dia pergi ke toko roti. Min
Hyuk membuka gembol teralis toko roti dan masuk ke dalam. Min Hyuk
berjalan dalam kegelapan toko, lalu kakinya terantuk sesuatu. Min Hyuk
melihat ke bawah dan dilihatnya Yoo Jung yang tergeletak tengkurap.
“Taeri! Hei Taeri!” Min Hyuk mengguncang tubuh Yoo Jung.
“Hei! Sadarlah! Sadarlah!” Min Hyuk membalikan badan Yoo Jung dan menepuk pipinya.
Karena Yoo Jung tidak juga sadarkan diri, Min Hyuk membopongnya dan terus memintanya bangun.
Yoo
Jung dibaringkan di jok mobil belakang, dan Min Hyuk melajukan mobilnya
dengan cepat menuju rumah sakit. Min Hyuk menggendong Yoo Jung di
punggunganya menuju UGD. Min Hyuk berteriak mengatakan pada dokter bahwa
Yoo Jung sekarat.
Sementara itu, Do Hoon meletakan lencana jaksanya dan surat pengunduran diri di mejanya.
Yoo Jung terbaring tak sadarkan diri dengan oksigen di hidungnya. Min Hyuk memandanginya dari tepi ranjang.
“Jangan mati. Tanpa seizinku…kau tidak boleh mati.”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar